Tumgik
kertaskertasku · 4 years
Text
Lagian, hidup ini cuma sebentar.
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Sungguh tidak ada penolong selain dari-Mu Ya Allah.
4 notes · View notes
kertaskertasku · 4 years
Text
“Keimanan itu bukan soal angka dan jarak. Mereka yang tinggal di samping masjid pun, belum tentu datang untuk shalat di sana. Begitu pula mereka yang kaya raya, tidak serta-merta harta memudahkan untuk mendekat kepada-Nya. Keimanan itu soal kadar hati untuk menghamba setunduk-tunduknya.”
— Period.
532 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Dan aku jadi merasa seperti orang bodoh!
0 notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Setelah Kita Mati
Kebanyakan kita—terutama saya memandang alam kubur, padang mahsyar, dan akhirat hanya sebatas alam dan tahapan yang harus dipercaya semata.
Kita gagal membayangkan dan memandang ketiganya sebagai realita yang harus kita hadapi dan jalani sebagaimana membayangkan hidup kita saat nanti sudah berusia 40 tahun, 50 tahun, atau 60 tahun.
Bayangkan bagaimana nanti di usia 40 tahun, barangkali kita sudah punya rumah yang cukup besar, anak-anak sudah mulai besar, sebagiannya akan masuk kuliah, kita beraktivitas ini dan itu.
Seperti itulah semestinya bagaimana kita membayangkan alam kubur dan hari penghakiman kelak. Bahwa itu tidak hanya benar-benar terjadi, tapi juga benar-benar dapat dirasakan oleh segenap panca indera di tubuh kita seperti saat ini.
Sakitnya akan terasa sakit. Panasnya akan terasa panas. Dinginnya akan terasa dingin. Senangnya akan terasa senang. Dan sedihnya akan terasa sedih.
Saat dikatakan bahwa di alam kubur akan datang malaikat yang bertanya, atau akan datang seseorang yang jadi perwujudan amal-amal kita di dunia, itu literally benar-benar ada orang yang datang sebagaimana jika hari ini ada orang yang mendatangi kita.
Saat dikatakan bahwa kita akan dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar lalu kita akan mempertanggungjawabkan hidup kita di dunia, itu literally benar-benar kita ngantree, digilir satu-satu, diinterogasi, diadili, didatangkan bukti-bukti, dan diputuskan ganjarannya surga atau neraka.
Saat dikatakan nanti penghuni neraka akan dibakar, dicabik-cabik, dan diberi minum nanah, itu literally benar-benar dibakar, dicabik-cabik, dan diberi minum nanah. Bayangkan saja bagaimana jika hari ini kamu dibakar dan diberi minum nanah. Nah seperti itulah rasanya. Begitu juga dengan surga.
Jujur saja, serinci-rincinya rencana hidup kebanyakan kita, paling hanya mentok sampai kita mati, mungkin seumur 60-an. Disini, tanpa sadar kita sudah gagal membayangkan dan menerima alam kubur dan akhirat sebagai sebuah realita.
Padahal, kalau kita berhasil membayangkan dan menerimanya sebagai realita, pastilah kita sekarang gak akan se-selaw ini. Itulah iman.
Apa rencanamu setelah mati?
Kalibata | Taufik Aulia
552 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Menjadi Berharga
Sebuah barang yang berharga, tatkala ia asing dan jarang orang memilikinya, saat dipandang elok dan memikat setiap hati untuk mendapatkannya. Berharga dan istimewa.
Yang paling berharga adalah saat kamu menjadi asing diantara yang lain tertidur sedangkan kamu bangun dalam sendunya sholat tahajudmu. Yang paling berkilau adalah saat kamu menjadi jarang ditemukan dikeramaian sosial media dengan segala postingan keseharian dan pamer akan kebahagiaan, sedangkan kamu masih berjuang dengan dunia nyatamu untuk membantu sesama, mengurangi beban mereka, dan menjadi penebar kebaikan tanpa takut cibiran dan tanpa terbang oleh pujian.
Berharga yang abadi itu adalah kekayaan hati, bukan kekayaan duniawi. Ia akan terlihat bahagia dengan apa yang ia punya, menandakan bahwa ia kaya akan rasa cukup dan kaya akan rasa syukur.
Jadilah seorang yang berharga, dengan segala kebaikan yang bisa kamu lakukan dan berikan pada orang lain.
Cukup dan syukur.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Mengapa?
Mengapa pada hal-hal yang belum kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa ia lebih indah, lebih cantik, lebih menarik dari yang kita miliki?
Saat itu, saat kita merasakan hal tersebut. Alih-alih kita merasa punya semangat untuk mencapai tujuan, justru kita telah kalah dalam mensyukuri segala sesuatu yang menjadi nikmat kita saat itu. Syukur pada hal-hal yang telah kita miliki.
©kurniawangunadi
957 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Keluar dari Persembunyian
Aku menyukai hal-hal yang sunyi. Seperti makan seorang diri waktu ke restoran, menikmati suasana perpustakaan yang hening, me time sewaktu di toko buku, juga tak lupa berdiam diri di masjid.
Tetapi, ada kalanya aku merasa aku harus keluar, melakukan sesuatu yang berbeda dan tidak membuatku nyaman. Semisal saat aku harus berada dalam keramaian acara, aku berusaha menyesuaikan diri, berusaha untuk ramah dan menyapa lebih dulu. Hal-hal seperti itu, menguras tenagaku. Kadang, aku berpikir untuk apa aku harus bersusah payah seperti itu bila aku bisa nyaman dengan diriku sendiri.
Waktu berlalu.
Aku akan menjalani peran-peran baru yang mungkin tidak pernah ku sangka. Menjadi orang tua adalah salah satunya. Hidup sebagai bagian dari masyarakat, bertetangga, dsb. Aku tidak bisa terus menerus bersembunyi di bilik kamar. Segala sesuatunya, memang seringkali baru kita pahami setelah bertahun terlewati.
Aku masih menyukai kesunyian. Seperti saat aku bisa merebahkan badanku, bermimpi bahwa aku bisa menjadi sagalanya, seperti saat anak-anak. Saat aku hanya mau berbicara dengan ibu dan ayah, tidak semua orang. Saat aku bisa membaca buku seharian dan hidup dalam duniaku.
Tapi, dunia ini meminta kehadiranku untuk berperan. Aku membuka pintu, dunia yang riuh ini benar-benar sesuatu yang selama ini kuhindari, tapi aku tahu menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apapun :)
Hai, dunia. Aku tahu kamu tidak akan berbaik hati kepadaku, maka aku akan keras terhadap diriku sendiri sebelum kamu bersikap keras terhadapku. 
©kurniawangunadi
1K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
“Semua akan berganti, dan semuanya akan ada yang mengganti”
Berbunganya hatimu hari ini, tidak akan berlama-lama mekar, akan ada layu yang menggantikan mekarnya hatimu. Sedih pilunya rasamu, pasti akan berganti cerah dan bahagia. Karena hakikat dari semua yang berada di dunia ini adalah terganti dan saling mengganti. Maka cintailah ia sewajarnya, dan bencilah ia juga sewajarnya. Karena ia pun pasti akan berganti.
Kebanyakan hati perempuan itu seperti cuaca, kadang sudah teramalkan akan cerah, namun terkadang justru mendung yang datang, atau sebaliknya. Sementara kebanyakan hati laki-laki itu seperti selalu ingin sendiri saat gemuruh masalah datang, ia akan menampakkannya saat terasa mulai ada jawaban dari masalah yang datang, seringnya ia menyembunyikan dulu masalah yang ia hadapi sembari mencari jalan keluar, saat sudah menemukan barulah ia akan bercerita. Atau mungkin berbeda.
Maklumilah setiap kesalahan yang datang dari pasanganmu nanti, bagaimanapun ia tetaplah seorang manusia, maklumilah ia nanti dengan berkata halus padanya, menyampaikan seperti apa maumu dan bagaimana saran terbaik darimu. Tidak ada orang yang tidak suka dengan kelembutan sikap.
Karena pernikahan nanti, akan butuh sedikit cinta, yang harus diperbanyak adalah toleransinya, yang harus diluaskan adalah saling mengertinya, dan yang harus dijauhi adalah ego masing-masingnya. Percayalah, karena cintamu pada fisik akan berganti beberapa tahun lagi, sukamu pada dunia juga akan tetap mengecewakanmu. Bagaimanapun itu.
Dan saat hujan deras atau badai datang, ingatlah dahulu bagaimana kalian berdua membuat keputusan untuk berlayar, ingatlah ada tujuan yang harus kalian raih bersamaan, bukan sendiri-sendiri. Jangan lepaskan dzikir pagi dan petangmu untuk kebaikan di masa sekarang dan masa depan. Untuk kebaikanmu, dan kebaikan dia yang nanti menjadi bagian hidupmu.
Merayakan 14 purnama.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Tentang Pernikahan
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan menyelesaikan semua masalah yang kau miliki saat ini, kamu salah besar. Kau bahkan akan menambah daftar jumlah masalah yang kamu punya dalam hidup.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan membuatmu terbebas dari perintah ayah dan ibu, kamu salah besar. Karena ibumu tetap tidak akan tinggal diam ketika melihat anaknya terlihat hidup susah. Ketika kamu merasa cukup pun, mungkin masih akan selalu kurang di matanya.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan melepaskanmu dari rentetan pertanyaan orang lain seputar kehidupan, kamu salah besar. Mereka tidak akan pernah berhenti dan akan selalu bertanya dan terus menanyakan apa yang tidak mereka ketahui.
Tidak perlu terlalu terburu-buru.
Tetapi juga jangan terlalu menuntut kesempurnaan.
Sampai kapanpun tidak akan pernah kau temui sebuah sempurna, bahkan menikah dengan yang kau anggap sempurna pun akan tetap kamu temui celah kekurangannya.
Tetapi bila telah kau niatkan bahwa menikah adalah sebuah ibadah yang akan menyempurnakan separuh agamamu, maka kau akan mengerti. Bahwasanya separuh agama itu memang berat, namun harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Bahkan sholat 5 waktu saja terkadang sulit untuk ditegakkan secara khusyu’ dan tepat waktu, padahal ia tidak disebutkan sebagai separuh yang lainnya.
Menikah adalah ibadah seumur hidup. Kau tidak akan pernah tau saat yang tepat itu kapan, tetapi Allah yang akan memberi sinyal dan semesta yang akan menunjukkan kepadamu. Tenang saja.
Jangan pula kau anggap orang yang menikah itu adalah sebuah hal yang gampang, hanya perkara ijab dan qobul. Tetapi, makna dibalik itulah yang sesungguhnya sangat berat. Tak selamanya yang menikah lebih cepat darimu itu tak mengalami pergumulan hebat dihatinya, mungkin tak mudah baginya untuk sampai dikeputusannya saat ini, maka jangan pernah kau anggap itu mudah.
Latihlah dirimu untuk siap menerima. Karena mungkin ia, yang akan mendampingimu, sifatnya tidak akan persis seperti bayanganmu. Latihlah dirimu untuk berbesar hati. Karena mungkin kesalahan kecilnya sebenarnya membuatmu kecewa. Latihlah dirimu selalu menjadi yang paling sabar. Karena mungkin ia akan egois dan tak mau dikalahkan. Latihlah dirimu menjadi seseorang yang kuat. Karena mungkin ia akan butuh pundak untuk bersandar dan pelukan hangat untuk meredamkan emosinya.
Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi, dan seharusnya kamu telah mempersiapkan menghadapi semua itu.
Tak ada yang salah untuk memilih cepat atau lambat. Tetapi memang, setiap pilihan itu ada pengorbanannya.
Yang terpenting adalah memahami bahwa menikah bukan hanya karena atas dasar cinta dan mencari kebahagiaan, tetapi berdasarkan iman dan mencari keberkahan.
“Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta di sisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira, tersenyum dan terbahak semata karena nikmat, kemudahan hidup, kekayaan, dan kelimpahan. Sebagaimana bukan berarti dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan, kelemahan, kekurangan, dan kefakiran. Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindhan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan dan ketinggian. Jika dan hanya bila kita senantiasa membawanya kepada makna barakah.”
-Ust. Salim A. Fillah, dalam buku “Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta”
Selamat berjuang yang masih bertanya-tanya akan kedatangan dan selamat meluaskan sabar bagi yang telah menemukan.
Dalam ruang kotak berpetak, diiringi deras hujan dan angin badai, 24 Januari 2019.
Dari aku, yang baru saja memulai.
916 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Tentang Jodoh
Pernah kebayang gak, bahwa siapa jodohmu, apa pekerjaannya, dan bagaimana kebiasaannya, akan sangat mempengaruhi cerita dalam hidupmu kelak?
7 hari seminggu, 24 jam sehari. Bangun tidurnya, mandinya, sarapannya, bekerjanya, pulangnya, istirahatnya, pekerjaan malamnya, bacaannya, tontonannya, hiburannya, tempat nongkrongnya, dan olahraganya. Semuanya akan menjadi cerita dalam hidupmu.
Apakah dia seorang penulis, wartawan, arsitek, staff ahli anggota dewan, pegawai kantor pajak, tukang nasi goreng pinggir jalan, atau PNS kelurahan, kalian akan saling menyumbang cerita.
Kebiasaannya akan mengisi hari-harimu. Keteledorannya, kesiagaannya, kelucuannya, bahkan kebodohannya akan menjadi urusanmu. Yang barangkali bisa kamu tertawai, omeli, atau tak kamu pedulikan.
Saat kamu memutuskan untuk memiliki dan dimiliki seseorang, ada akibat atau konsekuensi yang harus kamu hadapi. Jika pekerjaannya begini, maka hidupmu akan begitu. Jika kebiasaannya seperti ini, maka hari-harimu akan seperti itu. Sudahkah kamu yakinkan dirimu? Ataukah terbersit secuil keraguan, jangan-jangan bukan dia?
Memang, kadang selektif menjadi dilematis. Terlebih usia tampaknya sulit diajak kompromi. Di saat seperti ini, kita perlu menilik kembali. Siapa yang kita cari, seseorang yang sempurna, ataukah yang mampu sama-sama?
Pada akhirnya, pencarianmu akan bermuara bukan kepada kesempurnaan melainkan penerimaan. Karena tak akan ada orang yang sempurna untuk dipilih, namun selalu ada orang yang layak untuk diterima.
Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.
— Taufik Aulia
4K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Tentang Jodoh
Pernah kebayang gak, bahwa siapa jodohmu, apa pekerjaannya, dan bagaimana kebiasaannya, akan sangat mempengaruhi cerita dalam hidupmu kelak?
7 hari seminggu, 24 jam sehari. Bangun tidurnya, mandinya, sarapannya, bekerjanya, pulangnya, istirahatnya, pekerjaan malamnya, bacaannya, tontonannya, hiburannya, tempat nongkrongnya, dan olahraganya. Semuanya akan menjadi cerita dalam hidupmu.
Apakah dia seorang penulis, wartawan, arsitek, staff ahli anggota dewan, pegawai kantor pajak, tukang nasi goreng pinggir jalan, atau PNS kelurahan, kalian akan saling menyumbang cerita.
Kebiasaannya akan mengisi hari-harimu. Keteledorannya, kesiagaannya, kelucuannya, bahkan kebodohannya akan menjadi urusanmu. Yang barangkali bisa kamu tertawai, omeli, atau tak kamu pedulikan.
Saat kamu memutuskan untuk memiliki dan dimiliki seseorang, ada akibat atau konsekuensi yang harus kamu hadapi. Jika pekerjaannya begini, maka hidupmu akan begitu. Jika kebiasaannya seperti ini, maka hari-harimu akan seperti itu. Sudahkah kamu yakinkan dirimu? Ataukah terbersit secuil keraguan, jangan-jangan bukan dia?
Memang, kadang selektif menjadi dilematis. Terlebih usia tampaknya sulit diajak kompromi. Di saat seperti ini, kita perlu menilik kembali. Siapa yang kita cari, seseorang yang sempurna, ataukah yang mampu sama-sama?
Pada akhirnya, pencarianmu akan bermuara bukan kepada kesempurnaan melainkan penerimaan. Karena tak akan ada orang yang sempurna untuk dipilih, namun selalu ada orang yang layak untuk diterima.
Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.
— Taufik Aulia
4K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Tentang Pernikahan
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan menyelesaikan semua masalah yang kau miliki saat ini, kamu salah besar. Kau bahkan akan menambah daftar jumlah masalah yang kamu punya dalam hidup.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan membuatmu terbebas dari perintah ayah dan ibu, kamu salah besar. Karena ibumu tetap tidak akan tinggal diam ketika melihat anaknya terlihat hidup susah. Ketika kamu merasa cukup pun, mungkin masih akan selalu kurang di matanya.
Kalau kau berpikir bahwa menikah akan melepaskanmu dari rentetan pertanyaan orang lain seputar kehidupan, kamu salah besar. Mereka tidak akan pernah berhenti dan akan selalu bertanya dan terus menanyakan apa yang tidak mereka ketahui.
Tidak perlu terlalu terburu-buru.
Tetapi juga jangan terlalu menuntut kesempurnaan.
Sampai kapanpun tidak akan pernah kau temui sebuah sempurna, bahkan menikah dengan yang kau anggap sempurna pun akan tetap kamu temui celah kekurangannya.
Tetapi bila telah kau niatkan bahwa menikah adalah sebuah ibadah yang akan menyempurnakan separuh agamamu, maka kau akan mengerti. Bahwasanya separuh agama itu memang berat, namun harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Bahkan sholat 5 waktu saja terkadang sulit untuk ditegakkan secara khusyu’ dan tepat waktu, padahal ia tidak disebutkan sebagai separuh yang lainnya.
Menikah adalah ibadah seumur hidup. Kau tidak akan pernah tau saat yang tepat itu kapan, tetapi Allah yang akan memberi sinyal dan semesta yang akan menunjukkan kepadamu. Tenang saja.
Jangan pula kau anggap orang yang menikah itu adalah sebuah hal yang gampang, hanya perkara ijab dan qobul. Tetapi, makna dibalik itulah yang sesungguhnya sangat berat. Tak selamanya yang menikah lebih cepat darimu itu tak mengalami pergumulan hebat dihatinya, mungkin tak mudah baginya untuk sampai dikeputusannya saat ini, maka jangan pernah kau anggap itu mudah.
Latihlah dirimu untuk siap menerima. Karena mungkin ia, yang akan mendampingimu, sifatnya tidak akan persis seperti bayanganmu. Latihlah dirimu untuk berbesar hati. Karena mungkin kesalahan kecilnya sebenarnya membuatmu kecewa. Latihlah dirimu selalu menjadi yang paling sabar. Karena mungkin ia akan egois dan tak mau dikalahkan. Latihlah dirimu menjadi seseorang yang kuat. Karena mungkin ia akan butuh pundak untuk bersandar dan pelukan hangat untuk meredamkan emosinya.
Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi, dan seharusnya kamu telah mempersiapkan menghadapi semua itu.
Tak ada yang salah untuk memilih cepat atau lambat. Tetapi memang, setiap pilihan itu ada pengorbanannya.
Yang terpenting adalah memahami bahwa menikah bukan hanya karena atas dasar cinta dan mencari kebahagiaan, tetapi berdasarkan iman dan mencari keberkahan.
“Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta di sisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira, tersenyum dan terbahak semata karena nikmat, kemudahan hidup, kekayaan, dan kelimpahan. Sebagaimana bukan berarti dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan, kelemahan, kekurangan, dan kefakiran. Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindhan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan dan ketinggian. Jika dan hanya bila kita senantiasa membawanya kepada makna barakah.”
-Ust. Salim A. Fillah, dalam buku “Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta”
Selamat berjuang yang masih bertanya-tanya akan kedatangan dan selamat meluaskan sabar bagi yang telah menemukan.
Dalam ruang kotak berpetak, diiringi deras hujan dan angin badai, 24 Januari 2019.
Dari aku, yang baru saja memulai.
916 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Allah Memang Lihat Usaha, Tapi Kita Perlu Pantau Hasil
@edgarhamas
Ketika suatu kali kamu tak berhasil melakukan sesuatu, atau kamu melakukannya tapi tak sesuai dengan ekspektasi yang kamu kira, biasanya ada nasihat yang terloncat dari siapapun di kanan kirimu, “Tenang aja, Allah lihat usahanya kok, bukan hasilnya.”
Alhamdulillah, bersyukurlah jika ada orang-orang yang mengingatkan kita untuk menetralkan diri dari keterpurukan di masa kritis seperti itu. Betul, memang Allah melihat usaha kita, tak lihat sukses atau gagalnya hasil yang kita peroleh. “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin” (At Taubah 105)
Tapi, jangan sampai kamu lalu manggut-manggut saja dan tak lihat hasil dari setiap perbuatan baikmu. Urusan pahala, Allah melihat dari usaha kita. Tapi, jangan lupa untuk mengukur hasilnya; apakah kebermanfaatannya berlipat ganda, atau memang usaha kita sejauh ini masih kerja sekadar kerja tanpa ilmu memadai?
Seorang Ustadz Mesir suatu hari memberi saya kaidah, “if'alu al khaira bil muqabil”, lakukanlah perbuatan baik dengan menghitung feedback-nya.
Wah? Masa kita disuruh memikirkan imbalan dari perbuatan baik kita?
Ternyata bukan itu maksud Ustadz ini. Beliau menjelaskan, “lakukanlah perbuatan baik, yang jika kamu melakukannya dan lelah karenanya, ada kebermanfaatan yang berlipat juga untuk dakwah dan agama Allah.”
“Jangan sampai”, kata beliau, “kamu kerja banting tulang, siang malam dan penuh peluh tapi hasilnya untuk dakwah tak sebanding. Itu namanya merugikan dirimu sendiri dan merugikan umurmu. Dalam ilmu perang, namanya "pyrrhic victory”, menang tapi terlalu banyak korban. Menang tapi rasanya kalah.
Kenapa kita perlu lihat hasil? Agar kita mengevaluasi apakah yang kita lakukan selama ini efektif dan efisien? Adakah cara yang memudahkan kita mendapatkan hasil lebih besar dengan modal tenaga lebih kecil? Adakah ruang-ruang inovasi yang bisa kita isi yang belum ditemukan oleh orang lain?
Dalam sejarah, ada contohnya. Anak muda dalam kisah Ashabul Ukhdud rela mati, rela gugur mengorbankan nyawa di tangan raja Dzu Nuwas. Tapi ia melakukannya dengan feedback; wafatnya menginspirasi seluruh penduduk kota untuk beriman pada Allah Mahaesa.
Al Barra bin Malik, ia rela dilempar ke dalam benteng Musailamah Al Kadzab dan membuka benteng seorang diri. Ada 70 tusukan di badannya yang mungil, tapi tentu ia melakukannya dengan memperhitungkan feedback; kemenangan Kaum Muslimin melawan nabi palsu.
Allah memang lihat usaha, tapi kita perlu mengukur efektivitas hasilnya, demi aksi kebaikan lebih efisien selanjutnya.
724 notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
Tulisan : Tentang Hidup Kita
Hidup. Bagiku, ia tidak seperti air yang mengalir. Ia adalah air di lautan yang hendak menuju puncak pegunungan tertinggi. Sulit tentu saja jika ia berusaha mendaki melalui sungai, sebab hukum alamnya tidak demikian. Sebab itu, ia membiarkan dirinya menguap, berada di awan-awan, berpasrah kemanapun dibawa pergi. Pada akhirnya, ia belum tentu jatuh di puncak gunung seperti yang ia inginkan. Barangkali, jatuh di persawahan. Satu hal di hidup ini yang selalu sulit kita tahu adalah, kita diciptakan dengan peran. Kita ditempatkan di tempat terbaik sesuai potensi yang kita miliki. Jika sekarang kita kebingungan, mau jadi apa, mau bagaimana, apa yang harus dilakukan. Coba amati hidupmu sebelum-sebelum ini, perjalananmu yang mengantarkanmu sampai di titik ini.
Hidup. Ada orang-orang yang ingin diperjuangkan, berharap bahwa ia berarti sehingga ada orang yang bersedia melakukan apapun untuknya. Tapi, ia tidak menjadi berarti untuk dirinya sendiri. Berkata bahwa ia pun berjuang, padahal ia diam ditempat. Membiarkan orang lain berusah payah melakukan sesuatu untuknya. Ada yang keliru dalam memaknai hidup, memaknai perjuangan, memaknai pengorbanan.
Hidup. Bukanlah tentang mendengarkan orang lain sebanyak-banyaknya. Keputusan-keputusan bukan diambil dari apa kata orang. Kamu menikah, bukan karena kata orang. Kamu berkarir, bukan karena kata orang. Kamu melakukan kebaikan, bukan untuk kata orang. Hidup ini sudah bising oleh riuh rendah suara-suara yang sumbang dibalik bayang-bayang, mendikte hidupmu seolah-olah itu adalah yang terbaik untukmu padahal mereka tidak pernah menjadi dirimu, apalagi menjalaninya. Keputusan hidup kita bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan mencapai titik tertingginya yaitu keridhaan Tuhan.
Hidup. Ia tidak seperti cermin, yang menunjukkan hampir keseluruhan apa yang diterimanya tanpa rahasia. Hidup itu menyembunyikan rahasia-rahasia. Sebagaimana setiap manusia menyembunyikan rahasia-rahasianya. Hidup melipat banyak misteri, kita harus membukanya satu per satu. Kemudian, bagian yang tak kalah penting adalah kita bersiap untuk menerima kenyataan yang kita dapati dari setiap rahasia yang tersingkap.
Hidup itu seperti apa bagimu? Serumit itukah? Atau sesederhana kamu bisa memahaminya ?
©kurniawangunadi / yogyakarta, 13 januari 2018
1K notes · View notes
kertaskertasku · 5 years
Text
00.41
Ibarat berenang, tidak semua orang bisa. Sebagaimana kehidupan, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa mengenal dengan baik jiwa orang lain. Pun ketika bisa berenang, tidak semua orang bersedia repot untuk menyelami lebih dalam perasaan orang lain. Mengenal lebih dalam tentang kekhawatirannya, melihat lebih jeli tentang tawa dan tangisnya. Seorang perempuan yang khawatir pada dirinya sendiri selepas beberapa tahun pernikahan tak kunjung ada tanda-tanda kehamilan padanya, meski orang disekitar dan pasangannya tidak mempermasalahkannya. Ia tetap mengkhawatirkan dirinya sendiri, sepanjang waktu. Seseorang anak yang sebenarnya ingin berbakti kepada orang tuanya, tapi orang tuanya tidak mampu melihat upayanya. Seorang yang terlihat begitu mapan dan berkecukupan, di kehidupannya ia harus bekerja keras memenuhi tuntutan gaya hidup dan perilaku keluarganya.
Seorang yang harus berkutat pada kecemasan dan kekhawatiran jikalau pasangannya ternyata tidak setia. Ketika ia menemukan bukti-bukti bahwa apa yang menjadi kecurigaannya itu benar adanya, sementara ia tidak sanggup mengambil keputusan karena terlalu khawatir pada apa kata orang.
Seseorang yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga sejak kecil, hidup dalam lingkaran pertengkaran yang tidak pernah ada habisnya, tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Takut pada semua bentuk hubungan.
Seseorang yang cemerlang ketika kuliahnya kemudian berkutat di rumah berbulan-bulan karena tak satupun lamaran pekerjaan yang memberikan kabar gembira. Ia yang dulu begitu percaya bahwa semua pencapaian terbaik di akademiknya akan membuka jalan, ternyata tidak demikian adanya ketika saat itu tiba. Dan mulai runtuh satu per satu kepercayaan dirinya.
Semua hal yang tak pernah dimunculkan oleh orang lain ketika kita bertemu dengannya, di dalam hatinya ada gemuruh ombak yang besar. Kita hanya tidak tahu, sebab kita tidak punya kemampuan untuk mengenal baik perasaan dan kehidupan orang lain, atau memang kita tidak mau repot ikut memikirkan hidup orang lain.
Semuanya, sejatinya akan kembali kepada diri sendiri. Di dalam diri ini pun terdapat kekhawatiran yang tak pernah dikenali orang lain, disembunyikan dalam malam. Sering muncul ketika sendirian di dalam kamar, berteriak-teriak dalam diri kita. Apa yang kamu sembunyikan? ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
kertaskertasku · 6 years
Video
#calligraphy
0 notes
kertaskertasku · 6 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
“Ilmu semakin tersebar, adab dan akhlak semakin lenyap”
— Gus Mus, dalam ‘Fenomena Antagonis Akhir Zaman’
427 notes · View notes