Tumgik
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Diiringi Berbagai Isu Pelanggaran, Pemilwa Tetap Aman
Liputan: Dea K. Riyadi/Danar Yuditya
Malang, dianns.org - Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) 2014 yang dilaksanakan pada Selasa (9/12) diiringi berbagai isu pelanggaran. Mulai dari indikasi Black Campaign hingga keikutsertaan mahasiswa luar FIA dalam Pemilwa. Namun, Irvan Maulana, selaku Koordinator Panitia Pengawas (Panwas), menyatakan bahwa Pemilwa tahun ini lebih aman dibandingkan Pemilwa tahun-tahun sebelumnya. Meskipun sempat ada aksi walk out dari saksi dari nomor urut 1, tidak ada gesekan antar kubu yang sedang bersaing.
Selain itu, Panwas juga menerima beberapa laporan pelanggaran lain, seperti laporan tentang pesan singkat untuk mendukung salah satu calon presiden BEM di hari tenang dan hari pencoblosan. Setelah ditelusuri, ternyata semua nomor pengirim pesan singkat tersebut sudah tidak aktif. Bahkan ketika si penerima pesan ditanya perihal identitas pengirim, ia tidak mau menjawab. Ada juga isu yang mengatakan bahwa sempat terjadi pembagian rokok di hari pencoblosan yang diduga sebagai suatu tindakan money politic. Namun, Panwas mengaku tidak menerima laporan mengenai tindakan tersebut sehingga tidak ada penelusuran lebih lanjut tentang kebenaran isu tersebut. Isu lain yang sempat terdengar adalah keikutsertaan mahasiswa luar FIA dalam Pemilwa. Secara tegas Irvan membantahnya. Menurutnya, tidak mungkin ada mahasiswa luar FIA yang  bisa ikut pencoblosan karena setiap pencoblos wajib membawa Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan panitia juga memeriksa foto yang tertera pada KTM tersebut. “Setiap laporan pelanggaran yang masuk, kami akan mengecek kebenarannya. Untuk menjadikan laporan tersebut valid, harus ada 2 buah foto yang dilengkapi dengan data waktu dan 2 orang saksi,” tutur mahasiswa Administrasi Pemerintahan 2013 tersebut.
Mengenai atribut-atribut kampanye, Panwas memastikan bahwa tidak ada pelanggaran. Sesuai peraturan Pemilwa 2014, atribut kampanye yang sudah didaftarkan bisa dipasang mulai 1 Desember 2014 pukul 00.00 WIB dan harus dilepas pada 8 Desember 2014 pukul 00.00 WIB. Panwas mengawasi ketat pemasangan atribut kampanye tersebut dengan cara berjaga pada H-1 mulai dari pukul 20.00-03.00 WIB untuk memastikan bahwa tidak ada pemasangan atribut kampanye sebelum waktunya. Namun, ada anggota panwas yang melakukan pelanggaran dengan memasang atribut Pemilihan Raya  (Pemira) dan mendapat teguran dari koordinatornya. Peraturan mengenai sanksi bagi pelanggaran dalam Pemilwa dikelompokan menjadi tiga, yang pertama bagi pelanggaran ringan akan mendapatkan teguran, kategori kedua akan dikenakan sanksi publikasi dan kategori terakhir bagi pelanggaran berat akan didiskualifikasi dan dipublikasikan.
Di hari pelaksanaan pencoblosan pun Panwas berjaga mulai dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibuka hingga selesai perhitungan suara. Mereka bermobilisasi di sekitar gedung A dan B setiap 1 jam sekali di siang hari dan 2 jam sekali di malam hari. “Banyak pihak yang meminta kami untuk berjaga di area itu karena area itu dianggap sangat beresiko,” jelas koordinator dari 15 anggota Panwas tersebut. 
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Pemutaran Senyap di Wisma Kalimetro Malang Dibatalkan
Liputan: Karima Styorini
Manajer Wisma Kalimetro sekaligus penyelenggara acara, Yogi F. Prayoga, memutuskan untuk membatalkan pemutaran film dengan alasan keamanan dan keberlangsungan aktivitas di komunitas Kalimetro. “Kalau terjadi rusuh dan ribut-ribut, takutnya masyarakat sekitar lingkungan ini akan resah dengan kegiatan di Kalimetro ke depan. Apalagi di komunitas Kalimetro ada dua organisasi (MCW dan Intrans Institute) dan satu perusahaan (Intrans Publishing).” jelas Yogi ketika diwawancara Dianns pukul 13.00 WIB tadi di Kalimetro, Jalan Joyo Suko Metro 42, Merjosari, Malang.
Meski pemutaran film dokumenter Senyap dibatalkan, Yogi memastikan bahwa diskusi bersama Direktur Eksekutif Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Muji Kartika Rahayu, akan tetap digelar. Muji yang juga anggota tim Pengacara Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) tersebut akan mengisi diskusi tentang refleksi penyelesaian pelanggaran kasus HAM di Indonesia. Awalnya, Muji akan menjadi pemateri usai pemutaran Senyap.
Dengan dibatalkannya pemutaran Senyap di Wisma Kalimetro, dapat dipastikan tidak adalagi agenda nonton bareng film Senyap di Malang pada Desember seperti yang dijadwalkan di website resmi film senyap.com. Agenda pemutaran di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unversitas Brawijaya, yang sedianya digelar tanggal 18 Desember 2014 dipastikan batal setelah rektor UB, M. Bisri, melarang pemutaran Senyap di kampus.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Hasil Perhitungan Suara Pemilwa FIA 2014
Tumblr media
Liputan/Foto : Roihatul Musyafi/Candra Eka
Bertempat gedung A lantai satu, perhitungan suara dimulai pukul 20.10 WIB. Diawali dengan perhitungan surat suara DPM FIA dari TPS (Tempat Pemungutan Suara) Publik, total surat suara berjumlah 929 suara dengan perolehan suara tertinggi diperoleh calon DPM FIA nomor urut 4  (Sinergy Aditya) dengan 136 suara dan disusul dengan urutan calon DPM nomor 5 (Rendy) dengan 132 suara. Perhitungan surat suara dari TPS Bisnis untuk DPM FIA dimulai sekitar pukul 23.30, total surat suara berjumlah 853 suara dengan perolehan suara terbanyak diperoleh calon DPM dengan nomor urut 1 (Ramat Arif B) dan 139 suara disusul dengan pasangan nomor urut 9 (Yogi A) dengan 138 suara. Kalkulasi dari hasil suara dari TPS Publik dan Bisnis pada urutan pertama ditempati calon dengan nomor urut 9 (Yogi A) dengan 235 suara.
Setelah perhitungan surat suara anggota DPM telah selesai, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, perhitungan dilanjutkan dengan surat suara Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden BEM yang dimulai dari TPS publik. Persaingan jumlah perolehan suara antara kedua pasang calon sangat ketat di awal perhitungan. Keduanya memperoleh suara yang berimbang dan saling kejar, memasuki menit ke 30 pasangan nomor urut dua semakin unggul dengan memperoleh 130 suara dan no urut satu 84 suara. Pada akhirnya perhitungan suara pada TPS publik dimenangkan oleh pasangan no urut 2 dengan jumlah 555 suara. Perhitungan dilanjutkan surat suara dari TPS Bisnis yang hasilnya berbanding terbalik dengan perhitungan pada TPS Publik keunggulan pasangan urut nomor satu dengan jumlah 420 suara. Pasangan nomor urut 2 (Robeth Akbar dan Fariz Novarianto) memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden BEM 2015 dengan jumlah total perolehan 953 suara, mengalahkan pasangan nomor urut 1 (Hendry Apriyandani dan Desya Nur Perdana) dengan total perolehan suara 731 suara.
Jika dilihat dari data partisispasi mahasiswa FIA mengenai keterlibatanya menggunakan hak  untuk memilih dalam Pemilwa 2014, maka tahun ini bisa dikatakan menurun dari tahun sebelumnya. Terlihat dari jumlah surat suara  yang tersedia masig-masing 3600 kartu suara untuk pemilihan capres-cawapres dan DPM tetapi yang terpakai hanya 1650 an dan tahun kemaren mencapai 1994 surat suara yang digunakan.
Berikut ini adalah rincian hasil perhitungan surat suara Pemilwa 2014
Tumblr media
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Mahasiswa Punya Kuasa
Oleh: Hesti Ramadhani
“Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.” –Soe Hok Gie-
Para pemain politik kampus sedang bergerak. Terdengar suara para calon, baik calon untuk Dewan Perwakilan Mahasiswa maupun pasangan calon untuk Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dari ruang kelas yang telah usai menikmati ceramah dosen. Suara itu untuk meminta dukungan dari ruang kelas yang berisi mahasiswa baru. Euforia pemilihan mahasiswa (Pemilwa) hari ini memaksa ingatan saya kembali pada euforia yang sama tiga tahun yang lalu ketika saya menjadi mahasiswa baru. Saya dihadapkan pada beberapa pilihan calon yang katanya akan mewakili suara mahasiswa. Berbekal mendengarkan program yang dicanangkan dalam setiap kampanye para pasangan calon, saat itu saya harus memilih satu dari 3 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden BEM. Tanpa tahu track record mereka. Bahkan saya tak tahu tentang Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Omek) yang menjadi background dari setiap pasangan calon saat itu.
Kini euforia politik pemilihan kampus terasa lagi. Dua pasang calon Presiden dan wakil presiden telah terdaftar secara resmi oleh panitia pemilwa. Saya sempat melihat debat kedua pasangan calon tersebut 3 hari yang lalu. Salah satu calon presiden pun mengingatkan saya pada pemilihan Ketua Pelaksana Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA) 2014 beberapa bulan yang lalu, di mana ia terpilih sebagai ketua pelaksana. Retorika yang seolah-olah akan mengemban tugasnya dengan baik. Namun sayang, berbagai konflik mewarnai kepemimpinannya sebagai ketua pelaksana hingga acara Orientasi Pengembangan Soft Skill (OPSS) saat itu. Keputusan sepihak yang pernah ia ambil pun menjadi bayangan ketidakprofesionalannya dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Lembaga Otonomi Fakultas (LOF) pun sempat dibuat kecewa dengan keputusannya yang tanpa kompromi. Kalimat “kepercayaan itu tidak akan datang dua kali” yang ia ucapkan dahulu ketika debat calon ketua pelaksana PKKMABA 2014 sekarang menggelitik saya. Mungkin saja kali ini ucapan ia hanya sebuah retorika kosong belaka.
Sedangkan calon  presiden yang berkacamata terlihat tak siap ketika berada di panggung debat terbuka. Retorika yang terlihat tak tegas mengisyaratkan sebuah keraguan dan pribadi yang tertutup. Berlatar belakang Dirjen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) BEM yang daftar program kerjanya lebih banyak untuk internal BEM dibandingkan untuk seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Sosok yang seharusnya mengerti fungsi BEM untuk seluruh mahasiswa FIA, bukan hanya untuk mahasiswa internal BEM. Bukan juga hanya mengembangkan Sumber Daya Mahasiswa internal BEM tetapi seluruh Sumber Daya Mahasiswa FIA.
Kedua pasang calon memiliki background golongan yang berbeda. Pemilwa bukan ajang kompetisi perwakilan golongan. Namun anggota Omek yang mondar-mandir di balik gerak-gerik pasangan calon seolah-olah menggambarkan Pemilwa memang telah menjadi kompetisi wakil dari golongan selama ini. Mencermati track record kedua calon dan background-nya pun menjadi penting untuk menentukan pilihan. Kini mahasiswa baru pun dihadapkan pada dua pilihan atau malah tiga pilihan, di mana pilihan ketiga adalah golput (golongan putih). Golput pun merupakan sebuah pilihan, pilihan untuk tidak memilih.
Politik di kampus ini seakan tersandera kekuasaan. Berdalih dengan mengatasnamakan kepentingan seluruh mahasiswa tetapi berkali-kali berkutat dalam konflik beda golongan. Sudah semestinya pemimpin memberikan teladan publik. Tak perlu lagi banyak kata, yang perlu adalah tindakan nyata. Partisipasi mahasiswa yang kuat dengan pemikiran yang kritis dan rasional akan mengahdirkan demokrasi yang hebat. Teori Abraham Lincoln menyatakan bahwa karakter sejati seseorang baru teruji kalau ia sudah pernah diberi kekuasaan. Mahasiswa sudah semestinya jeli bahwa kedua calon presiden pernah mengemban tugas yang dibungkus dua agenda yang bersinggungan langsung dengan kepentingan mahasiswa FIA. Sudah saatnya menentukan sikap sebagai wujud kepedulian mahasiswa di tengah euforia politik kampus yang diselimuti berbagai kepentingan.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Jangan Terbuai
Oleh : Dea K. Riyadi
“Selamat datang di panggung politik Fakultas Ilmu Administrasi (FIA)”
Suasana di kampus abu-abu akhir-akhir ini terlihat semarak. Baliho nampak berjajar di sekitar mushola, gedung J dan gedung I. Maklum saja, area itu memang ramai dilewati mahasiswa dan juga cukup lapang untuk memajang wajah-wajah baru yang akan beraksi di panggung politik FIA 2015 mendatang. Bagi orang-orang yang melek politik, sebenarnya mereka bukanlah wajah baru. Mereka adalah orang lama yang sudah berkiprah dalam panggung politik FIA. Wajah mereka tampak cantik dan ganteng diiringi janji-janji ala wakil rakyat. Bahkan saya sempat mendengar sebuah celetukan dari seorang mahasiswa yang mengomentari baliho-baliho tersebut, “Ini seperti pameran foto model”. Memang tidak salah mereka memasang foto good looking agar terlihat lebih menarik, namun setelah saya pikir, celetukan mahasiswa tersebut juga tidak salah. Lihatlah baliho-baliho yang berjajar itu, mereka seolah berbisik kepada orang yang lewat, “Pilih saya . . . Pilih saya . . .”
Saat ini, pemilwa sudah di depan mata. Selasa (9/12) agenda akbar tersebut akan digelar. Masalah yang timbul sekarang bukan lagi tentang dari mana mereka berasal atau janji-janji manis yang mereka tebar saat debat terbuka. Bukan juga tentang adu bakat yang sempat mereka tampilkan layaknya ajang pencarian bakat di televisi. Sekarang saatnya mahasiswa FIA berpikir cerdas. Banyak yang menilai untuk apa memilih jika tidak ada kemajuan. Iya, mungkin mereka benar. Sudah berapa banyak aktivis yang berjanji tentang perbaikan FIA, namun janji tinggalah janji. Jangankan menyelesaikan masalah, untuk sekedar menyampaikan aspirasi saja banyak mahasiswa yang tidak tahu harus pergi ke mana. Ini imbas dari keapatisan mahasiswa FIA atau perwakilan mahasiswa yang tidak menjalankan amanah dengan baik? Entahlah, yang pasti ketidakmampuan kaum politis memikul amanah akan meningkatkan keapatisan mahasiswa. Namun, tidak memilih alias golput juga bukan solusi yang baik. Membiarkan politik FIA menjadi ajang rebutan kekuasaan seperti sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Seperti kata Sri Kresna dalam pewayangan India, “Membiarkan suatu kejahatan adalah kejahatan itu sendiri.” Jadi, bersikap apatis dan membiarkan mereka “asyik” bermain juga tidak seharusnya dilakukan. Ini FIA kita bersama, bukan FIA mereka.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Hal pertama yang dilakukan adalah “jangan terbuai”. Jangan terbuai dengan apapun yang mereka berikan. Obralan janji, wajah ganteng atau cantik, pencitraan yang mereka bangun, jangan terbuai dengan itu semua. Ini dunia nyata, bukan dunia dongeng yang hanya menggunakan tongkat ibu peri akan mengubah perilaku seseorang. Langkah kedua adalah kenali mereka. Kenali calon pemimpin yang akan Anda percayai untuk melanjutkan tongkat estafet kekuasaan di FIA. Jangan hanya melihat dari kesan pertama Anda melihatnya karena kebanyakan kesan pertama itu menipu. Kenali mereka dari track record-nya. Coba telusuri sepak terjang kepolitikan mereka. Seberapa berhasil mereka mempertanggungjawabkan amanah yang selama ini mereka pikul atau mereka hanya pemain politik yang meninggalkan banyak kontroversi. Kenali juga kepribadian serta keseharian mereka. Dari hal sepele di keseharian mereka akan dapat dilihat kepribadian asli mereka. Sebuah batu yang dipoles menyerupai permata takkan mengubahnya menjadi permata, begitu pula sebaliknya. Semua ini kembali ke Anda, seberapa tinggi obyektifitas penilaian Anda tergantung seberapa besar Anda lepas dari buaian mereka.
Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan setelah memilih adalah mengawasi. Jangan takut untuk mengawasi kinerja mereka. Nanti, setelah mereka terpilih, jangan takut untuk menanyakan janji-janji yang pernah mereka buat. Sekali lagi, jangan sampai kita terperosok dalam lubang yang sama, janji tinggalah janji.
“Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya”, Peter F. Drucker (Pendidik dan penulis asal Amerika Serikat)
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Gabungan Mahasiswa Mengawal Pemilwa FIA
Liputan: Jihan Khalida, Zendy Titis
Mengawal Pemilwa ini merupakan permulaan yang akan dilanjutkan dengan mengawasi kinerja Presiden dan Wakil Presiden BEM maupun DPM terpilih. Ide ini pun disambut baik oleh beberapa civitas akademik FIA, salah satunya adalah Guardian Muhammad selaku ketua Research Study Club (RSC) 2014. Saat ini sudah ada tujuah Lembaga Otonomi Fakultas (LOF) yang ikut bergabung mengawal Pemilwa yaitu, RSC, Administration English Club (AEC), Master Fight Organization of Sport (Mafioso), Paduan Suara Mahasiswa (PSM) FIA, Sanggar Seni Mahasiswa (SSM) dan Laboratorium Kebijakan Publik dan Perencanaan Pembangunan (LKP3) dan Himpunan Mahasiswa Perpajakan (Himapajak). Menurut Hamsa Pemilwa kali ini harus mendapatkan pengawasan. “Pemilwa harus benar-benar diawasi. Kami peduli pada angkatan di bawah kami. Kalau sistem dibiarkan seperti tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, maka tidak akan ada perubahan yang berarti,” ujar Hamsa.
Gabungan mahasiswa mengawal pemilu ini mengajukan beberapa tuntutan kepada asangan Capres dan Cawapres serta calon DPM. Tuntutan tersebut tertuang dalam sebuah pakta integritas yang ditanda tangani oleh kedua pasangan Capres dan Cawapres BEM dan calon DPM pada acara debat terbuka Capres dan Cawapres BEM (4/12). Pakta Integritas tersebut menjadi aksi nyata yang dilakukan Hamsa dan kawan-kawan sebagai wujud pengawasan pesta demokrasi ini.
Hamsa menyatakan bahwa gabungan mahasiswa yang terdiri dari beberapa LOF ini akan mengawasi kinerja Presiden dan Wakil Presiden BEM dan DPM terpilih melalui perbaikan kualitas fungsi Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM). Ia menilai selama ini anggota MPM kurang menjalankan fungsinya dengan baik terkait pengawasan peran BEM bagi mahasiswa FIA. “Mungkin teman-teman (anggota) MPM yang dikirim dari masing-masing lembaga itu kurang mengetahu tugas pokok dan fungsi MPM itu seperti apa atau mungkin dari pemimpinnya sendiri yang kurang bisa menggerakkan anggota-anggotanya,” terang Hamsa. Ia juga menambahkan, “Harapan saya yang dimasukkan ke MPM itu harus benar-benar siap dan koordinatornya jangan dari golongan, karena itu akan berjalan ala kadarnya.”
Ide mengawal pemilwa ini sudah ada di tahun sebelumnya, namun tidak direalisasikan karena tidak adanya eksekutor kuat saat itu. Sedangkan tahun ini Hamsa merasa perlu untuk menindaklanjuti ide yang belum sempat direalisasikan tersebut. Hamsa mengaku bahwa ke depan, ia akan mengajak LOF lain yang tidak berpihak pada golongan mana pun untuk bergabung. Ia berharap bahwa MPM dapat bekerja sama untuk menjadi eksekutor dalam mengawasi kinerja Presiden dan Wakil presiden BEM FIA apabila nanti mereka terbukti tidak mampu mengemban amanah.
Sedangkan alasan Hamsa yang tidak hanya mengikutsertakan teman-teman dari Humanistik dalam idenya untuk mengawal pemilwa adalah karena ia ingin agar dapat benar-benar mewakili seluruh suara mahasiswa FIA, bukan hanya Humanistik. Agar permasalahan-permasalahan yang akan disampaikan kepada presiden BEM bukan hanya datang dari Humanistik, melainkan juga dari lembaga-lembaga yang lain. Terkait rencana selanjutnya, Hamsa menjawab bahwa saat ini ia masih fokus pada pakta integritas dulu. “Setelah semua DPM tanda tangan, nanti ditempel supaya dapat apresiasi bagus dari mahasiswa. Nggak cuma dari yang non-golongan, mahasiswa yang dari golongan pun diharapkan bisa mendukung ini.”
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Kapel Pemilwa FIA 2014 Sempat Berniat Mengundurkan Diri
Liputan: Roihatul Musyafi/ M. Rizky
            Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) FakuItas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) 2014 kali ini rupanya tak luput dari serba-serbi permasalahan di dalam kepanitiaanya. Salah satunya tentang Ketua Pelaksana (Kapel) Pemilwa FIA 2014 yang sempat menyatakan berniat mengundurkan diri dari kepanitiaan.
            Koordinator SC (Steering Committee) Pemilwa FIA 2014, M. Darmawan Saputra, menjelaskan bahwa memang benar adanya tentang adanya niatan Kapel Pemilwa FIA 2014 mengundurkan diri dari kepanitiaan. Putra menambahkan, bahwa dari pihak SC berusaha tetap mempertahankan posisi Kapel karena merupakan pos kepanitiaan yang paling krusial. “Memang benar waktu itu Adit sempat ngomong ke saya pribadi mau mengundurkan diri. Tetapi dari rapat SC diputuskan untuk mempertahankan posisi kapel,” jelas Putra.
            Sharah Alfia selaku bendahara pelaksana Pemilwa FIA 2014, juga membenarkan tentang kabar niatan Kapel untuk mengundurkan diri dari kepanitiaan. Sharah menjelaskan bahwa niat untuk mengundurkan diri dari Kapel tersebut selain karena beratnya beban mental yang kapel rasakan juga karena masalah kesehatan yang dialaminya. “Saya mengetahui akan berita adit yang ingin mengundurkan diri. Akan tetapi kami dari temen-temen panitia selalu menguatkan dia untuk tetap maju pantang mundur. Akhirnya berhasil dan ia tidak jadi mengundurkan diri,” ujar Sharah. Mengenai tugas dari Adit selaku Kapel yang terbengkalai akibat kesehatannya terganggu, Sharah menyatakan bahwa tugas tersebut telah dilimpahkan kepada Sekretaris Pelaksana (Sekpel). Salah satunya saat pemberian stempel pemilwa pada atribut kampanye para calon yang dillimpahkan kepada Sekpel selama kesehatan  Adit belum pulih.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Fokus ke Pemilwa, Pembaharuan AD/ART Belum Terlaksana
Liputan: Aliefiana Fernanda/ Dellian Prastini
Bulan Desember merupakan bulan politik bagi mahasiswa seantero Universitas Brawijaya. Selain agenda besar berupa Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) yang bertujuan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) serta Dewan Perwakital Mahasiswa (DPM) pusat, tiap fakultas pun disibukkan dengan pesta politik lewat penyelenggaraan Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa). Layaknya Pemira, Pemilwa merupakan agenda tahunan tiap fakultas yang bertujuan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden BEM serta anggota DPM fakultas. Fakultas Ilmu Administrasi sendiri tak luput dari euphoria penyelenggaraan Pemilwa.
Pada tahun ini terdapat dua pasang kandidat yang bersaing untuk memenangkan kursi Presiden dan Wakil Presiden BEM FIA. Salah satunya adalah pasangan nomor urut dua, Roberth Akbar dan Fariz Novariyanto. Fariz Novarianto yang berpasangan dengan Roberth sebagai calon wakil presiden disatu sisi sampai saat ini masih menduduki posisi Koordinator Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM).
Menanggapi perihal adanya vacuum of power di tubuh MPM saat ini, Fariz mengatakan bahwa secara struktural ada pihak yang berwenang untuk menangani MPM selama ia maju dalam Pemilwa. Pihak yang dimaksud adalah sekertaris MPM yang kini dijabat oleh M. Kemal Andhita (Bisnis Internasional 2012). Akan tetapi, peran Kemal masih belum menonjol mengingat fokus kerja MPM saat ini adalah Pemilwa, dimana sosok yang berperan besar dalam penanganan Pemilwa adalah Putra selaku CO SC. “Tapi perlu digarisbawahi bahwa tugas MPM tidak hanya sebatas Pemilwa.” Tambah Fariz.
Selain Pemilwa, salah satu agenda besar MPM lainnya adalah memperbaharui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) terkait Lembaga Kedaulatan Mahasiswa (LKM) yang terahir kali diubah pada tahun 2009. Namun hingga menginjak akhir tahun ini, agenda tersebut masih belum terealisasi. “Sebenarnya sudah kita agendakan untuk mengadakan sidang terkait AD/RT ini, namun pada saat itu berbenturan dengan sidang Pemilwa” ujar Fariz. Lebih lanjut Fariz menuturkan bahwa salah satu kendala pada pengagendaan terkait AD/RT ini adalah ketidakhadiran teman-teman MPM lainnya. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Putra yang meski kini sedang menjabat sebagai CO SC Pemilwa disisi lain tetap merupakan salah satu anggota MPM, “Sebenarnya hal tersebut sudah menjadi salah satu tujuan MPM untuk kepengurusan tahun ini, tapi melihat kondisi ditiap sidang dimana teman-teman MPM sulit dikumpulkan, kegiatan penyempurnaan AD/ART menjadi terhambat karena hal tersebut.” Putra menyampaikan lebih lanjut bahwa kesulitan mengumpulkan anggota MPM lainnya lebih disebabkan faktor kesadaran individu.
Perihal kelanjutan agenda pembaharuan AD/ART, Putra mengatakan akan ada tindakan untuk menidaklanjuti agenda ini setelah Pemilwa selesai. Namun ia menyatakan kurang tahu menyangkut kepastian waktu pelaksanaan. Disisi lain Fariz menyampaikan bahwa apabila dirinya dan Roberth terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden BEM FIA maka ia akan menyerahkan kebijakan ini pada MPM terpilih selanjutnya. Fariz mengatakan bahwa nantinya ia sekedar menyarankan sebagai mahasiswa bahwa masih ada yang perlu dirubah, bukan sebagai CO MPM lagi. Kemudian Fariz melanjutkan, “Akan tetapi jika saya belum diberi amanah oleh teman-teman, maka saya akan lanjutkan lagi agenda ini semaksimal mungkin. Saya tidak akan berhenti sampai jabatan saya selesai.” 
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Para Calon DPM FIA Tak Paham Legal Drafting
Liputan: Debby Yuliana/ Michelin
Debat terbuka Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), yang merupakan salah satu agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), rabu (3/12) lalu diselenggarakan di gedung A lantai 1 FIA. Debat yang berlagsung mulai pukul 09.15 hingga pukul 14.00 WIB ini, diikuti oleh 12 calon DPM. Debat dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 09.15–11.15 WIB, dan dipimpin oleh Wahyu Aulia sebagai moderator. Sedangkan, sesi kedua dimulai pukul 12.00–14.00 WIB, dan dipimpin oleh Fahrur Rasyid sebagai moderator.
Sedangkan pada sesi debat kedua, Fahrur selaku moderator mempunyai tema pertanyaan yang berbeda dari sesi pertama, yaitu merefitalisasi sesuatu yang mainstream menjadi anti-mainstream. Pertanyaan–pertanyaan tersebut seputar pedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga Kedaulatan Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (AD/ART LKM FIA) dan seputar kehidupan kampus. Namun lagi-lagi jawaban yang dilontarkan oleh para calon dinilai masih kurang. Menurut Fahrur, seharusnya para kandidat pada sesi debat kedua bisa menjawab dengan sangat baik. Ia juga menambahkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seharusnya sudah menjadi hal umum yang harus diketahui oleh para kandidat. “Padahal pada pertanyaan pertama, jawabannya pasti ada di Undang-undang LKM FIA dan mereka tidak bisa menjawab. Lucunya pada saat pertanyaan tentang hak angket. Mereka menjawab mengenai hak untuk menyebarkan kuisioner, padahal yang dimaksud bukan itu,” jelas Fahrur.
Kedua moderator ini menyayangkan jawaban-jawaban kandidat yang masih kurang. Meskipun begitu, mereka tetap berharap DPM FIA terpilih nanti dapat merealisasikan apa yang telah mereka janjikan untuk seluruh mahasiswa FIA. Harapan agar DPM kali ini tidak pecah seperti DPM tahun sebelumnya juga ditambahkan Wahyu diakhir wawancara dengan reporter Dianns.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Debat Terbuka Dinilai Hanya Sebagai Formalitas
Liputan: Amalia Puspita/Ria Fitriani
Pesta demokrasi Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) telah dimulai. Kampanye dari kelas ke kelas serta baliho pasangan Calon Presiden (Capres) dan Wakil Presiden (Wapres) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seakan menjadi ritual pemandangan di bulan politik FIA. Debat terbuka pasangan calon Presiden dan Wapres yang dilaksanakan pada (4/12) menjadi ruang mahasiswa FIA untuk menyaksikan kualitas dan kemampuan kedua pasangan calon. Acara tersebut juga menjadi kesempatan terbuka untuk mengajukan pertanyaan tentang visi-misi ataupun pernyataan yang dikeluarkan oleh para calon.
Jawaban kedua pasangan calon dari beberapa pertanyaan yang diajukan moderator pun mengundang beberapa mahasiswa yang sedang menyaksikan debat tersebut untuk berpendapat mengenai debat terbuka ini. Salah satunya adalah Kevin Adrian, Mahasiswa Administrasi Bisnis 2011 yang menilai debat ini normatif. “Debat ini seharusnya dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas diri, tetapi jadinya malah normatif. Debat terbuka ini hanya dijadikan sebagai formalitas dalam rangkaian acara Pemilwa,” ujar Kevin. Sedangkan terkait dengan visi-misi yang telah dijelaskan, Kevin berkata,”Untuk visi misi, dasar pemikiran dan tujuannya sama-sama baik. Namun kita lihat saja metode mana yang lebih tepat untuk diterapkan di FIA.”
Sesi ketiga, yaitu sesi saling memberikan pertanyaan antar calon. Masing-masing calon diberikan waktu selama 4 menit untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan terkait kejelasan poin advokasi yang tertera dalam misi dan peran dan fungsi mahasiswa dalam setiap program kerja dilontarkan oleh pasangan calon nomor urut 2 kepada pasangan calon nomor urut 1. Sedangkan calon nomor urut 1 mempertanyakan tentang perbedaan antara BEM FIA dengan BEM yang lainnya. Namun pada sesi ini, kedua pasangan calon menyesalkan tidak adanya kesempatan untuk memberikan feedback dari masing-masing pertanyaan. “Sebenarnya menurut saya (waktu yang diberikan) kurang, saya ingin lebih banyak feedback, saya ingin Presiden BEM terpilih nanti benar-benar memiliki program yang jelas,” ujar Hendri. Terkait hal tersebut Robeth pun menyampaikan pendapat serupa. “Kalau saya melihat ini (debat) lebih mengarah pada diskusi, bukan debat, karena kita tidak diberi kesempatan untuk memberikan feedback atas jawaban yang diberikan,” sesal Robeth.
Sesi terakhir adalah pertanyaan dari audience. Pertanyaan terkait kepentingan golongan dan pernyataan dari calon nomor urut 2 yang kurang tepat menurut beberapa audience, antara lain pernyataan ‘FIA itu mati’ dan ‘Advokasi BEM tentang UKT’. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pun mendapat apresiasi dari audience dengan memberikan tepuk tangan dan sorakan. Debat terbuka hari itu ditutup dengan penanda tanganan pakta integritas yang berisi beberapa tuntutan untuk kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden BEM serta calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang hadir.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Rekam Jejak Capres Cawapres BEM FIA
Liputan: Candra Eka P/Hesti Rahmadhani
Visi dan Misi kedua pasangan calon telah disampaikan pada acara Debat Terbuka Kamis (4/12) lalu. Kedua pasangan calon memiliki latar belakang organisasi yang berbeda. Calon Presiden BEM FIA 2015 nomor urut 1, Hendri Apriyandani memiliki rekam jejak di beberapa organisasi Fakultas diantaranya, staff muda Master Fight of Sport (Mafioso) tahun 2012, staff humas Forum Kajian Islam (Forkim) 2013, staff humas Himpunan Mahasiswa Bisnis (Himabis) 2013, staf Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Advokesma) BEM FIA 2013 dan Dirjen Pemberdayaan Mahasiswa di dalam Kementerian Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FIA 2014.
Selama menjabat menjadi Dirjen Pemberdayaan Mahasiswa, Hendri dinilai sebagai sosok yang bertanggungjawab. “Walaupun dia sibuk banget, karena dia sekarang punya café sendiri, tetapi kalau ada acara atau event apa gitu dia menyempatkan datang walaupun sebentar,” ujar Mudmainah, staf Pemberdayaan Mahasiswa BEM FIA. Terkait pencalonan Hendri sebagai calon Presiden BEM FIA, harapan untuk lebih peka terhadap lingkungan dan lebih komunikatif pun dilontarkan oleh Mudmainah. Pendapat lain dikemukakan oleh Zein Ekky, selaku Dirjen Media dalam Kementerian Komunikasi dan Informasi BEM FIA. Terkait kinerja Hendri, Zein mengatakan, “Kepemimpinan Hendri lebih pada kepemimpinan yang structural. Dia mengerjakan segala sesuatunya itu terstruktur. Saya lihat dia lebih pada seorang konseptor, jadi terkadang terkait hal-hal teknis dia masih kurang.”
Sedangkan Calon Wakil Presiden BEM dari nomor urut 1, Desya Nur Perdana, tak banyak berkiprah di dalam FIA.  Pria yang kerap disapa Ikal ini merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Publik angkatan 2012. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ikal pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Paskibra SMAN 109 Jakarta periode 2011. Di SMA 109 Jakarta, Ikal juga mengkuti organisasi pecinta alam Eka Pasers dan menjabat sebagai kepala divisi Gunung Hutan periode 2012. Sedangkan terkait rekam jejak organisasi intra kampus, Ikal terbilang kurang aktif. Ia tercatat hanya mengikuti BEM sebagai staf muda tahun 2012 dan staf PSDM Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) tahun 2014.
Robeth Akbar merupakan Calon Presiden BEM FIA nomor urut 2. Menghabiskan masa pendidikanya hingga SMA di Bangkalan, Madura,  Robeth melanjutkan pendidikan perkuliahanya di FIA  jurusan Administrasi Pemerintahan pada tahun 2012. Rekam jejak organisasi Robeth yang tercatat diantarnya, staf muda BEM FIA tahun 2012, staf EM UB 2012, staf kebijakan publik BEM FIA, staff pengembangan keilmuan Humanistik 2013 dan yang terakhir sebagai Kepala Divisi (Kadiv) Pengembangan Keilmuan Humanistik. Robeth pada tahun 2014 ini juga menjadi Ketua Pelaksana (Kapel) Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA).
Fahrur Rosyid, Kepala Divisi Kajian dan Penelitian, yang juga rekan kerja Robeth saat di Humanistik menyatakan bahwa selama memimpin divisi Pengembangan Ilmu kinerjanya cukup baik. “Dia cocok dengan divisi Pengembangan Ilmu yang prokernya berisi diskusi dan kajian,” ujar Fahrur. Namun Fahrur sempat menyayangkan kinerja Robeth setelah menjabat menjadi Kapel PKKMABA, di mana kontrol pada divisi Pengembangan Ilmu menjadi berkurang. Fahrur melihat Robeth sulit membagi kewajiban dia di Humanistik dan menjadi kapel PKKMABA. Pernyataan senada juga diungkapkan Jibril Dwi Puja, staff divisi Pengembangan Ilmu, “Sebelum mas Robeth menjabat menjadi Kapel PKKMABA bener-bener deket banget, segala sesuatunya dikomunikasikan bersama, tetapi setelah menjadi kapel PKKMABA jadi komunikasi kita agak kurang karena mas Robeth sibuk di tempat lain.” Jibril juga menambahkan bahwa belakangan Robeth sulit dihubungi dan sempat menghilang pula beberapa waktu di Humanistik. Harapan agar tidak melakukan hal yang sama seperti di Humanistik sempat juga dilontarkan Jibril untuk Robeth jika Robeth terpilih nantinya.
Sedangkan Wakil Calon Presiden BEM nomor urut 2 adalah Fariz Novarianto, mahasiswa Bisnis Internasional angkatan 2012. Fariz tercatat pernah mengikuti beberapa organisasi di FIA, diantaranya staf muda BEM FIA tahun 2012, staf Student Enterpreneur Club (SEC) FIA tahun 2012, anggota Administration Music Club (AMC) FIA tahun 2012 dan yang terakhir menjabat koordinator Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) FIA tahun 2014.
Salah satu rekan kerja Faris di MPM, M. Darmawan Saputra, menjelaskan bagaimana kerja Faris selama menjabat menjadi Koordinator MPM, “Menurut saya mas Faris kurang sistematis dalam mengkoordinir anggota dan juga dia kurang mengklarifikasi sesuatunya jadi sering ada tuduhan bahwa ia mengambil keputusan sendiri karena mas Faris sendiri jarang ada klarifikasi lebih ke anggota-anggotanya.” Putra juga menambahkan apabila nantinya Fariz terpilih sebagai Presiden BEM setidaknya janji-janji selama di MPM harus segera diselesaikan. Salah satu janji Fariz yaitu menyempurnakan AD/ART LKM. “Karena sudah 5 tahun dan ini saatnya, katanya mas Faris setelah Pemilwa ini tetapi ya belum tau lagi,” ujar Putra.
Pada Curriculum Vitae (CV) yang diserahkan kepada panitia Pemilwa, Fariz mencantumkan pernah menjadi anggota AMC FIA pada tahun 2012. Akan tetapi ketika dikonfirmasi oleh reporter DIANNS, pengurus AMC tidak mengenal dan tidak pernah melihat Fariz aktif di AMC. “Kalau masalah itu saya juga tidak pernah melihat anaknya, dia anggota atau tidak belum jelas juga karena dia tidak pernah kesini,” jelas salah satu pengurus AMC FIA angkatan 2011. Pada keorganisasian AMC, seseorang bisa dianggap menjadi anggota harus mengikuti diklat, mendapat sertifikat dan aktif di AMC. Salah satu pengurus AMC tersebut menambahkan bahwa setelah mendaftar tahun 2012, Fariz belum pernah kelihatan dan belum ada kontribusi terhadap AMC. “Seharusnya dia tidak mencantumkan nama AMC karena dia tidak pernah aktif dan tidak ada kontribusinya untuk AMC. Seharusnya sebagai calon pemimpin harus jujur lah apabila tidak ikut ya jangan dicantumin, kalau ikut baru dicantumin. Percumah lah kalau cuma buat menuh-menuhin CV aja,” pungkas pengurus AMC tersebut.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Konser Satu Dekade HUMANISTIK
Tumblr media
Liputan/Foto : Esa Kurnia/Clara Dilasanti
Acara yang berlokasi di Gazebo Universitas Brawijaya ini berlangsung penuh dengan antusias dari penonton. Acara yang seharusnya mulai pada pukul 17.00 ini sempat diundur ke pukul 18.00 WIB dikarenakan cuaca hujan. Namun, hal ini tidak mengurangi antusias penonton untuk melihat perhelatan musik yang diselenggarakan oleh panitia dies natalies on Decade HUMANISTIK FIA UB. Acara ini turut dimeriahkan oleh beberapa band indie ternama di Kota Malang seperti Unda Undi, Atlesta, Homeband Administration Music Club (AMC) FIA UB, serta Banda Neira selaku Guest Star dalam acara dies natalies HUMANISTIK on Decade ini. Acara ini menjadi pengalaman pertama bagi Banda Neira bermain di Jawa Timur, khususnya Kota Malang.
Ditemui reporter dianns di lokasi, Ananda Badudu selaku personel dari Banda Neira menyatakan kepuasannya bermain di malang. “Seru banget, nggak nyangka bisa seseru ini antusiasnya, soalnya ini baru pertama kali main di Malang, malah aku ngerasa ga ada harapan apa-apa disini tapi ternyata antusiasnya bagus banget, panitia disini juga bener-bener baik sama kita sampe kita jadi ngerasa ga enak sendiri”, ungkap Ananda. Dengan alunan nada sendu ditambah dengan cuaca sejuk Kota Malang yang sebelumnya diguyur hujan, Banda Neira menutup acara dies natalies HUMANISTIK FIA UB ini dengan syahdu.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Launching Album Pertama AMC
Tumblr media
Liputan/Foto      : Richard Gufron/Clara Dilasanti
Malang, dianns.org – Administration Music Club (AMC) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) pada hari jumat (21/11) lalu menyelenggarakan launching album kompilasi pertama mereka. Bertempat di Lapangan Basket FIA, acara yang dimulai pukul 16.00 hingga 21.00 WIB ini ramai pengunjung. Dengan mengusung tema “Macak Seni”, penataan dekorasi maupun konsep launching album tersebut sarat dengan unsur-unsur seni. Salah satunya terdapat sepatu-sepatu dan payung-payung yang digantungkan di atas tempat acara menjadikan dekorasinya semakin artistik.
Ditemui reporter DIANNS, Livia Armiliana, ketua pelaksana launcing album kompilasi pertama AMC menjelaskan bahwa  judul album pertama AMC FIA  adalah memulai, “Karena ini adalah album pertama,” jelas mahasiswa ilmu administrasi publik ini. Dalam album Memulai, terdapat delapan lagu yang dibawakan oleh delapan  band dari AMC. Delapan band tersebut diantaranya Grey FIA, Grey Fia Junior, Grey FIA’13, Earony, Gelas Kaca, Tiga Asumsi, Chamomile dan G Project. “Dalam album ini tidak ada band dari luar, semuanya berasal dari dalam AMC,” tutur Livia. Lagu-lagu yang disajikan dalam album ini berisi berbagai genre musik mulai dari jazz, klasik dan folks. Album kompilasi AMC dijual dengan harga Rp. 15.000,00. Compact disk (CD). Album memulai dapat dibeli di stand acara launching album dan sekret AMC sendiri. Livia menjelaskan perbedaan antara album AMC dengan album umumnya adalah album memulai lebih menonjolkan genrenya. “Untuk penggarapan album membutuhkan waktu dua  bulan,  mulai dari recording sampai launching,” ungkap Livia.  Livia selaku ketua pelaksana, berharap semoga AMC sukses dan mengadakan launching album setiap tahun.
0 notes
lpmdianns-blog · 9 years
Text
Mahasiswa Perpajakan Tanggapi Platform Pajak Pemerintahan Jokowi-JK
Tumblr media
Liputan : Alfiefiana Fernanda & Danar Yuditya
Semnas kali ini mendatangkan tiga pembicara yaitu Dr. Ir. Arif Budimanta, M.Sc selaku anggota dari tim transisi pemerintahan Jokowi-JK, Darussalam, SE.Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax yang merupakan pengamat perpajakan dari Danny Darussalam Tax Center, dan Prof. Dr. Gunadi, M.Sc., Ak. selaku guru besar fiskal di Universitas Indonesia yang hadir menggantikan Dr. A. Fuad Rahmany sekalu Direktur Jendral Pajak yang pada mulanya direncanakan hadir.
Dalam seminar kali ini, bahasan yang disinggung mengenai platform perpajakan  yang telah ditawarkan oleh presiden dan wakil presiden baru kita Jokowi-JK yang terdapat dalam visi misinya, yang akan dikerjakan selama lima tahun kedepan. Agenda Jokowi-JK yang diangkat diantaranya, meningkatkan Tax Ratio dari 12% menjadi 16% yang akan dinaikan 1% pertahun, merancang ulang lembaga pemugutan pajak, peningkatan kuantitas dan kualitas aparatur pepajakan, serta evaluasi kinerja kenaikan penerimaan pajak seiring dengan kenaikan potensinya. Peningkatan Tax Ratio atau rasio penerimaan pemerintah yang berasal dari pemungutan pajak menjadi salah satu topik yang hangat dalam acara ini. Hal tersebut dikarenakan selama sepuluh tahun terahir Tax Ratio Indonesia masih tergolong rendah dan selevel dengan negara-negara Low Midle Income. Namun menurut Gunadi, meskipun sulit, target sebesar 16% tersebut masih mungkin bagi Indonesia. “Secara teori Tax Ratio 16% itu masih achievable.” Ungkapnya.
  Ditemui seusai acara, Ainun Logitama selaku Ketua Pelaksana semnas kali ini mengakui bahwa materi yang disampaikan dalam seminar kurang fokus mengkritisi agenda perpajakan Jokowi-JK sesuai dengan tema yang diangkat. Ia mengatakan hal tersebut kemungkinan dikarenakan pemateri yang kurang kesiapan. Terlepas dari itu jika dilihat dari antusias peserta di semnas kali ini cukup besar karena peserta yang dateng pun tidak hanya dari mahasiswa FIA saja tapi ada dari FEB dan Vokasi bahkan ada yang dari D3 Perpajakan UNAIR dan S1 Akuntansi STIE Perbanas Surabaya.
0 notes
lpmdianns-blog · 10 years
Text
Berekspresi Lewat Karikatur, Kritik dan Seni
Tumblr media
Liputan: Debby Lian/Clara Dilasanti
Dengan mengangkat tema all about distorsion, Khoirul Anwar irul-sapaan akrabnya- ingin menggambarkan bentuk karakter tokoh yang melakukan penyelewengan karakter. Khoirul mencontohkan Sutan Bathoegana yang menjadi salah satu objek karikaturnya, seorang tokoh publik seharusnya menjadi contoh yang baik bagi publik. Namun, realitanya bertolak belakang. “Saya kemudian menggambarkan karakter Sutan dengan ekspresi tersenyum meringis, terdapat uang dikantongnya dan dikelilingi tikus-tikus kecil. Lucunya di negeri ini, seorang jadi tersangka kasus korupsi, masih bisa tersenyum nyengir di depan kamera. Hal itu bukan perilaku yang patut dicontoh,” terang karikaturis yang tak pernah lepas dari topinya.
Yogi Fachri pun selaku penanggung jawab pameran mengatakan tema maupun konsep yang diambil dalam pameran karikatur ini diserahkan seluruhnya kepada pengkarya. Mengenai pemilihan karakter tokoh yang menampilkan gambar karikatur presiden Indonesia mulai dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Khoirul memaparkan pemilihan gambar karikatur mengambil momentum pelantikan dan wakil presiden tanggal 20 mendatang. “Ini cara saya menyambut pemimpin baru bangsa kita, 20 oktober nanti,” terangnya.
Hal yang menarik dari pameran karikatur juga terlihat dari penataan karya pameran. Di karikatur seri Presiden, Khoirul ingin menyampaikan karakter tokoh Indonesia mulai dari periode Soekarno yang dipajang paling atas, sedangkan karikatur Soeharto dipajang di bawah. “Kenapa saya menata seperti itu, karena pada era Soeharto negara Indonesia mengalami masa yang paling kelam melihat gaya kepemimpinan Soeharto yang ditaktor,” jelas Irul.
Sedangkan, karikatur Gus Dur, Megawati, dan SBY dipajang denga posisi bertingkat dengan Jokowi yang berada di tingkat atas. Khoirul ingin merepresentasikan harapan masyarakat dengan adanya pemimpin baru Indonesia dibawah kepemimpinan Jokowi dapat menjadi Negara yang lebih maju.
Dengan adanya pameran tunggal karikatur di Wisma Kali Metro. Yogi Fachri dari komunitas kali metro mengatakan bahwa kali metro ingin mewadahi segala macam kegiatan yang membangun kebudayaan. Selain itu, ada juga kelompok-kelompok kajian ilmiah dan seni. 
0 notes
lpmdianns-blog · 10 years
Text
Kegiatan OPSS 3 Diundur, Sebagaian Besar LOF Kecewa
Oleh: Danar Yuditya
Robeth Akbar, selaku ketua pelaksana, menyatakan bahwa diundurnya kegiatan OPSS ini merupakan permintaan dari pihak fakultas karena bertabrakan dengan persiapan acara Dies Natalis FIA yang diadakan pada hari minggu (19/10). Namun, hal ini membuat sebagian besar LOF kecewa karena telah mempersiapkan samba dari jauh hari. Selain itu, LOF juga memiliki berbagai agenda untuk mahasiswa baru yang disinyalir akan bertabrakan dengan OPSS ketiga jika diundur. Akhirnya, pada hari Kamis (16/10) panitia pun mengadakan klarifikasi yang dihadiri perwakilan lembaga dan juga Pembantu Dekan III beserta jajarannnya untuk menjelaskan dan mencari solusi bersama. “Walau tanpa dihadiri oleh ketua pelaksana, forum tersebut mendapatkan kesepakatan bersama yaitu ada dua usulan tempat untuk OPSS, yang pertama di lapangan basket dengan catatan harus cek dulu ke fakultas tetangga agar tidak terjadi bentrokan. Sedangkan usulan tempat yang kedua jatuh di aula gedung A lt. 4 dengan menggunakan sistem shift. Tetapi secara tiba-tiba Robeth mengabarkan bahwa OPSS tetap diundur dan ini sudah keputusan final,” ujar Guardian Muhammad, Ketua Umum Research Study Club (RSC).
Pada hari Jum’at (17/10), Steering Comitte dan panitia inti OPSS pun mengadakan rapat untuk membahas mundurnya kegiatan Samba. Namun, lagi-lagi tak dihadiri ketua pelaksana dengan alasan ketua pelaksana sedang sakit. Robeth Akbar, selaku ketua pelaksana melalui telepon menyatakan bahwa tetap ingin mengundur pelaksanaan kegiatan OPSS dengan alasan persiapan dari panitia kurang maksimal apabila dipaksakan pada hari sabtu dan juga banyak panitia serta mahasiswa baru yang telah pulang. Guardian berpendapat lain, ia mengatakan, “Sebenarnya alasan-alasan tersebut sudah ada jawabannya, kalau tentang persiapan, saya rasa tidak perlu repot karena kita hanya membutuhkan panggung saja, apabila itu masih dirasakan kesulitan maka opsi tempat kedua bisa digunakan. Alasan panitia dan maba yang pulang bisa ditangani karena untuk acara selanjutnya itu ada Dies Natalis FIA yang diwajibkan maba untuk datang.”
Samba merupakan wujud dari tema OPSS yang merupakan kelanjutan dari Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMaba) yaitu Panglima (Program Aktualisasi Entrepreneur Organisatoris Intelektual Religius Mahasiswa). Namun, dengan diundurnya acara ini, civitas LOF FIA mempertanyakan dimana esensi organisatorisnya. “Sebenarnya kami hanya menginginkan minat dan bakatnya maba tahun ini dapat tersalurkan ke internal FIA bukan malah ke eksternal. Karena, bisa mengangkat prestasi FIA sendiri. Dan saya inginkan kejelasan dari visi misi Robeth yang organisatoris tersebut, organisatoris maksudnya tersebut ditujukan ke internal ataukah ke eksternal?,” ujar Guardian. 
0 notes
lpmdianns-blog · 10 years
Text
Aksi Mahasiswa Tuntut DPRD kota Malang Tolak UU Pilkada
Tumblr media
Oleh: Hesti Rahmadhani/Foto: Clara Dilasanti
Salah satu perwakilan dari gabungan mahasiswa ini menyampaikan bahwa masyarakat tahu mana pemimpin yang bisa memimpin mereka. “Masyarakat tahu mana pimpinan yang tepat untuk dia, mereka tahu mana yang jelas bisa memimpin mereka, karena undang-undang ini saya rasa sudah ada batasan-batasan yang dilakukan oleh DPRD karena terbawa gelombang egoisme untuk menguasai kekuasaan,” teriak Taher, aktivis dari MCW saat memimpin aksi kamis pagi (02/10). Ia juga meminta DPRD untuk menemui mereka karena mereka membawa petisi yang berisi tanda tangan masyarakat yang menolak UU Pilkada.
Petisi tersebut diterima oleh pimpinan sementara DPRD 2014 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di depan gedung DPRD. Anggota DPRD tersebut sepakat bahwa jelas mereka menolak UU Pilkada dan menganggap pemilihan secara langsung lebih konstitusional dibandingkan dengan pemilihan secara tidak langsung. Mereka akan tetap menolak UU tersebut selama belum ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Namun, gabungan mahasiswa tersebut menuntut DPRD untuk melakukan tindakan konkrit seperti halnya menyediakan dokumen khusus berisikan menolak UU sebagai data untuk memperkuat judicial review ke pusat. Mereka juga mempertanyakan apakah sudah ada pembahasan khusus di DPRD mengenai UU tersebut karena hanya tiga anggota DPRD yang menemui mereka pagi itu sedangkan anggota yang lain belum ada. Anggota DPRD dari fraksi PDI-P pun menjawab bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan parlemen yang berasal dari partai politik tidak diperkenankan dan tidak boleh mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. “Kalau kemarin Presiden merencanakan untuk membuat Perpu, itu akan sia-sia, yang bisa membatalkan itu semua adalah masyarakat dengan cara masyarakat bersatu, mahasiswa bersatu dan kaji UU nya, kami mendukung masyarakat. Langkah yang bisa kami lakukan adalah siapa yang akan mengajukan judicial review, disitulah kemudian kami akan masuk. Kami bisa memberikan bukti tambahan, kami bisa memberikan saksi. Maka dari itu, kami tunggu siapa yang akan judicial review ke MK,” ujar Anggota DPRD fraksi PDI-P.
0 notes