Tumgik
ignablackfiles · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
Kontemplasi: Sebuah Penghakiman
“Dia udah ga mau sama kamu.. Itu fakta.. Terima.. Mau temenan biasa? Ga bisa.. Kamu masih sangat amat terlalu berperasaan ke dia.. Dan itu membuat dia tidak nyaman mungkin.. You have to admit.. Mas…… Umur piro ngomong cinta heh.. Anyway cinta pun bisa berubah mas :( Semua berubah Gus... Yang tetap adalah perubahan.. Hadapi.. Like I said before.. Kalo mau control hati orang, ga akan bisa.. Bikin aja robot.. if you think that you are okay with it then there you have it. Only what I don’t understand is why someone would one to constantly hurt themselves for a person who prolyl doesn’t even care that much. That is not love. That is self-harming. Suicide. Oh trust me you are already dead everytime this happen right? You have been dying thousands of times. My question is, don’t you want to live?”
  Dan sederet komentar dan tanggapan yang aku terima dari beberapa orang. Intinya semua meminta ku untuk pergi. Ada juga yang menghujat atas ketidakrasionalan yang aku pilih. Kebanyakan akhirnya menjauh. Sisanya hanya bisa bersimpati. Lainnya menjadikan ini sebagai bahan ejekan atau bahan untuk mengembalikan kesedihan ku. Mengingatkan kalau memang dia sudah tidak ada di sini. Tidak ada tempat untuk pulang lagi. Tidak ada yang bisa jadi tempat cerita yang benar-benar menjadi “tempat cerita”. Tanpa ada keberpihakan. Karena selama ini respon yang aku dapat hanya sebagai penghakiman yang halus atau secara langsung. Karena ujung-ujungnya semua berpihak ke dia baik secara langsung atau tidak. Sebuah penghakiman ditengah-tengah kesadaran yang bahkan ujungnya sudah tidak terlihat titik terangnya.
 Stars and Rabbit. 24.10.15. 2 tahun lalu di ITS Expo. Akhirnya dia mau datang nonton di penampilan besar ku pertama walau pada saat itu masih bersama Blues ITS. Setelah perdebatan panjang karena dia tidak enak dengan cowok lain dan berbagai alasan lainnya. Dan juga pertama kalinya dia berhijab ketika pergi sama aku. Awalnya ragu aku melihat dia sudah memantabkan hati untuk berhijab. Tapi akhirnya aku cuek aja jalan sama cewek berhijab karena yang aku lihat dia bukan secara luarnya tapi semuanya. Aku melihat dia sebagai dia. Biar apa kata orang yang bakal heran dan mecemooh melihat aku jalan sama cewek berhijab. Ini yang aku pilih. Malam ini pun untuk pertama kalinya aku selalu punya rencana untuk ulang tahunnya. Boneka baymax sebelum dia pulang. Baymax karena dia kadang menyebut ku sebagai baymaxnya. Selalu ngomelin ini itu tentang dia. Dan terlalu khawatir tentang kesehatan dia. Secara dia pada saat awal-awal masuk kuliah masih sering pingsan. Namun. Tepat 2 tahun kemudian. 18.10.17. Mungkin sama cowok barunya dia menonton Stars and Rabbit di Jatim Fair. Mungkin sekarang dia menjadi fansnya sampai dibuat sebuah postingan sendiri di IGnya. FYI: seingat ku pas di ITS Expo dia bilang dia baru aja mengenal band itu. Okay. Kuajak dia menonton band itu untuk pertama kalinya. Dan 2 tahun kemudian kenangan itu seperti tidak ada bekasnya. Cukup kaget melihat postingan itu. Hanya bisa dibawa kembali oleh sebuah momen 2 tahun lalu. Sebuah penghakiman lainnya.
  Dan? Kontemplasi hanya sebagai masa-masa abu-bau di fase ku sekarang. Tidak ada yang tersisa untuk dipegang ataupun direkuh. Hanya sebuah potongan-potongan memori dengan manisnya bisa menyayat kesadaran manusia yang sedang berduka. Manusia yang akhirnya cuma bisa menjadi manusia tanpa makna. Karena kenangan akan dirinya sudah tidak ada di benaknya. Seperti kata mu kan neng? Tidak ada lagi sayang yang seperti saat itu.
   Masih. Mati. Makna.
  Masih memegang janji.
  Mati akan janji yang kamu lupakan.
  Makna yang tak bermakna.
   #W4
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
Kontemplasi: Sebuah Momen
Kadang menyalahkan orang lain (dia) sama saja membuka kesalahan sendiri. Dimana ada fakta yang disembunyikan terkuak, di sana selalu ada jaring-jaring benang merah yang terhubung satu sama lain. Memang tidak instan, namun akan terlihat bagaimana gambaran besar termasuk detail didalamnya. Jika dirunut satu persatu, benang-benang itu pun kalau tidak menuju diri sendiri ya akan menuju orang lain (dia). Semakin diperhatikan, semakin pula rasa sesak ini timbul. Syndrome yang harusnya sudah hilang, nampaknya dia hilang sebagai hal laten. Sewaktu-waktu akan selalu menemani ku ditengah jatuh ku. Indah? Abu-abu bagi ku akan hal indah atau hal tak indah. Semuanya nampak sama di hati ini. Sebuah momen dimana aku sebagai subjek. Aku yang dia anggap sebagai “playing victim”. Aku yang sebagai tukang teror bagi dia. Silahkan menghujat!
  “Sejak km neror aku. I am super afraid of that. Aku tuakut setengah mati kamu kok gini. Dan aku sudah ga nyaman bgt sm km. Sejak kamu Tanya terus ngukur waktu2 ku terlalu detail nanya ini itu detil aku merasa ini salah. Aku gasuka diginiin. Dan kyk ada yg salah. Aku yg terpaksa akhirnya. Pas km tau aku sudah mau ngulur km. Km semakin memaksa aku dan aku semakin gasuka akan itu.”    
 Ya, dia memang berkata seperti itu. Sebulan kurang 4 hari yang lalu lebih tepatnya. Dan memang itu kenyataannya. Tidak ada yang bisa aku sangkal dari itu. Sikap ku yang seperti ini lah yang membuat dia tidak nyaman dan akhirnya seperti sekarang ini keadaannya. Dan bahkan dia sudah bersama cowok lain. Cowok yang bisa buat dia nyaman dan bahkan bisa membuat dia bahagia. Sempat aku lihat DP line mereka berdua memakai foto dari hasil mereka foto berdua. Walau terlihat sendiri-sendiri. Tapi aku gak bodoh kok. Sesuatu yang disembunyikan akan selalu aku temukan apa kebenarannya. Dua kali aku melihat mereka dengan foto seperti itu. Satu dengan latar pagoda di kenjeran (lagi dipakai sampai sekarang DPnya sama dia) dan satu dari foto box.
  Kontemplasi kalau dirunut dari KBBI merupakan sebuah renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Bukan pertama kalinya aku selalu merenungi akan suatu hal. Tapi aku seperti hidup bersama renungan ku. Selalu melihat detail dari apa yang sudah terjadi. Mengingat semua kepingan-kepingan memori dan merunutnya. Efek sampingnya hingga kini aku tidak bisa hidup tenang, tiba-tiba ketika menyetir, ketika sendiri, ketika melamun, bahkan pada saat itu dan akhirnya kebangun, selalu muncul itu kepingan-kepingan dan saat itu juga menghantam dengan keras kesadaran ku. Menghancurkan senyum yang aku paksa agar aku tidak selalu terlihat sedih di muka umum. Memang jatuhnya aku akan selalu bawa perasaan dan kadang tidak terkontrol emosinya ya serta merta karena pada saat itu ada momen yang selalu membawa ku kembali ke ingatan yang ingin ku ingat atau yang tidak ingin ku ingat.
  Memang aku tidak sedewasa itu. Kadang aku diragukan apakah aku laki-laki atau tidak. Beberapa orang berpendapat aku terlalu mendramatisir ini semua. Mereka menghujat atas apa yang aku perjuangkan. Mereka menertawakan atas apa yang aku sedikit ceritakan karena aku tidak punya tempat cerita lain. Terlalu capek untuk menceritakan kembali dari awal dan semua detailnya. Teman-teman yang sudah tau pun beranjang pergi karena mereka telah bosan. Dan tempat pulang ku sudah menemukan orang lain dimana dia bisa lebih bahagia. Aku tau aku memang memalukan. Bukan mau bertahan pada kejelekan ku ini, tapi tolong mengerti lah apa yang aku hadapi ini. Kadang ada yang dikorbankan dalam sebuah keputusan kan dan aku korbankan diri ku karena aku anggap diri ku sudah tidak seberharga dulu. Karena aku hanya dijadikan sebuah momen yang terlewat bagi dia, sebuah momen yang dapat ditinggal dan dibuang sebegitu mudahnya. Semua momen yang tidak dapat dimaknai sebagai sebuah momen. Makasih neng.
  Sebuah momen yang mengarah pada penghakiman diri sendiri.
  Kontemplasi: Sebuah Penghakiman.
  #W3
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
Sebuah Cerita
“aku juga udah gamau sm km”
  17.12 (05/10). Sebuah cerita sore itu. Sebuah kalimat yang selalu muncul ditengah perdebatan. Sebuah kalimat yang mengakhiri namun menyisakan luka. Sebuah kenangan yang dengan gampangnya pupus hanya karena keputusan sepihak. Tanpa memikirkan efek yang akan terjadi pada pihak satunya. Tanpa kembali melihat apa saja yang sudah terjadi sebelumnya. Apakah tidak ada pertimbangan? Hanya sebuah ketidaknyamanan yang sebenarnya dibuat sendiri. Memang begitu kah memutuskan sebuah keputusan besar. Atau memang bukan merupakan pilihan utama? Atau karena sudah pihak lain yang datang dan memberikan pundi-pundi kehangatan dan kenyamanan? Kebahagiaan yang dicari? Itu kah? Sebuah cerita yang kalau ditarik ke belakang dan dirunut satu persatu akan terkuak siapa yang menyebabkan ini. Memang tidak adil dan memang manusia bukan Tuhan yang bisa memberikan keadilan. Tapi apakah sebuah kebetulan hanya satu pihak yang merasakannya? 2 pihak lainnya bagaimana? Sejauh mata memandang mereka (re: 2 pihak tersebut) duduk di posisi nyaman dengan perhelatan cinta dan sayang ini. Sedangkan di pihak ini? Selalu bertikai dan menahan akan segala kenyataan yang kau berikan. Tidak kah sadar kalau yang pihak ini mau di sana di saat yang teburuk pun? Tidak membual tapi itu fakta? Memang hanya sebuah cerita dank arena keterlaluannya tidak ada yang perlu dibahas karena sudah selesai. Segampang itu kah menyelesaikan masalah yang dimulai sendiri? Kalau begitu kalau dilogika penjara bisa sepi karena semua permasalahan hanya diselesaikan dengan kata-kata “sudah selesai kok, ngapain dilanjutkan?” begitu kah? Sangat menarik sebuah cerita ini. Menyisakan satu pihak semakin direnung amarah, kekecewaan, dan kesedihan. Peduli kah? Boro-boro peduli di lihat saja atau didatangi saja tidak untuk meminta maaf secara langsung. Kan sudah ada pihak baru. Media chat memang mendekatkan sekaligus kurang ajar karena memudahkan untuk hanya meminta maaf. Begitu bentuk komunikasi dari manusia sosial sekarang? Mengecewakan!
  Sebuah cerita memang hanyalah bisa ditulis. Diingat. Kadang dilupakan seperti kasus ini. Konsep ini pun digunakan hanya sebagai katalis dari penyelesaian masalah yang menurut pendapat pribadi tidak bisa hanya sekedar katalis. Kadang katalis memang perlu, namun apakah di semua hal? Menurut ku tidak. Namun memang akan berefek tidak pernah berakhir. Ya itu merupakan konsukuensi yang harus ditempuh. Karena keputusan-keputusan sepihak itu lah yang membuat akhirnya tidak pernah bisa berakhir bagi kedua belah pihak. Memang satu pihak biang sudah berakhir. Satu pihak lainnya? Memang enak kalau hanya sekedar berkata dan memutuskan sepihak. Sangat tidak bijak akhir dari cerita ini. Oh iya sampai lupa, karena ada pihak baru. Sebuah cerita memang begitu. “Habis manis, sepah dibuang”. Terlalu indah untuk diteruskan sehingga harus dibuang saja. Mengecewakan!
  Sebuah cerita hanyalah amarah yang tak berujung.
  terjadi satu ikatan
lebih dari persahabatan
ku hanya beri isyarat
agar kau merasa
apa yang aku rasakan
di dalam dada
 kita tumbuh dan bersenyawa
mendekap dan mendekat dalam jiwa
sampai tua
 beruntung bisa bersama
terikat satu rasa
kita mau dan tak malu
menyatakannya
semesta pun mendengarkan
dan menjaganya
 kita tumbuh dan bersenyawa
mendekap dan mendekat dalam jiwa
bersama mu tak mungkin keliru
yang bahagia kan kita berdua
sampai tua
          - Bersenyawa by Dengarkan Dia
  Sebuah cerita yang bersenyawa untuk diakhiri dalam sebuah perusakan.
   #W2
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
52?
Memang kemarin akhirnya semua postingan berakhir bukan pada batasan banyak namun pada batasan angka. Sebagai bentuk kekecewaan yang hingga kini masih melingkupi. Namun kali ini, tulisan ini tidak akan menyangkut apa yang sudah dibahas di 51 postingan sebelumnya. Mungkin sudah cukup. Ada pun cukup aku yang tau. Kadang kala, ada saatnya kita memasuki fase dimana bercerita dan berbagi akan lebih menyakitkan daripada diam. Walau sesungguhnya diam pun menjadi faktor yang menyakitkan. Tapi tidak ada yang mau mendengar. Untuk apa? Masa bodoh dengan hujatan yang telah diberikan selama 51 postingan beredar secara umum di dunia kalian. Menjadi bahan ejekan ataupun sekedar pembahasan kecil-kecilan. Memang itu hak kalian untuk belaku demikian dan menjadikan itu sebagai konsukuensi atas apa yang telah aku putuskan untuk membuka ini ke khalayak umum. Terima kasih atas semua itu. Hanya menjadikan senyuman dan tanggapan palsu dari aku ke kalian. Aku hanya memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang kalian ekspetasikan. Karena ekspetasi selamanya akan dikejar sampai kapan pun hingga akhirnya salah satu pihak dan memberikan ekspetasi itu secara cuma-cuma. Kehidupan keduniawian hanya sekedar ambisi manusia untuk mengejar yang sebenarnya tidak perlu mereka gapai. Terpenuhi?
  Ketenangan. Setelah 21 tahun hidup di dunia ini. Ketenangan memang menjadi isu terbesar dalam hidup ku. Semua dipikir, dipertimbangkan, dibuat rumit, dan akhirnya tidak mencapai apa-apa. Hanya ketidaktenangan yang meliputi badan ini. Ketika elemen microcosmos dan macrocosmos sekala manusia tidak menemukan titik equlibirium dan hanya menyebabkan gesekan-gesekan yang semakin lama memunculkan chaos. Ketika hidup yang kita sadari ini ternyata tak ayal hanya sebuah perwujudan kotak Schrödinger dimana kepastian akan selalu menemui ketidakpastian. Ketika semua individu ini dihadapkan pada kenyataan berparadoks yang berkuantum. Ketika hidup hanya sebagai salah satu bentuk konspirasi indera yang membuat hal yang besifat rasa hanya menjadi titik-titik tak berujung yang kehilangan arah. Inilah ketidaktenangan versi Andre yang hanya menempatkan dia pada sebuah syndrome yang akan terus muncul layaknya penyakit laten.
  Hanya menjadikan syarat mencari ketenangan (ini).
  Andai ku datang lebih cepat
Pasti cintamu kan untukmu
Namun semua belum terlambat…
Berhari-hari ku kejar dirimu, berhari-hari ku memimpikanmu
Namun tak juga aku dapatkan cinta dan kasih sayangmu…
Luas lautan kan ku seberangi, tinggi gunung pun kan ku daki
Namun tak juga aku dapatkan cinta darimu…
T'lah lama ku mengenal dirimu, t'lah lama ku merindukanmu
Tahukah engkau isi hatiku yang kan selalu memujamu?
Ku yakinkan kembali diriku hanya kamu yang no. 1
Namun semua telah berubah, saat ku tahu kau dengannya..
Andai ku datang lebih cepat
Pasti cintamu kan untukmu
Namun semua belum terlambat
Lepaskan saja dirinya...
                 - Andai Ku Datang Lebih Cepat by Heavy Monster
  Pengandaian tak berujung.
    #W1
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
Akumulasi
“Sekarang aku lagi bersama satu orang saja.”
Hari ini (28/09). 11.25. Kalimat yang keluar ditengah perdebatan antara satu masih mempertanyakan kenapa (aku) dan satunya mempertahankan kalau alasannya jelas untuk bilang tidak (dia). Bagai sumbu api yang menunggu terkena percikan api dan sekarang meninggalkan terbakar menjadi abu hitam pekat. Akumulasi perasaan yang ditahan selama ini. Dan hanya berujung pada kesedihan dan kemarahan tak berujung. Sesak yang sudah aku hindari sejak aku kontrol ke dokter beberapa bulan yang lalu kembali sebagai teman yang setia. Mengoyak, mengambil si hidup.
  Setelah beberapa hari akhirnya dia menanggapi dengan respon dan pendirian yang sama. Tidak mau dan memang menjauh karena selama ini terpaksa, tidak nyaman dan sebagainya. Mungkin aku salah tidak bisa benar-benar mengenal dia dan terlalu menutup segala kemungkinan karena terlalu percaya dia. Sudah tidak ada hangat sayang seperti dulu lagi. Adanya asing, dingin, dan penolakan. Aku memasuki tahap dimana aku percaya pada dia di masa lalu yang masih aku bawa hingga kini. Dia merasa tidak nyaman dengan segala tindakan ku yang dia sebut teror. Ntah karena aku selalu menanyakan dia dimana. Menghitung waktu dia pulang atau dari satu tempat ke tempat lain. Iya memang mengesalkan dan bikin risih. Tapi apakah kamu sadar kalau aku bertindak demikian karena ada satu alasan.
 Terbayangi oleh cowok lain sejak dia datang pertama kali ke aku adalah kenyataan yang selalu aku buang jauh-jauh. Hanya untuk menenangkan diri ku. Itu mungkin dulu aku lebih dapat mengontrol diri ku karena dia masih sering ke aku daripada ke itu cowok. Mungkin bodoh mau diduakan. Tapi kalau kalian diposisi ku mungkin ini menjadi keputusan tepat untuk mau bertahan dan melanjutkan. Atau mungkin keputusan yang salah. Tidak seharusnya aku di sini. Mungkin. Nasi sudah jadi bubur kan. Perasaan senang karena dia masih mau selalu hadir, mencari, menjadi tempat cerita, kadang tiba-tiba aku harus menunda hal yang sudah aku susun demi bisa menemani dia, dan dia sudah aku anggap sebagai “rumah”, selalu bisa menutupi kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan akan kalau aku hanya sebagai orang kedua di hidup dia pada saat itu. Memang cerita lama tapi ini yang menjadi permasalahan utama. Bukan maksud masih terjebak masa lalu dan merecall back all memories, tapi hanya sebagai usaha sebenarnya ujung permasalahan itu dimana.
 “aku tidak pernah bisa benar-benar tenang, selalu merasa terancam dan takut akan kapan saja dia bisa pergi dan tidak pernah kembali. aku hanya sebagai tempat peraduan sementara.” -A-
 Hingga detik ini. 2 kalimat itu masih membungkus ku dengan semua potongan visual, cerita yang aku lihat langsung atau dari orang lain, ataupun di medsos tentang hal yang bisa bikin aku sakit hati. Disuruh jangan melihat pun tidak mungkin. Aku punya mata sebagai fasilitas visual ku merekam semua memori. Dan yang disuguhkan adalah sebuah kebetulan dimana aku selalu diberi kesempatan untuk bisa melihat dan mengetahui yang disembunyikan. Aku sangat benci itu. Benci dengan karunia yang diberikanNya dan hanya membuat aku semakin terpuruk.
 “Neng, kamu yang membuat ini berakhir seperti ini. Bukan maksud menyalahkan mu. Tapi kalau ditarik ke belakang memang demikian. Mungkin ini akumulasi hal yang enggan aku katakan karena aku takut kamu pergi kalau aku terlalu membahas ini, tapi hanya ini yang aku punya. Toh kamu sudah sama cowok yang baru dan kamu nyaman sama dia. Beruntung banget bisa jadi cowok yang bisa membuat kamu tidak terpaksa dan benar-benar bisa buat kamu senang. Aku yang meneror kamu sebagai tindakan bawah sadar ku sekaligus sadar ku karena aku merasa takut kamu kembali lagi sama itu cowok. Dan memang kenyataan kamu selalu menyembunyikan kalau kamu masih menemui dia pas itu. Memang tidak nyaman diteror itu. Tapi apa kamu tidak melihat gimana perasaan ku kalau harus tau kamu masih ke cowok itu dan di saat yang sama kamu ke aku juga? Kamu yang membuat diri mu sendiri menjadi tidak nyaman sama aku dan terpaksa karena kamu masih kembali ke dia tanpa sadar kalau konsukuensinya adalah di diri mu sendiri. Tapi yang menanggung aku. Tanpa sadar kamu menjauhkan orang yang sudah mau berusaha dan berjuang ke kamu darpada itu cowok yang selalu datang dan pergi menyakiti mu. Kamu seharusnya sadar akan hal ini. Namun sudah keburu kamu tidak mau sama aku neng. Rasa sayang itu sudah pupus karena kamu juga. Pantas saja aku tidak pernah terima dengan alasan mu karena memang bukan dari aku penyebabnya. Dan sekarang kamu sudah sama cowok lain lagi. Aku sempat percaya kalau kamu tidak mudah sayang dan nyaman sama orang sesuai dengan kata-kata mu. Tapi itu pun tidak bisa aku pegang. Dan segala omongan lain mu yang tidak bisa aku pegang. Kamu hanya meninggalkan aku sebagai orang seharusnya tidak menanggung kesedihan dan sakit hati ini. Mungkin kamu tidak berpikir sejauh ini dan seluas ini sehingga kamu termakan akan ketidaknyamanan mu dan akhirnya kamu pun kehilangan rasa sayang itu ke aku. Sayang yang datang 4 tahun yang lalu, atau 2 tahun yang lalu dan sayang yang kamu tunjukan selama bulan April-Mei tahun ini hanya sebagai memori. Usaha ku, mau aku menunggu kamu, menemani kamu di saat-saat itu walau kamu sudah mengusir aku berkali-kali pun tidak pernah kamu lihat sebagai alasan yang bisa membuka mata mu kalau aku tidak sedangkal itu jadi orang yang meneror kamu.” -A-
 Percuma. Kamu sudah memutuskan dan tidak ada rasa sayang yang tersisa buat aku. Itu kan yang kamu katakan tadi di chat?
 Mungkin ini akan jadi perjalanan ku yang terakhir. Ditinggal dengan luka yang sangat besar. Kekecewaan, kesedihan, dan kemarahan yang sudah tidak terhitung. Dan semua yang terjadi hanya sebuah angin lewat. Memang aku menjadi fungsi pengisi sementara di hidup mu neng.
 Terima kasih. Tidak ada pagi yang akan menyambut ku setelah ini. Hanya malam kelam dengan dalamnya kegelapan yang menjadi tempat kembali setia.
Tumblr media
But yeah you worth the wait :)
Masi kah aku seperti itu neng?
  P.S. Janji mu yang Dentine sama Jazz Traffic dan lain-lainnya udah gak berlaku lagi ya neng?
 (51/51) End.
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Text
5th Semester. End?
Tidak perlu lagi aku menjelaskan panjang lebar kisah ku. Aku rasa postingan sebelum-sebelumnya sudah cukup menggambarkan dengan jelas bagaimana diri, badan, pikiran ku. Rasa sedih memang tidak bisa aku bendung. Rasa cemburu, marah, kangen dan semua yang berkaitan hanya bisa aku lampiaskan pada penghakiman diri ku sendiri. Gampang sekali aku menangis hanya untuk bisa bertahan dan melihat kenyataan yang diberikan. Silahkan menghakimi aku yang gampang menangis. Aku Cuma bisa bersyukur atas karunia hati manusia bukan hati robot sehingga aku bisa merasakan kebahagiaan dan kesedihan secara abu-abu, tak terdefinisi, dan hanya muncul ketika sudah ada di gerbang masuk, siap mengoyak hati yang sudah berulang kali jatuh. Melankolis? Baru sekarang aku menjadi super melankolis. Seumur hidup ku aku habiskan dengan lebel koleris akut. Namun, mungkin ini Andre yang 10 atau 20 tahun lagi. No one knows including me. Silahkan jadikan ini bahan ejekan atau hujatan. Aku memang tidak punya tempat cerita lagi. Aku lelah bercerita dengan segala tanggapan yang sudah aku duga. Tidak ada tanggapan tidak terduga seperti kamu lagi neng. Termasuk diam dan penghindaran mu yang menjadi hal-hal rutin aku alami sekarang. Merindukan “rumah” dimana aku bisa benar-benar pulang dan tenang.
  Tumblr ini memang tempat ku meluapkan kebahagian ku, kekesalan ku, amarah ku, kesedihan ku, dan kegalauan ku ketika kamu tidak ada di sana sebagai “rumah” yang aku tuju. Konsep rumah memang sedikit menjadi ambigu yang menimbulkan pertanyaan. Apakah aku tidak merasa nyaman di rumah asli ku? Mungkin kamu sudah tau alasannya neng. Iya, di sini aku memang nyaman tapi kadang kala ada sesuatu di rumah yang membuat aku tidak tahan untuk bertahan. Kadang aku merasa sepi walau semua anggota keluarga ku hadir. Mungkin karena aku juga yang menutup diri karena usaha ku untuk mempertahankan yang aku yakini sebagai keputusan bulat ku.
 Orang banyak beranggapan bahwa keputusan ku terlalu dini untuk semua ini. Namun kalau kalian memang pernah benar-benar ada di posisi ku mungkin kalian akan menarik semua omomangan kalian yang meminta aku untuk pergi. Pergi bukan hanyalah sebagai kata kerja yang sangat mudah dilakukan namun sama hal dengan sayang. Kamu pernah berkata kan sayang tidak pernah bisa dipaksa? Dan tentunya menyuruh untuk pergi pun tidak semudah itu. Aku harap kamu bisa mengerti. Dan maaf aku gagal bisa membuat benar-benar nyaman karena kata-kata mu terakhir mangatakan kalau kamu hanya memaksakan nyaman karena kamu kasian dengan aku. Makasih dan maaf aku tidak bisa membuat mu bahagia.
 Aku pernah bilang semester 5 bakal menjadi batas akhir untuk bisa berhubungan dengan cewek yang beda agama dan bisa berhubungan sama kamu. Teman boleh tapi tidak lebih dari itu. Sebuah perjanjian dengan ibu ku yang sampai sekarang aku belum mampu memenuhinya. Sepenuhnya karena aku sudah memilih sebuah keputusan yang aku rasa bisa juga menjadi pertanggungjawaban ku di hadapan Tuhan. Aku harap memang benar jalan yang aku ambil. Tapi apakah ini menjadi akhir? Aku rasa tidak.
 Aku memilih untuk tetap memperhatikan kamu walau Cuma bisa dari jarak jauh. Silahkan kamu menghindar. Aku tau diri dimana garis pembatas tempat aku harus berdiam. Cuma jarak mata saja yang bisa kembali melihat kamu secara utuh. Merindukan kamu yang sudah tidak di sini lagi.
 Kangen kamu neng.
  (50/banyak)  
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
(49/banyak)
0 notes
ignablackfiles · 7 years
Photo
Tumblr media
(48/banyak)
0 notes