Tumgik
icha-potale · 3 years
Text
Apa yang salah dengan menyendiri? Menyendiri bukanlah kejahatan, menyendiri bukanlah suatu yang buruk. Menyendiri hanyalah suatu kebutuhan seseorang saat terluka. Disaat terluka, menyendiri bisa jadi pilihan pertama.
0 notes
icha-potale · 3 years
Text
"Kisah cintaku"
Saat SMA aku pernah jatuh cinta pada seseorang. Seseorang itu adalah sahabatku. Dia adalah laki-laki kedua yang menaruh perhatian dan selalu melindungiku selain ayah. Dari semua perlakuan itu, akhirnya membuatku jatuh cinta kepadanya. Namun setelah beberapa bulan kami berteman, muncul pertanyaan yang membuatku gelisah, dan sedih. "Apakah aku bisa mencintainya? Dia adalah temanku..." "apa dia selalu akan jadi temanku?" "Bagaimana kalau aku mengungkapkannya?" "Bagaimana kalau dia tiba-tiba menjauh, setelah aku mengungkapkannya?" "Apakah ini hanya akan jadi cinta dalam diam?" Masih banyak lagi pertanyaan yang selalu muncul...
2 tahun kemudian, aku masih tetap berada di rasa yang sama. Dan dia masih tetap jadi sahabatku. Namun pada satu waktu, menjauh darinya sepertinya adalah pilihan yang tepat. Aku memilih menjauh dan membatasi pertemanan agar rasa ini tidak terlalu dalam. Alasannya karena dia adalah temanku. Dan juga ku rasa dia mungkin memang bukan untukku, dia juga saat itu mungkin menyukai seseorang, entahlah... setelah dia menyadari semua tindakanku, akhirnya dia menanyakan itu! Namun aku menjawabnya dengan singkat bahwa aku tidak sedang menjauh, hanya saja mencegah rasa agar tidak terlalu dalam! dia pun bingung. Dan aku langsung pergi, membiarkannya larut dalam kebingungan.
Setelah kejadian pertanyaan itu, kami yang dulunya bersahabat, sekarang sudah seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain. Yang dulu saling menyapa, sekarang sudah tidak lagi. Aku tak tahu, bahwa waktu itu dia paham dengan maksudku atau tidak, tapi sepertinya menurutku, kata-kataku sudah cukup membuatnya paham. Kemudian pada hari kelulusan, ada seorang lelaki mengajakku berbicara di lapangan sekolah dan itu ternyata adalah teman dekatnya. Temannya mengatakan hal yang membuatku benar-benar terkejut. Ternyata, dia juga punya rasa yang sama terhadapku. Dan selama ini kami bersahabat tanpa tahu perasaan masing-masing! Dan aku sudah terlanjur menjauh. Kemudian pada waktu kami sudah menjalani kehidupan baru masing-masing, terdengar kabar bahwa dia sudah mempunyai kekasih. Aku tak tahu sudah berapa lama hubungan mereka, tapi saat itu aku benar-benar sakit, terluka, kesal. Katanya, dia juga punya rasa yang sama? Tapi kenapa tidak ada pergerakkan sama sekali? Haruskah aku? Mengapa selalu aku duluan yang harus memulai pergerakan, mulai dari masalah keluarga, masalah dengan teman, dan masalah tentang ini!
Aku tidak tahu ini adalah kenangan yang lucu diingat, ataukah kenangan yang menyedihkan? Saat itu benar-benar membuatku seperti berada dalam drama. Dan sekarang kami adalah orang yang tidak saling mengenal satu sama lain, atau orang asing. Kami hanya sekedar melihat-lihat story masing-masing di ig, tanpa menyapa. Meskipun sudah berapa tahun yang lalu, aku tetap belum bisa melupakan itu.
"Tidak ada yang benar-benar di sebut persahabatan diantara laki-laki dan perempuan, hal itu bisa membahayakan perasaan!"
Itu cerita dari sisi aku sih, sisi dianya aku gak tau!
0 notes
icha-potale · 3 years
Text
Catatan : Mencapai Keseimbangan Emosional
Tumblr media
Bicara tentang tujuan hidup, sebenarnya menurut saya pribadi susah-susah gampang. Hal itu sudah terprogram sejak kecil dari pola asuh orang tua, guru-guru, dan lingkungan bahwa kita hidup harus punya tujuan, dilatih juga untuk berusaha keras dalam mencapainya. Tetapi, sepanjang hidup kita tidak mungkin hanya menapaki jalan yang mulus dan datar saja. Sesekali adakalanya harus berbelok, menanjak, dan menurun untuk tiba di tujuan. Kadang mungkin sekiranya sudah tau arah tujuan sehingga tidak lagi perlu menebak-nebak apa yang akan ditemui dalam perjalanan, kita pun harus mampu menyesuaikan diri karena esok hari ialah sesuatu yang tidak bisa diprediksi terjadi. Bahkan kerap kali kita dihadapkan berbagai banyak pilihan dalam perjalanan itu.
Seperti yang saya sendiri alami. Tidak jarang saya berada dalam berbagai pilihan yang mengubah arah tujuan sebelumnya. Salah satunya adalah soal karier. Dulu saya pernah menjadi seorang atlet, kemudian berada di filantropi, sempat dijadwalkan merantau lagi untuk tugas pengembangan di wilayah terpencil namun tertunda akibat pandemi, lalu kini saya beralih menekuni kehidupan di bidang personalia dan industri kimia. Terkadang ketika waktu kosong melompong menyapa saya disuatu kala, ”Sebenarnya apa yang selama ini dicari? Apa sebenarnya yang ingin dicapai?”. Karena pengaruh pola pikir yang terprogram sejak kecil: harus punya tujuan dan mencapai tujuan, saya justru jadi terdiam dan tersiksa sebab muncul alasan yang tidak logis dan cukup membuat overthinking.
Perlahan renungan itu sampai pada satu titik pemahaman baru bahwa saya harus mulai menanamkan prinsip “Menyadari perjalanan”. Karena hidup tidak bisa dipahami hanya sebatas travelling, ada titik berangkat dan titik tujuan, yang diantaranya ada petunjuk arah yang jelas. Sedangkan dalam kehidupan juga ada titik berangkat dan titik tujuan, tetapi petunjuk arah-arahnya tidak sejelas travelling. Karena itulah, saya mulai mengendorkan jeratan tujuan jangka panjang yang terlalu idealis, berusaha be present, lebih realistis menikmati prosesnya dan fleksible namun tetap memiliki tujuan itu. Yaa.. memang ada kalanya tujuan disini berfungsi sebagai pemantik untuk melakukan sesuatu yang terbaik, terlepas nantinya tujuan itu bisa tercapai atau tidak, yang terpenting porsinya pas bagaimana saya berpatokan pada tujuan itu dengan fungsi sebagai pemantik. Kuncinya adalah seimbang. Karena saya tau tidak semua hal yang saya inginkan akan tercapai.
Seiring berjalannya waktu perubahan-perubahan itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk selalu keluar dari zona nyaman, menjadi kunci untuk tidak meragukan kemampuan diri. Beradaptasi dengan lingkungan baru yang cukup jauh dari sebelumnya memang menjadi salah satu hal penting dalam mengatasi perubahan disetiap prosesnya. Tapi menurut saya yang lebih penting lagi adalah mau berusaha belajar dan melihat sesuatu dari sisi yang positif.  Beruntungnya lagi, saya tidak takut dengan perubahan dan tantangan. Saya percaya jika ada kemauan dan usaha, semua hal pasti bisa dilakukan.
20 November 2020 | 19:30 WIB
37 notes · View notes
icha-potale · 3 years
Text
“Tidak enaknya menjadi terasing adalah kalo ada kejadian buruk, kita bakal jadi orang pertama yang dikambing hitamkan. Dan kalo sudah jadi kambing hitam, gak ada yang bela dan gak punya kesempatan untuk membela diri. Berjanjilah untuk tidak membuat siapapun merasa terasing.”
— @hellopersimmonpie
202 notes · View notes