Tumgik
laila-tsurayya · 5 years
Text
Money Talk: Kenapa Sih Harus Belajar Tentang Perencanaan Keuangan?
Hallo! Kaget enggak saya tiba-tiba bahas uang? Hehe. Jadi giniii, sejak awal tahun, saya berniat untuk menjadikan tahun 2019 ini sebagai tahun dimana saya belajar tentang finansial, spesifiknya tentang pengelolaan keuangan harian. Saya ingin belajar bagaimana mengatur keuangan rumah tangga, apa saja yang menjadi cakupan harta halal dan haram, apa itu investasi, dan seterusnya. Motivasinya sederhana, karena saya sadar bahwa kelak akan mendapat amanah dari suami untuk menjadi manajer keuangan di dalam rumah. Bagi saya yang sebenarnya kurang tertarik dengan dunia finansial, ini susah susah gampang, gampang gampang susah. That’s why saya belajarnya sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti. InsyaAllah.
Tumblr media
Nah, untuk merealisasikan keinginan saya untuk belajar tentang finansial itu, akhir Januari lalu saya mengikuti kelas finansial yang diadakan oleh Early Parents Support Indonesia. Kelas tersebut bertajuk Perencanaan Keuangan Keluarga yang dipandu oleh seorang financial planner, teh Rahma Tejawati Maryama. Tulisan ini adalah review hasil pembelajaran saya bersama beliau. Supaya bisa “sekali telan”, saya mencacah review pembelajarannya menjadi beberapa bagian. Silahkan disimak, ya! Semoga bermanfaat untuk menjadi bekal persiapan sebelum menjadi manajer keuangan di dalam rumah.
Tunggu, memangnya kenapa sih kita harus belajar tentang perencanaan keuangan dan bagaimana mengelolanya? Ada satu kalimat menarik yang diucapkan oleh teh Rahma untuk mengawali kelas kami hari itu,
Rezeki itu dijamin oleh Allah, tapi kita bertugas untuk mengelolanya.
Yup! Ternyata, itulah urgensi mengapa kita perlu mempelajari tentang perencanaan keuangan, sebab kita bertugas untuk mengelola dengan baik rezeki (dalam hal ini khususnya yang berupa uang) yang Allah berikan kepada kita. Tidak hanya itu, masih banyak alasan lainnya, seperti:
Keep reading
95 notes · View notes
laila-tsurayya · 5 years
Audio
Bapaaaak :")
BAPAK
Bapak adalah laki-laki paling khawatir saat anak perempuannya jatuh cinta. Ketika usia anaknya bertambah menjadi kepala dua. Bukan kepalang beliau siang malam memikirkan segala kemungkinan. Laki-laki seperti apa yang akan anak perempuannya nanti ceritakan. Cerita yang mau tidak mau seperti petir di lautan siang-siang.
Kekhawatiran itu tidak berlebihan. Sebab sepanjang pengetahuannya, tidak ada laki-laki yang baik di dunia ini kecuali dirinya sendiri. Untuk kali ini, Bapak boleh menyombongkan diri. Karena kenyataannya memang begitu. Tidak ada laki-laki yang cintanya paling aman selain bapak. Ibu sendiri mengakui.
Bapak adalah laki-laki yang paling takut anak perempuannya jatuh cinta. Laki-laki mau sebaik apapun tetaplah brengsek baginya, berani-beraninya membuat anaknya jatuh, cinta pula. Sudah dibuat jatuh, dibuat cinta pula. Benar-benar tidak masuk akal.
Malam itu, ketika dikira anak perempuannya terlelap. Bapak berbicara kepada ibu di ruang tamu. Tentang segala kemungkinan yang terjadi bila anak perempuan satu-satunya diambil orang. Tentang sepinya rumah ini. Tentang masa tua. Tentang hidup berumah tangga. Kukira bapak berlebihan. Tapi warna suaranya menunjukkan kepedulian.
Aku yang sedari tadi pura pura tidur, mendengarkan. Semoga aku bertemu dengan laki-laki yang lebih bijaksana dari bapak. Karena aku membutuhkan kebijaksanaannya untuk memintanya tidak meninggalkan bapak dan ibu sendirian.
Ku harap ada yang menga-aamiin-kan. ©kurniawangunadi
Tulisan ini termuat di buku saya, Hujan Matahari (2014) hlm. 91-92
2K notes · View notes
laila-tsurayya · 5 years
Text
Selamat berulang tahun pertama, bagian dari diriku!
Kuhaturkan beribu terima kasih atas semua pelajaran hidup saat kau membersamai. Semoga jadi pendewasaan, membuat jadi lebih dekat padaNya ;)
3 notes · View notes
laila-tsurayya · 5 years
Text
Tumblr media
Resume Kajian Keputrian, Jatuh Hati <3
"Mbak, bagaimana sikap kita sebagai muslimah jika jatuh hati pada seorang ikhwan?" tanya seorang peserta dalam kajian muslimah di mushola kampus tadi.
Sontak pertanyaan itu membuat kami semua riuh. Saling bercie-ciee. Ada pula yang keselek sendiri. Mungkin kaget karena dianya ngerasa pertanyaan tadi "gue banget". haha..
Tapi yang teramat terkenang adalah jawaban mbaknya. Indah sekali mengalir dari lisannya, tepat jatuh ke hati tiap-tiap kami.
"Tersebab cinta adalah rasa yang Allah titipkan, maka sesungguhnya pada Allah pula-lah kita harapkan pertolongan atas hadirnya rasa. Sandarkan pada Allaah, mohon pertolongan dari Allah agar senantiasa membimbing kita."
Hening sejenak. Kami lamat-lamat memperhatikan si mbak.
"Sebenarnya, saya juga dulu pernah suka sama seorang ikhwan. Dalam kadar suka yang tidak biasa. Kagum dengan ketaatan dia pada Allah, kagum dengan ibadahnya. Sering teringat dia. Sampai kerap terpikirkan, jangan-jangan memang dia yang Allah takdirkan untuk saya.
Tapi, saya tidak punya keberanian seperti Khadijah untuk bergerak lebih dulu, memintanya. Maka akhirnya, diam dan mengadu pada Allah menjadi jalan yang paling memungkinkan untuk dijalani.
Pada Allah saya minta, "Yaa Allah, jika memang dia yang Engkau takdirkan, maka mudahkanlah, Yaa Allah. Halalkan kami dalam ikatan yang Engkau ridhai. Akan tetapi jika bukan, bantu aku merelakan perasaan ini pergi, hilang, menguap tanpa sisa. Sebab aku tak ingin egoku membuat hati kecewa dan retak-retak. Dan tolong, gantikan dengan yang lebih baik."
"Tak lama setelah itu, Allah menjawab doa saya. Ikhwan tersebut menikah dengan akhwat lain."
Jreng-jreng. Saya terkejut pada bagian ini. Tapi, setitikpun tidak saya temukan gurat kesedihan dari wajah mbaknya. Dia bercerita masih seperti sebelumnya, mengalir dengan tenang, teramat indah.
"Berarti jawabannya sederhana, bukan dia yang Allaah takdirkan."
Ya Allah, ternyata sesederhana itu perkara jatuh hati. Jika bukan iya, berarti tidak. Jika bukan dengan dia, berarti orang lain.
"Kalau semuanya kita sandarkan pada Allah, akan mudah perkara-perkara macam ini. Karena kita yakin apa yang Allah takdirkan adalah yang terbaik. Relakan perasaan itu pergi, meski itu berat, tapi selalu menjadi bagian yang paling indah.
Jawabannya mungkin bisa hadir dengan beberapa cara, apakah salah satu di antara kita ditakdirkan menikah dengan orang lain lebih dulu, atau Allah tunjukkan hal-hal buruk dari dia yang membuat kita menjadi enggan lagi jatuh hati padanya."
Ahh, iya. benar sekali.. :')
0 notes
laila-tsurayya · 5 years
Text
Aku ingin menceritakanmu nanti ...
Aku ingin menceritakanmu nanti, dalam halaman buku hidupku, karena aku ingin si kecil ku kelak mengetahui, bagaimana seorang sosok yang bertumbuh bersamanya adalah sosok yang selalu berusaha keras, bersemangat dalam mendidik dirinya sendiri jauh-jauh hari, untuk bersiap, agar suatu hari nanti ketika dititipi, ia dapat mendidik, membimbing permata hatinya dengan didikan dan bimbingan terbaik. Karena itu, pasti aku akan memerlukan banyak tanda titik ( . ) untuk bercerita tentangmu, karena perjuanganmu dalam ceritaku akan membentuk beribu kalimat, berparagraf-paragraf.
Aku ingin menceritakanmu nanti, dalam halaman buku hidupku, akan kuceritakan segala kebaikanmu, agar si kecil dapat melihatnya, sambil tersenyum, bahwa mereka hadir dan tumbuh bersama didikan baik dari seorang yang baik. Baik agamanya pun tentu baik pula akhlaknya. Dua kebaikan yang menurutku adalah fondasi untuk membangun kebaikan lainnya. Sudah tentu, aku akan memerlukan banyak tanda koma ( , ) untuk menuliskan seluruh sifat-sifat baikmu. Kebaikanmu pada orang tuamu, kebaikanmu pada orang lain dan kebaikanmu padaku tentunya.
Aku ingin menceritakanmu nanti, dalam halaman buku hidupku, akan kuceritakan tentang semangatmu, bagaimana semangatnya dirimu dalam berjuang menuntut ilmu, bagaimana semangatmu dalam mendidik dirimu sendiri. Menuntut dirimu lebih baik. Untuk bercerita tentang ini, aku memerlukan banyak tanda seru ( ! ) untuk menuliskan setiap kalimat lantang semangatmu.
Saat ini, aku tak akan bercerita tentang siapapun dalam cerita buku hidupku, aku pastikan, hanya satu nama saja yang akan mengisi setiap halamannya. Kini, cukup aku beri saja tanda tanya dulu ( ? )
Siapa Kamu ?
Bandung, 31 Januari 2017
55 notes · View notes
laila-tsurayya · 5 years
Text
Barangkali, Aku dulu terlalu percaya diri, betapa bodohnya, bahwa pertemuan denganmu kembali hanya menghitung pekan saja. Nyatanya, nyaris 12 purnama dan lengkung senyummu begitu jauh dari pelupuk mata. Meski segenap unsur dalam hatiku bersepakat, apa lagi judul emosi ini kalau bukan rindu? Sekali.
1 note · View note
laila-tsurayya · 5 years
Text
Siapa Bilang Jumpa adalah Syarat dari Cinta?
Nyatanya, di dunia ini ada juga jenis cinta yang tetap kokoh meski perjumpaan itu begitu langka. Rindu-rindu itu terus bermetamorfosis, lantas merekah mewangi memenuhi ruang-ruang hati.
Banyak pecinta yang setia mengalokasikan waktunya untuk menanti, seseorang yang bahkan tidak pernah meminta untuk dinanti. Banyak di antaranya yang dalam tawanya bersama orang lain justru menyeka air matanya dalam kesendirian. Yang pandai sekali menyimpan perasaannya di sudut hati. Yang hanya tergugu menengadah menatap awan ketika orang lain mengutarakan kekagumannya tentang seseorang itu… Sampai-sampai, ada pula yang berkata, ini cinta atau gilaa?
Namun, sebenarnya jenis cinta lebih ada yang “gila” lagi. Dari milyaran titik-titik manusia di permukaan bumi, ada sebagian orang-orang yang mencintai Dzat yang bahkan tidak pernah dilihatnya sekejap matapun.
Malam-malamnya diisi munajat, seolah yang dicintaiNya menyaksikannya. Ia sembunyikan kekecewaan saat tak ada sepotong kata terima kasih dari orang lain yang ditolongnya, hanya karena yakin bahwa Rabb tersayangnya yang akan membalasnya. Dia memeluk semua kejadian menyakitkan erat-erat tersebab yakin bahwa Allah sedang mengujinya. Tidak banyak mengeluh pun lagi mengutuki keadaan seolah berkata, “Duhai Tuhanku, sesungguhnya hanya kepadaMu aku berkeluh kesah dan menceritakan kesedihanku”. Orang seperti ini sungguh ada…
Lelahnya tersebabkan mengupayakan kebaikan, yang Ia harap membuat Allah ridha. Tak malu ia menjalankannya, meski kerap dikatai makhluk zaman dahulu kala, atau orang aliran keras, penuh dengan fanatisme akan ilahiah. Ia takut sekali Rabbnya marah, berhati-hati mengambil tindakan, sebab percaya akan suatu saat nanti akan datang pembalasan tanpa keraguan. Suatu hal yang kebanyakan orang abai akannya, bahkan dianggap hanya dongeng-dongeng belaka.
Maka, apalagi penyebabnya jika itu bukan cinta? Ia berkolaborasi dengan rasa takut dan penuh harap kepada Allah yang menggenggam seluruh kehidupan yang ada di semesta. Iman itu telah memenuhi rongga-rongga hati, menjalar mengaliri seluruh tubuh. Hingga membuat seorang hamba begitu meyakini, sesuatu yang tidak pernah dilihatnya dengan mata sendiri.
Bukankah yang tidak terlihat itu BUKAN berarti tidak ada? Kita yang terlalu tidak berdaya untuk menyaksikannya.
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Mulk: 12)
Potongan surat cintaNya yang teramat indah. Ahh, mari kita berkontemplasi. Merenungi dan meyakini janji Allah. Pada jenis-jenis cinta yang teramat istimewa, “Jumpa” fisik itu tak selalu menjadi syarat akan kerinduan dan cinta yang begitu besar.
1 note · View note