Tumgik
hariiankuu · 3 months
Text
selasa berkesan
Selasa kali ini mungkin akan menjadi selasa yang kuingat, berkesan. Dimana saat seorang anak yang harusnya pulang dari sekolah disambut dengan istirahat walau sejenak malah disuruh dan dimarahi ketika baru saja ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sebenarnya aku mau saja untuk melakukan hal yang disuruhkan padaku, tapi setidaknya berikan istirahat dulu, aku cape setelah pulang sekolah. Disaat aku berkata aku cape, aku malah mendengar pertanyaan tentang apa yang ku lakukan disekolah, bukankah harusnya kamu tau. Orang yang kerja melalui laptop aja bisa cape, energi seseorang itu bisa habis, tapi kalau hanya sekolah mungkin katamu itu mudah daripada melakukan kegiatan fisik seperti beberes rumah. Faktanya banyak orang yang stress ketika sekolah daripada orang yang hanya sekedar beberes rumah, diluar rumah kita berinteraksi dengan orang banyak memerlukan energi sosial yang tinggi, sungguh menguras tenaga. Apalagi bagi seorang introvert seperti aku, aku cape. aku juga cape mental mendengar semua ocehan yang tidak pantas diucapkan kamu padaku, kamu kira itu tidak akan membekas dan meninggalkan sakit padaku, kamu salah jika berpikir begitu. Mungkin orang akan berpikir semakin lama semakin terbiasa bukan, sebenarnya itu hanya sekedar alasan, semakin lama bukannya terbiasa hanya saja semakin lama akan mulai cuek dengan semua hal yang kamu ucapkan. Semua orang kebanyakan berkata lebih baik dimarahin daripada di hukum secara fisik, kurasa keduanya tidak ada yang pantas. Dimarahin, di caci maki akan menimbulkan dampak pada mental, mungkin didepan orang lain itu terlihat biasa, tapi sebenarnya aku mempunyai trauma dengan hal itu, aku takut melihat orang orang di sekitar ku marah, aku berusaha untuk berbuat sebaik mungkin agar orang tidak marah, bukankah itu salah satu dampak negatif dari hal itu. aku juga menjadi takut untuk mengeluarkan pendapatku, aku takut kepada orang yang lebih tua dariku karena trauma itu. Jika bisa memilih aku tidak mau hidup seperti ini, bukankah lebih baik aku mati saja. Tapi aku sadar, hidup itu anugerah, banyak orang yang ingin hidup, jadi mungkin karena hal itu aku memutuskan untuk mencari cara agar aku bisa bersemangat untuk menjalani hidup. aku mencoba mencari pacar, tapi aku takut jika pacaran secara langsung, karena sudah banyak sekali bahaya seperti hamil diluar nikah, kekerasan, pelecehan dan lain lain yang membuat kamu malu, aku tidak mau kamu malu karena aku, bukankah kehadiran ku saja masalah bagimu. Jadi karena itu aku berpikir lebih baik pacaran secara virtual melalui handphone, mungkin kemungkinan terjerumus bahaya akan berkurang pikirku. Hari demi hari berlalu sampai aku membuka aplikasi untuk mengobrol dengan orang diberbagai daerah, awalnya aku hanya ingin melihat postingan yang membuat aku bisa tertawa saja, hingga aku mencoba untuk mengobrol secara acak, dan aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya. aku merasa nyaman mengobrol dengannnya lewat chat, mulai dari rasa nyaman dan merasa saling se frekuensi kami mulai beralih chattingan melalui whatsapp saling bertukar nomor handphone. Seminggu berlalu, kami mulai semakin dekat sampai pada hari jumat dia menyatakan bahwa dia menyukaiku, disitu aku yang memang merasa nyaman dengannya pun menerimanya. Hari demi hari berlalu sampai tidak terasa sudah 10 bulan berlalu bersama dengannya, hubungan yang kadang saling bertengkar, saling bercanda, saling memberikan perhatian dan kasih sayang walau lewat chat membuatku mempunyai semangat untuk menjalani hariku. aku pacaran tanpa ketahuan siapapun kecuali teman teman yang sangat dekat denganku, karena aku dilarang keras untuk pacaran walau virtual. Tapi dengan pacaran virtual setidaknya aku menjadi bisa menghilangkan stress ku. Mungkin itu saja yang ingin ku sampaikan disini untuk hari ini, pokoknya dari hal ini kuharap bisa diambil sedikit pelajaran mungkin untuk aku, kamu, dia, dan semua orang. Yang buruknya bisa dibuang saja yaaaa
1 note · View note