aku takut terlalu jatuh sama Bandung, takut kalau nanti sakit aku akan sangat benci Bandung. tapi kayaknya Bandung ngga pernah benci aku bahkan sedari 2018 aku nangisin dia untuk pertama kalinya.

Takut.

Takut kalau nantinya mimpi-mimpi indah yang sering aku sebut dalam doaku pada Tuhan berujung kata tidak. Memang tidak juga jawaban, tapi apa salah jika aku hanya berharap kata "ya" yang hadir pada akhirnya? Semakin dewasa rasa takutku bukan lagi tentang serangga dan hewan-hewan yang menguji adrenalinku. Takut itu berubah jadi ketakutan akan masa depan, akan mimpi-mimpi yang belum terwujud, tentang tangis yang tiap malam datang. Jangan biarkan insan ini berlari sendiri menuju mimpinya, aku butuh kaki pembantu. Aku butuh dia.