Tumgik
happygirlare · 6 months
Text
Buka tumblr setelah sekian lama dan kaget sama beritanya O.o
1 note · View note
happygirlare · 3 years
Text
Sebuah bahan latihan untuk berjiwa besar. 
Bicara soal privilege, tiap orang memang punya privilege yang beda-beda. Ada yang privilege karena pendidikan sementara di sisi lain jadi unprivileged karena gender. Perghibahan di twitter memang melatih untuk sabar sebelum ketemu manusia di dunia nyata yang suka banget ngasih stereotype.
Cewek kalo di kantor itu kudu sering denger jokes tentang poligami. Daripada rame, mending nggak ngerespon. Belum lagi dengan stereotype macem-macem seperti otaknya kurang logis dan kalo bikin kebijakan cenderung emosional karena PMS tiap bulan. Padahal bapack-bapack yang kalo bikin kebijakan tanpa berbasis data macem raja jaman Joseon juga buanyaaak.
Tumblr media
Ini pun. Gue bukan anti dengan ide menikah. Cuman yhaaa, udahlah wkwkwk.
Tumblr media
Gue bersyukur kerja di prodi yang masih kecil. Gap umur antar temen nggak jauh. Semua orang bisa diajak ngobrol dan dikasih masukan. Kalo di sektor lain mah belum tentu. Banyak banget cerita dari temen yang sampe stress di kerjaan karena boss-nya suka OT macem anak buahnya nggak punya kehidupan lain. 
Tumblr media
Daan semua perghibahan berasal dari sini wkwkwk. Hadooooooh.
Tumblr media
17 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Lemah
Kamu pernah nggak sih merasakan berada dalam pikiran yang realistis sekaligus naif? Realistis menerima kenyataan dengan kesadaran penuh dan tanpa perlawanan. Naif karena selalu berharap bahwa di depan sana, kita akan menemukan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka.
Setiap kali mengalami kegagalan, saya selalu merasakan momen ini. Momen ketika akal berkata:
“Oh ternyata skenario hidupku kayak gini. Yaudah mari dijalani“
Sementara hati selalu berbisik:
“Bersyukurlah pada terbatasnya akal. Setidaknya kita masih bisa berharap bahwa di depan sana, ada kebaikan-kebaikan dari Allah yang sebelumnya tidak terjangkau dari perspektif akal kita. Mari berjalan dengan tenang”
Ibnu Athaillah As Sakandary dalam buku beliau “Mengapa harus berserah” menjelaskan bahwa terkadang manusia tidak mampu tawakkal karena pandangannya terhijab dalam melihat kebaikan Allah. Dulu, saya tidak memahami apa makna dari “Hijab” ini. Sementara ketika saya membaca tafsir dari Muhammad Asad tentang makna “Gaib”, saya merasa mulai memahami. 
Hijab yang dimaksudkan ibnu Athaillah kadang berbentuk keterbatasan akal dan sudut pandang kita sebagai manusia. Muhammad Asad mendefinisikan gaib sebagai “sesuatu yang tidak terjangkau akal dan indera”. Kegaiban itu sifatnya dinamis. Ada hal-hal yang hari ini bersifat gaib tapi seiring dengan perkembangan pengetahuan, yang gaib menjadi tidak gaib lagi. 
Contohnya apa? Penyakit di zaman dahulu mungkin kerasa gaib karena manusia tidak tahu sebabnya. Tapi perkembangan teknologi membuat kita mengenal virus, bakteri, parasit, vaksin dan banyak hal. Sehingga, manusia mulai bisa mengantisipasi penyakit dan menyiapkan obat.
Akan tetapi, sekalipun pengetahuan membuat kita bisa “menyibak hijab” sehingga “mengurangi kegaiban”, di luar sana ada tetap ada “The unknown-unknown” yang begitu luas dan tetap tidak terjangkau akal.
Ada teman yang pernah random bertanya:
“Andaikata manusia mengetahui seluruh rahasia semesta, apakah manusia masih memiliki perasaan “Berharap kepada Tuhan”?“
….
Saat berbicara tentang pengetahuan, kita mengenal 4 hal:
1. Sesuatu yang kita ketahui dan kita sadar bahwa kita tahu (The Known Known).
2. Sesuatu yang tidak kita ketahui dan kita sadar bahwa kita tidak tahu (The Known Unknown)
3. Sesuatu yang kita ketahui dan kita tidak sadar bahwa kita tahu (The Unkown Known)
4. Sesuatu yang tidak kita ketahui dan tidak kita sadari keberadaannya (The Unknown Unknown)
Dulu, saya pernah greedy dan berpikir bahwa proses belajar kita bertujuan untuk memperluas the Known Known dan mempersempit The Unknown Unknown. Saya lalu menertawakan konyolnya pikiran saya.
Al Qur’an meminta kita agar menjadi orang berilmu. Namun di sisi lain, kita diberi penjelasan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain.
Penjelasan ini juga memantik pertanyaan dari saya:
“Kenapa sebaik-baik manusia bukan yang berilmu?“
Jika direnungkan lagi, kita tidak akan pernah bisa mempersempit The Unknown-Unknown. Kenapa? Karena ilmu manusia hanya sedikit sekali. Sekecil tetes air yang menempel di jarum. Sementara ilmu Allah itu begitu luas. Seluas lautan. Ibaratnya, sekalipun kita belajar sekuat tenaga, the Known Known yang kita miliki ya sekecil tetes air di jarum tadi. Sementara The Unknown Unknown-nya tetap seluas lautan :D
Maka sebaik-baik manusia bukan yang paling berilmu melainkan yang bisa mendayagunakan ilmunya untuk membawa manfaat kepada manusia dan kepada sesama makhluk di muka bumi. 
Hikmah dari adanya ilmu bukan agar kita bisa bermegah-megah dengan teknologi di muka bumi. Akan tetapi, agar kita mampu meningkatkan kualitas manfaat yang bisa kita berikan kepada alam. Mungkin demikianlah esensi dari Rahmatan Lil Alamin.
Maka dari itu, kesalihan personal saja tidak cukup. Butuh kesadaran berbuat baik kepada lingkungan. Percuma berilmu kalau kita masih tega menyiksa hewan. Percuma berilmu kalau kita masih suka membeli barang dengan sia-sia yang berujung pada penumpukan sampah.
Kembali lagi ke perkara keterbatasan akal dan perspektif manusia tadi. Setiap kali menghadapi takdir yang tidak saya suka, saya selalu mengingatkan diri tentang kapasitas akal yang terbatas. Saya selalu mengingatkan diri tentang bagaimana dialog malaikat dan Allah dalam surat Al Baqarah yang berakhir pada kalimat tasbih:
Subhaanaka laa ‘ilma lanaa illa maa ‘allamtanaa. Innaka antal ‘aliimul hakiim.
Ayat ini, masuk ke hati saya dengan makna:
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan sudut pandang saya sebagai manusia, sempit sekali. Sesempit wawasan yang saya miliki. Sekecil the known-known yang hanya setetes air di jarum. Sementara Ilmu Allah seluas samudra.
Akan tetapi, sebagai manusia, kita dibekali dengan rasa takut. Rasa takut itu bukan kelemahan sebenarnya. Sebab hikmah dari rasa takut adalah rasa waspada yang membantu kita agar bisa hidup dengan hati-hati. 
Ada kalanya, kita belum bisa menghadapi rasa takut tersebut dengan tenang. Sehingga perasaan takut itu menganggu hari-hari kita. Di titik ini, saya meletakkan tangan saya di dada sambil mengingat ayat:
Wa yusabbihur ra’du bihamdihi. Wal malaaaikatu min khiifatihii.
Semua makhluk di alam semesta, patuh dan tunduk kepada perintahnya. Bahkan guruh saja bertasbih karena takut kepada Allah. Jadi, tidak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang tidak taat pada ketentuan-ketentuannya. Kalaupun saya sampai tersakiti karena melakukan sesuatu yang memang seharusnya, berarti itu sudah ketentuan Allah.
Dulu, pas ibu sakit, kami saling mengingatkan tentang itu. Kanker itu makhluk Allah juga. Jika Allah berkehendak dia tidur, maka dia akan tidur. Tapi kalau misal kita sudah berikhtiar jauh dan dia tetap tidak tidur, sel kanker tersebut hanya mengikuti perintah Allah sebagai makhluk. Tidak ada pilihan bagi kita selain ridho.
Dari itu semua, akhirnya di setiap doa, selalu ada tambahan:
Engkau boleh mengabulkan doa kami ataupun tidak. Tapi jangan pernah tinggalkan kami sendirian dalam kondisi apapun.
Seorang hamba selalu butuh Rabb-Nya untuk menghapus kesedihan dan mencari jalan lain saat doanya tidak terkabul. Ia juga butuh Rabb-Nya untuk mengendalikan hati dari rasa takabbur serta menentukan langkah-langkah selanjutnya biar selalu lurus.
….
Pada akhirnya, hanya kepada Allah kita meminta apapun dan berharap apapun.
….
Makanya, sekalipun ibadah kamu berantakan, jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah. Tetaplah minta kebaikan. Kasih sayang Allah itu meliputi segala hal. Allah tahu, betapapun tidak taatnya kamu, kamu tidak punya tempat lain untuk mengadu selain kepada-Nya.
707 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Pahitnya Pernikahan
Beberapa waktu yang lalu dan di waktu lainnya lagi, saya mendapatkan pesan serupa yang dikirim ke salah satu media komunikasi saya. Dikirim oleh orang yang tidak saya kenal dan bahkan tidak pernah ada rekam interaksi sebelumnya. Pesan yang tiba-tiba berisi pernyataan tentang rumah tangganya yang sedang bermasalah, kondisinya, dan bertanya apa solusinya. ——- Sering ngerasa pengen mengakhiri hidup. Aku didiagnosa memiliki gejala salah satu masalah kesehatan mental. Kemarin sempat kambuh. Sekarang lagi hamil 8 bulan dan sebentar lagi lahiran tapi keuangan juga tidak memadai. Ditambah tinggal sama mertua dan suamiku tidak mau jauh dari keluarga. Aku bingung. Dia selalu marah-marah kalau kusarankan untuk berpisah rumah. Aku sedih dan putus asa. ——–
Satu diantara begitu banyak pesan yang pernah kubaca. Tentu, saya tidak bisa menjawabnya. Selain karena tidak kenal sama sekali siapa orangnya. Permasalahn serupa itu tidak bisa seketika dijawab hanya dengan berdasarkan informasi yang sepanjang satu-dua paragraf, apalagi hanya dari satu sudut pandang informasi.
Dan, tidak hanya satu. Saya mendapatkan pesan serupa, cukup banyak meski dengan pokok permasalahan yang berbeda-beda. Beberapa akhirnya kulihat berakhir cerai, beberapa tetap terlihat manis di media sosial. Bertolak belakang dengan apa yang pernah diceritakan.
Ada yang saya balas, ada yang tidak. Tapi kebanyakan tidak. Selain saya bukanlah pakar dalam bidangnya, kebanyak selalu sarankan untuk melibatkan konsultan keluarga atau psikolog/psikiater. Saya juga sering melakukan riset di direktori putusan-putusan pengadilan senegeri ini. Di sana saya membaca laporan-laporan kasus yang pernah ditangani oleh pengadilan baik perdata maupun pidana, dan tentu saya tidak orang-orangnya. Tapi, saya mendapatkan banyak sekali gambaran kejadian.
Mungkin, ada di antara teman-teman di sini yang sedang menjalani pernikahan dan sedang merasakan pahitnya keputusan yang saat ini diambil; menikah tapi jauh dari kebahagiaan. Hal-hal seperti itu memang jarang ditampilkan ke permukaan, ada yang pada akhirnya terjebak pada toxic-relationship. Alih-alih berumah tangga membuat dua individu menjadi sepasang suami istri yang saling support, justru saling menyakiti. 
Perceraian juga dianggap menjadi hal yang tabu (silakan baca opini saya tentang cerai, klik di sini). Bisa jadi, keputusan itu menjadi sangat rumit ketika kehadiran anak. Kasihan anak. Meski, harus mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak ada rasa dan tujuan, tapi demi anak, orang tua bisa melakukan semuanya itu. Pura-pura menjadi keluarga yang utuh padahal sudah tercerai berai. Apabila kamu sedang berada dalam fase ini, atau mungkin kamu sedang berada dalam sebuah rumah tangga dengan segala kondisinya. Dan ada nasihat yang ingin kamu sampaikan ke orang-orang yang membaca tulisan ini. Mungkin kamu bisa menuliskannya, reblog/reply.  Saya sendiri selalu mengulang ulang nasihat yang sama : lebih baik gagal di proses sebelum menikah daripada gagal di tengah pernikahan. Sebuah hal yang selalu kusampaikan ke teman-temanku yang hendak menikah. Kalau kamu mendapati ada sesuatu dari calon pasangan yang tidak bisa kamu terima, tidak perlu mengada-ada alasan untuk menerimanya. 
Akhirnya, keputusan berumah tangga akan menghadirkan realita yang mungkin di luar ekspektasimu. Butuh banyak sekali energi untuk membangun sebuah rumah tangga, jangan sampai energi itu justru dihabiskan untuk berdebat dan berselisih. Dan semoga, untuk teman-teman yang mungkin saat ini sedang merasakan pahitnya keputusan menikah, semoga segera bisa beranjak dari masalah ini. Apapun keputusan nanti yang akan diambil, kudoakan itu yang terbaik. Salam hangat, 22 April 2021 | ©kurniawangunadi
528 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Pada akhirnya kamu menjauh. Aku pergi.
Dear, Mas. Cuma di sini kayaknya aku berani nulis begini begitu soal kamu. Harusnya kamu gak tau aku main Tumblr, sih. Awas aja kalo sampe kamu tau tulisanku ini. Malu :((
Mas gimana kabarnya? Jogja sering hujan juga ndak, Mas? Aku kepikiran, kamu suka cerita pas berangkat ke kantor kehujanan terus. Tapi gapapa deng, kan ada mantol egoismu.
Kamu masih suka nonton drakor? Gimana list drakor yang mesti ditontonnya, udah selesai ditonton semua?
Mas, aku kangen. Kangen chating gak jelas capruk segala macem. Kangen dibonceng keliling Jogja. Kangen minum Thai tea sambil duduk liatin ramainya Alun-Alun Kidul Jogja. Aku kangen kamu, Mas.
Aku tau ini menye banget. Aku juga tau aku gak pantes bilang kayak gini. Aku gak tau harus gimana lagi selain bilang kita harus jaga jarak.
Lima tahun kita kenal, dengan segala macam drama, lost contact, salah paham, dsb dsb.
Terlambat banget aku sadari kalo aku suka kamu. Lebih dari teman, lebih dari seorang mbak ke adiknya. Aku bahkan dengan gak tau malunya mikir toh usia hanya angka. Terus kenapa kalo aku yang lebih tua?
Tapi aku sadar kita memang tidak akan pernah mungkin untuk bersama.
Kamu yang selalu bantu aku, dengerin cerita-cerita aku. Aku suka kamu ada di sisi aku. Bahkan ketika aku bilang untuk jangan tinggalin aku, kamu ngeyakinin bahwa kamu gak akan pergi kemana-mana.
Tumblr media
Mian, Mas. Sudah nyeret kamu kedalam hidup aku yang rumit ini. Sudah membebani kamu dengan keegoisanku. Aku ngerti, ada hal yang tidak bisa aku paksakan. Tidak bisa aku genggam terus-terusan.
Aku pengin bilang, aku sayang kamu. Itu saja.
1 note · View note
happygirlare · 3 years
Note
Menurut mbak salah atau engga kalo kita sebagai perempuan menyampaikan rasa, meminta kejelasan suatu hubungan yang dalam hal ini kita merasa baper?
Sedang dalam islam mengatur hubungan dengan lawan jenis, dan ketika jatuh cinta itu obatnya hanya dengan menikah dan tidak bermudah-mudahan dalam memberikan perhatian yang akan menimbulkan nafsu setan semata.
Bagaimana pendapat mbak yang dalam hal ini mengenai hubungan antar lawan jenis.
Jazakillahu khair mba.
Semoga mbak selalu dalam lindungan Allah. Aamiin
Dulu, pas umur 20an, saya juga mikir sama kayak kamu sih 😂 Sekarang saya pengen share sudut pandang personal saya di usia 30an. Nggak semua harus kamu ambil. Tapi mungkin bisa ngasih sudut pandang lain.
Jatuh cinta itu nggak ada obatnya. Daaan perasaan cinta itu ngasih spark di awal. Endingnya bakal tetep ada atau hilang? Bergantung sikap kita mau berkomitmen merawat atau tidak.
Pernikahan itu dilaksanakan dengan tanggung jawab. Jangan menikah hanya karena jatuh cinta. Pertimbangkan dulu kesiapan kita dari banyak sisi termasuk ilmu, finansial dan psikologi.
Sebelum menikah, kita perlu belajar memperlakukan semua orang dengan baik sebagai manusia. Saat kamu belajar, kamu bakal ngerasain gimana melihat orang tua dan anggota keluarga kamu yang lain dengan sudut pandang yang baru. Mereka yang dulunya kamu anggap sebagai teladan dan tempat bergantung ternyata ya sama-sama manusia juga. Punya sisi rentan dan kuatnya masing-masing. Kalau sudah di titik ini, kita juga jadi belajar gimana kalau misal kita berbeda pandangan. Bagian mana yang perlu kita kompromikan, bagian mana yang harus kita pertahankan dan banyak hal. Proses ini bakalan ngaruh banget ke hati dan jiwa kita.
Setelah melewati fase ini, saya berubah menjadi orang yang tenang. Kalau misal jatuh cinta, tetep tenang aja 😂 Soalnya defaultnya, saya belajar menghormati orang lain sehingga dalam kondisin normal, saya memang nice ke semua orang.
Kita perlu pelan-pelan ngasih ruang ke diri kita saat jatuh cinta. Ga semua hal perlu kita sikapi langsung dan grasak-grusuk. Ga semua hal harus segera ada keputusannya. Kalau misal nggak siap nikah dan nggak mau pacaran ya perlakukan aja dengan nice sama kayak kita nice ke orang biasa. Ntar setelah kamu siap dan ternyata perasaannya masih ada, dan menurut penilaian kita ternyata kita bisa ridho dengan semua sifatnya dia, nggak ada salahnya buat mengajukan diri 😅
60 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Jadi kecoa kok caper kali
0 notes
happygirlare · 3 years
Text
Tumblr media
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Oke yorobun, mari menghibur diri dengan ini.....
22 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
29 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Parenting : Dibalik Menunda Marah
Jadi, ceritanya sore tadi Shabira sedang menuang air dari botol besar ke dua gelas yang lebih kecil. Tapi nggak berhenti sampai situ, dia nuang lagi airnya ke meja. Tumpah-tumpah sampai lantai. Semua basah.
"Itu pelnya diambil kak. Asal nanti bertanggungjawab, Mama nggak papa."
Shabira makin asyik menuang air. Wow.
Aku, yang emosinya sedang stabil meski Jogja lagi panas-panasnya, diam mengamati. Aku nunggu, kira-kira apa yang ada di pikiran Shabira saat ini. Karena dari tadi dia emang kaya lagi nguji kesabaran. Jadi aku putuskan untuk menang dari ujian ini😂
"Kak, kenapa dituang?" Tanyaku. Akhirnya bertanya haha.
"Dek Gam menuang kopi hingga membasahi meja..." Jawab Shabira.
Dek Gam itu nama salah satu tokoh di buku yang suka dia baca. Di buku itu memang diceritakan kalau Dek Gam nggak sengaja menumpahkan kopi yang dibikinkan ibunya. Kopinya membanjiri meja.
"Oh gitu..." dalam hati aku langsung bersyukur nggak kelepasan marah duluan. Meski sepele menurut kita sebagai orang dewasa, tapi ini capaian yang lumayan besar buat anak-anak.
Kenapa?
Pertama, Shabira berhasil mengingat jalan cerita. Kedua, dia sedang berlatih bermain peran (jadi Dek Gam)! Ketiga, dia sedang berusaha merangkai potongan cerita lewat adegan yang sedang dia perankan. Keempat, dia berusaha menceritakan kembali buku yang dia baca. Wow! Hal-hal tersebut bagiku penting karena itu artinya anak sedang berusaha memahami bacaan. Nggak cuma sekedar baca, tapi memaknai. Satu level di atas baca.
Selain itu, Shabira merasa dihargai, didengarkan, dan dipahami.
Dia lagi belajar. Aku nggak mau menghentikan stimulusnya dan kesempatan emas ini.
Lalu ayah datang,
"Kakak, kok tuang-tuang air? Bahaya! Nggak kaya gitu, ah." Kata Ayah agak gusar.
"Itu Yah, Kakak lagi jadi Dek Gam yang nuang kopi..." Jawabku buru-buru. Aku takut Ayah kelepasan kesal padahal aku sedang membiarkan Shabira menikmati kegiatannya.
Untung Ayah lekas mengerti--atau pasrah saja sama kode dari tatapanku yang artinya, nggak papa, biarin aja, masih bisa aku handle--, atau mungkin malah keduanya. Hahaha
Ayah membiarkan kami, beliau masih berdiri di tempatnya sambil memegang gelas. Seperti menunggu kira-kira mauku dan Shabira apa.
"Habis numpahin air terus Mak gimana kak reaksinya ke Dek Gam?" Kataku sambil berkacak pinggang.
"Mak marah."
"Ayo dibereskan! Kata Mak marah." Aku berpura-pura jadi Mak.
"Terus sama Dek Gam dipel lantainya." Sambung Shabira.
"Setelah itu Mak memandikan Dek Gam supaya nggak lengket, ya?"
"Iya supaya bersih..." kata Shabira.
Kesempatan! Sekalian bikin dia mau mandi tanpa drama hahaha.
Akhirnya aku menggiring Shabira mandi seperti Mak yang mandikan Dek Gam. Bedanya ini Shabira mandi sendiri wkwkwk.
Apa jadinya kalau aku nggak mendengar dia dulu? Apa jadinya kalau aku malah marah-marah? Ternyata seringkali kita perlu melihat dari sudut pandang anak sebelum benar-benar melepaskan emosi 'marah' itu...
Dibalik tingkah ajaibnya, anak selalu punya alasan.
Apa jadinya kalau Ayah nggak percaya sama aku, sama kami? Apa jadinya kalau ayah ketinggalan jauuuh sekali pemahamannya terkait menghadapi anak usia dini?
Ayah dan Ibu, suami dan istri. Satu tim. Komunikasi dan berbagi peran itu membawa banyaaaak sekali dampak positif di keluarga. Ayah posisinya emang nggak bisa sesering ibu ada di samping anak, menghargai Ibu yang menerapkan SOP dan aturan khusus dalam berbagai aspek parenting rasanya melegakan. Beberapa kali dapat curhatan juga, yang malah sering menjadikan anak bingung karena ortu tidak konsisten adalah ayah yang tiba-tiba 'ngacau' kesepakatan yang udah mati-matian dibuat ibu selama di rumah hahahaha.
Lucu ya parenting itu. Naluri, pengetahuan, insting, perasaan, dan logika...beda kasus beda takaran. Sebagai orangtua dari hari ke hari belajar untuk lebih peka meramu, mana yang harus dipakai, berapa takarannya, berapa dosisnya, mana yang lebih penting, dan semuanya harus diputuskan dengan cepat. Wkwkwkwkk.
Aku bersyukur tadi nggak marah. Aku bisa belajar banyak hal. Terima kasih sabar, kamu memang selalu menang dan membawa maslahat.
973 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kesehatan adalah seutuhnya tentang jiwa dan raga. Tak terpisah. Yuk, kita pahami kembali tentang apa dan bagaimana kesehatan mental.
39 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Ingin menghilang, dari kamu, dari semuanya.
0 notes
happygirlare · 3 years
Text
Rapihkan lagi caramu menyimpan rasa, tenangkan lagi setiap gemuruh yang selalu ingin mendapatkan dan memiliki, dan simpanlah dengan baik apa yang seharusnya kamu jaga. Sebab tidak baik menuruti nafsu dengan apa yang dunia tawarkan, lebih baik diam dan menjernihkan rasa daripada salah langkah dan kecewa.
Untuk semua hal yang sedang kamu hadapi, jernihkan pikiran dan jangan asal melangkah. Pertimbangkan lagi soal resiko dan bagaimana langkah kedepan, jangan kamu hanya melibatkan nafsu tanpa bertanya pada hati, sebab banyak yang akhirnya kecewa dan menyalahkan keadaan.
Dewasalah dalam memilih dan menentukan, pandailah dalam mengelola hati dan rasa yang sedang tidak tertahan. Semoga Allah berikan ketenangan dan kejernihan untuk semuanya.
@jndmsyhd
2K notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Babling
I saw a little blue bird close by.
Flapping its wings slowly.
Even tough it was difficult at the beginning,
the bird flew high.
- Blue Bird - Ailee
Nggak kerasa udah tahun 2021.
Di inbox ada beberapa pertanyaan tentang gimana caranya milih jurusan kuliah. Ada beberapa cerita temen-temen yang lagi down banget. Saya nggak bisa balas satu-satu sih ^^ Itu di luar kapasitas saya.
Masalah milih jurusan, saya mungkin kerja di kampus. Tapi saya nggak faham gimana sistem masuk PTN sekarang. Saya kuliah udah 13 tahun lalu hhaa. Saya juga nggak menelusuri tentang minat dan bakat. So, sorry :D
Buat yang ngerasa hidup lagi stuck banget sampe ngerasa Allah nggak sayang, ada satu hal yang perlu kamu tahu, tanpa kamu berdoa pun, Allah akan mencukupi kebutuhan kamu. Sebesar apapun dosa kamu, kalau kamu memohon ampun, Allah pasti mengampuni. Hanya yang perlu kita ingat, tidak semua bagian dari takdir-Nya akan bisa kita terima begitu saja. Entah karena keterbatasan nalar kita dalam menangkap hikmah. Atau simply karena takdir tersebut terasa sakit.
Di saat-saat terendah hidup saya, saya sering berdoa agar akal sehat saya selalu dijaga. Agar kalaupun saya harus terpeleset karena hati yang kurang tawakkal, Allah membawa saya kembali ke jalan-Nya. Kita cuma manusia yang sudut pandangnya sangat sempit. Sementara Allah itu Maha Tahu.
Dalam surat Al Baqarah, malaikat yang sempat mempertanyakan penciptaan manusia pada akhirnya berkata:
Subhaanaka laa ‘ilma lanaa illaaa ma ‘allamtanaa. Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan. 
Maka setiap kali hal berat terjadi, saya berusaha memperlambat langkah dan terus memohon agar diajarkan hal-hal yang baik. Hanya itu. Allah tidak akan meninggalkan hamba. Kita yang kadang tidak tahu cara mendekatiNya.
Saya dulu sempat depresi. 
Banyak yang mengaitkan depresi karena kurangnya iman. Saya sebenarnya tidak merasa cukup beriman wkwk. Tapi kalau ditanya apa sudah ridho dengan banyak hal, jelas sudah ridho. 
Kok masih depresi?
Biasanya kalo kita nanyain sholat ke orang depresi, mereka bakal langsung sholat buanyak banget rakaatnya. Tapi ketika pertolongan Allah tidak terasa, mereka akhirnya give up.
Meanwhile ketika kita paham bahwa depresi adalah masalah kesehatan jiwa, kita akan paham ini bukan masalah Allah benci sama kita atau tidak. Ini masalah ikhtiar kita selain sholat dan doa. Apa? Ke dokter :))
Saya pas awal-awal sensitif banget kalo ditanya perkara mental health. Karena ujungnya bakal dibilang:
“Duh hal kayak gitu tuh ga bisa dideketin sama medis. Kamu deketin diri kamu ke Allah“
Biasanya kayak gini bakal saya jawab:
“Allah menyuruh manusia untuk berikhtiar dan menyerahkan semua pada ahlinya. Dokter dan psikolog itu punya seperangkat assesment yang insya Allah sudah teruji. Meskipun belum tentu menyembuhkan semua, tapi siapa tahu“
Kadang-kadang persistensi dalam hal ini diuji. Entah diagnosa bergeser. Entah insomnia yang bikin capek banget dan tetep susah diatasi walaupun udah pake obat. Dan seterusnya.
Di titik ini, saya semakin memahami bahwa dokter itu manusia. Sama seperti saya. Mereka bisa melakukan kesalahan. Tapi saya bisa membantu mereka dengan mengatakan banyak hal sejujurnya sampai mereka bisa mendiagnosa sebaik mungkin.
Ibu saya dulu didiagnosa kanker juga setelah beberapa bulan pindah-pindah rumah sakit. Diagnosa awal infeksi usus - usus buntu - tumor - kanker kolorektal stadium 4. 
Yang perlu kamu pahami, kamu hidup di dunia. Nggak ada yang sempurna dan ada kalanya semua harus kamu perjuangkan dari awal. Hidup juga ga selalu dimulai dari nol. Adakalanya dimulai dari minus hha. Saya biasanya melakukan coping mechanism dengan diam sejenak sampai pikiran tenang lalu berpikir hal paling kecil yang sanggup saya lakukan.
A low hanging fruit.
Saya melakukan semua hal dengan pelan, pilih yang paling mudah. Saya menutup mata pada hal-hal yang sudah tinggi. Sekalipun ada yang memancing untuk membandingkan, saya berusaha menutup mata dari itu. Hidup manusia itu beda-beda. Lagipula, nggak semua hal yang dimiliki orang lain itu benar-benar kita butuhkan.
Saya mungkin pernah cerita di sini. Tahun 2019 lalu, saya keluar dari kelompok kajian. Saya mungkin suka berdebat cuma buat hore-hore aja di dunia nyata wkwk. Tapi dalam hati saya, saya cukup tangguh mentoleransi perbedaan. Apalagi sekedar pilihan politik dan seterusnya.
Hal utama yang bikin saya mundur adalah karena saya ingin mengurangi sebanyak mungkin kegiatan dengan harapan pikiran saya bisa lebih tenang dan saya bisa berangsur-angsur pulih dari depresi. 
Kenapa saya perlu menyinggung ini?
Beberapa hari ini, di orbit saya berseliweran tulisan tentang bagaimana mengatasi orang-orang yang futur dan minggir dari jalan dakwah. Saya mengalaminya dua tahun lalu. Saya yang biasanya pakai rok, tiba-tiba pakai celana lagi hanya sekedar biar nggak diajak ke dakwah lagi. Setelah semua keramaian berhenti, saya balik lagi pakai rok karena udah lama banget pake rok jadi kalo pake celana pas nggak lagi olahraga, saya nggak nyaman :D
Setiap orang pasti punya alasan. Kenapa harus minggir. Kenapa harus berganti style. Kenapa sampai ada yang lepas jilbab. Semua punya alasan. Dan di balik setiap keputusan ekstrim, apapun itu (entah dari jilbaber terus lepas jilbab atau dari orang yang ga berjilbab jadi berjilbab lebar), pasti melalui suasana hati yang bergejolak. Kita perlu belajar memberi waktu kepada mereka untuk melalui masa itu.
Ketika saya memutuskan berhenti dari kajian, saya sebenarnya mengantisipasi bahwa hubungan saya sama temen-temen saya mungkin jadi canggung. Tapi sekalipun saya sudah mengantisipasi itu, saya masih sangat merasa nggak nyaman dan terpancing menulis semua kritik tentang mereka. Itu lumrah. Pun ketika teman-teman saya kaget dan mengeluarkan reaksi nggak nyaman, itu juga sangat lumrah. Nggak banyak orang yang sanggup bener-bener waras dan mengeluarkan sikap ideal di saat ekstrim.
Sayapun sempat menulis kritik di tumblr tapi akhirnya saya hapus semua dan beralih ke twitter yang followernya dikit banget dan orang-orangnya saya kenal semua. Butuh beberapa bulan bagi saya untuk mengatasi itu.
Hari ini, hubungan saya dan teman-teman berangsur membaik. Meskipun saya nggak bisa bergabung sama mereka lagi, kami tetep bisa bicara dengan santai.
Sebenarnya saya bukan menolak bergabung dengan kajian aja sih wkwk. Saya dari dulu tidak suka dengan keramaian. Jadi semua hal yang mengarah ke keramaian, saya tolak sementara waktu sampai saya punya tenaga lagi dan malah keterusan sampai sekarang. Tapi sekarang udah mending soalnya saya udah berani buka instagram :D
Dua tahun ini, saya benar-benar mengusahakan agar saya tidak sibuk. Biar bisa recovery. Alhamdulillah hari ini bisa dibilang saya sudah pulih dan menemukan lagi apa yang ingin saya kejar.
Ada masanya kita memanajemen waktu dengan membuang banyak kegiatan di to do list yang memang tidak sanggup kita lakukan. Ketika belajar hidup minimalis, ada satu hal yang baru saya sadari dan nggak terpikirkan sebelumnya. Hidup minimalis itu artinya merelakan banyak hal yang mungkin saja kamu suka banget tapi itu emang nggak sanggup kamu lakukan.
Saya keinget pas nulis to do list di kanban board trello. Ada banyak kegiatan yang masuk list priority. Temen saya bilang:
“De, kalo di priority itu isinya banyak list, itu artinya bukan priority lagi“
Saya semacam disadarkan bahwa manusia itu memang tidak boleh greedy. Akhirnya, saya melepas banyak hal dan memulai semua dari awal. 
Saya sejak kecil suka membaca, menulis dan belajar. Aktifitas kajian, organisasi dan seterusnya membuat saya sangat sibuk dan saya tidak punya banyak waktu untuk membaca. Setelah mengatur ulang hidup, saya mulai bisa menjalani kehidupan seperti masa kecil.
Pulang sekolah baca buku. Pulang dari ngaji ba’da maghrib, ngerjain soal dari buku. Dulu pas sekolah, saya suka ngerjain semua LKS di awal semester. Jadi pas semua LKS selesai, saya bisa ngelakuin hal lain hha. Dari dulu, hidup saya selalu sibuk sendiri dan jarang berteman.
Hal yang membedakan saya di masa kecil dan hari ini cuma satu sih. Pesen di messenger saya udah ada isinya. Udah ada bahasan selain kerjaan. 
Di tulisan ini, saya nggak ngajarin kalian keluar dari kajian wkwk. Nanti saya diomeli lagi sama ustadzah. Kalau kalian emang suka dengan organisasi, lakuin aja. Mungkin di situ kamu bisa berkembang.
Tapi ketika kamu memang tidak sanggup, cari kehidupan yang bikin kamu nyaman dan bisa bermanfaat buat orang lain. Jangan greedy dan jangan berpikir bahwa ada hal yang instan dalam hidup.
Tulisan ini agak ngalor ngidul ~XD
Saya sering banget ditanya orang-orang:
“Gimana membaca buku sampai selesai?“
“Gimana caranya nurunin berat badan 15 kg dalam 3 bulan?“
“Gimana bisa lulus masuk PTN lewat tes padahal nggak pernah les?“
Tiap kali saya jawab apa yang saya lakuin, reaksi yang nanya kadang malah bikin saya merasa bersalah karena sudah menjawab. 
Saya tidak membaca buku untuk selesai :D Saya cuma menyediakan waktu untuk membaca tanpa obsesi apapun. Alhamdulillah kalau buku yang saya baca bisa selesai. Seringnya, saya baca satu buku lebih dari satu kali karena kangen wkwk. 
Pun ketika ditanya gimana nurunin berat badan banyak? Jawabnya, saya juga ga terlalu terobsesi buat turun. Saya berusaha menikmati proses olahraga di gym dan makan-makanan sehat. Hari ini udah pandemi. Saya tetep makan sehat tapi ga defisit kalori dan olahraga ga sekeras di gym, akhirnya berat badan naik lagi. Cuman yaudah. Diusahain aja hidup sehat. Kalau pandemi selesai, insya Allah ngegym lagi soalnya kalau olahraga kardio optimal, kita punya stamina fisik yang bagus banget.
Gimana lulus PTN?
Ya karena saya ngerjain soal SPMB dua tahun setiap hari minimal 5 jam dan istiqomah wkwk. Makanya saya sampai hafal banget sama soalnya.
Kalo saya jawab jujur kayak gini, orang-orang selalu menjawab:
“Iya kamu pinter. Kamu bisa belajar mandiri“
“Iya kamu single. Jadi kamu punya waktu“
Dulu saya suka pengen bales dengan harsh:
“Emang pas kamu single, kamu bisa kayak saya?“
“Emang pas SMA, waktu belajar kamu sebanyak saya?“
Tapi saya diem wkwk. Ngapain banget deh random nyakitin hati orang. Mungkin dia juga ga berniat menyinggung. Cuman emang lagi ga bisa filter apa yang dibicarakan. So, kadang-kadang kalo ditanya hal kayak gini, saya mikir dulu:
“Jawab ga ya? Jawab ga ya?”
Semua itu butuh ikhtiar. 
Menggapai cita-cita itu bukan melulu tentang kegiatan yang terukur dan bertarget. Ada kalanya menggapai cita-cita itu tentang memupuk kebiasaan baik yang sederhana. 
Pas awal baca buku impor, saya tuh ga bisa mencerna dengan baik. Dalam satu hari, belum tentu selesai 3 halaman karena bahasa inggris saya buruk. Tapi pelan-pelan, kemampuan baca saya membaik.
Ketika memulai kebiasaan membaca, kamu ga harus baca buku sampai selesai. Istiqomah aja sediakan waktu untuk membaca.
Kalau baru memulai kebiasaan hidup sehat, kamu ga harus olahraga sampai kurus dulu. 
Kalau baru belajar ngoding, kamu ga harus mikir sampe bikin game kayak Pokemon Go. Kamu ga harus belajar sampai bisa semua hal. Kurangi dulu obsesi-obsesi kamu. 
Mulai dari hal yang sederhana seperti burung kecil yang mulai terbang. Di awal, semua kesulitan. Tapi nanti akan terbiasa. 
Kalau kita nggak greedy atas semua hal, kita akan punya insting untuk menyeleksi kegiatan apa saja yang memang sanggup kita lakukan dan tidak.
69 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Photo
Hmmm memang masalah hati itu nganu
Tumblr media
Jadi gini, sebenernya aku males banget, sumpah males asli desain kalender ini. Sudah diputuskan sejak oktober lalu nggak akan bikin. Tapi ternyata sejak akhir desember terhitung sudah ada sembilan ukhti yang menanyakan, jadinya aku lemah.
Karena sesungguhnya yang melemahkan aku dalam hidup ini ada 3, hartea, tahtea, dan ughtea. Sayangnya pas udah diincar sejak lama, tiba-tiba malah nyebar undangan. Uwawwww.
Awalnya aku bilang di google ada banyak. Terus dibales “dari google pusing bacanya, kecil-kecil, nggak ada yang satu-satu gitu.”
Terus nggak aku bales. Dalam hati ya iya sih, aku emang yang paling keren. Jadi, ya wajar aja imnida.
Tahun kemaren emang apes banget, entah karena banyak gejolak hati atau apa justru jadi banyak malesnya ketimbang rajinnya. Mungkin karena dampak work from home alias nyambut damel wonten griyo, alhasil gaji kena potong, imbasnya ke stabilitas mental, deh. Padahal tahun ini pengen banget beli ultraboost lagi. Tapi gapapa, harus disukurin. Sukurin lu!
Ngomong-ngomong soal gaji yang dipotong, WFH ternyata juga berdampak pada seringnya subuh yang kesiangan. Masa iya sembahyang subuh setengah tujuh. Untung aku bukan orang NU, nanti kan warga jadi bertanya-tanya, “kok dhuha-nya pake qunut, Mas?”. Uwiwuiwuwiw.
Selain gaji yang dipotong dan sembahyang, masih ada juga patah hati. Tapi entah ya, sepertinya patah yang akhir oktober lalu tidak terlalu berdampak. Bahkan aku sampai tidak harus berdoa sama Allah agar dikuatkan dari patah di hari lalu. Cukup satu minggu, sudah segar kembali.
Kenapa bisa gitu? Sederhana, ya karena aku udah too good at goodbye. Aku emang lemah memiliki peluang dicintai orang yang aku cintai. Sedih sih, tapi kenyataan.
Tapi sepertinya ada kemungkinan lainnya, cuma alasannya terlalu sombong untuk diungkapkan, jadi tidak perlu ah malu. Nggak apa-apa, yang penting koleksi bungkus rokokku makin banyak.
Ternyata yang sulit memang bukan di bagian melupakannya, ya. Tapi bagaimana kita berusaha berpura-pura untuk baik-baik saja hanya supaya hidup tetap berjalan dengan semestinya seperti sebelumnya.
Sehingga ketika nanti kalian mendengarku bernyanyi, yang kalian dengarkan bukanlah sebuah lagu, melainkan sebuah suara hati yang patah. Anjay.
Untuk tahun sekarang, semoga segalanya segera membaik lah. Sebenernya tahun ini kepengen gitu bisa nyetir mobil, udah lama pengen tapi ga kesampaian.
Ada yang mau ngajarin nggak? Gratis tapi, nggak usah bayar, paling nanti kalau ada rejeki aku traktir Kitamura, kalau ada rejeki tapi. Malu soalnya, laki-laki, udah tua, tapi nggak bisa bawa mobil.
Oke cukup muqaddimahnya, kalender dapat diakses pada tautan berikut, ya:
bit.ly/Hamasah2021
Seperti biasa, ada dua ukuran 9:16 dan 9:20. Tahun lalu sebenernya udah bergumam tuh, tahun depan bikin juga ah rasio buat desktop. Tapi tidak, hidup tidak selalu sesuai dengan rencana, ternyata uda males duluan.
Sebenernya kesulitan di nyari kombinasi warnanya aja, sih. Dua belas tuh banyak lho, harus konsisten dan harus presisi sama konten. Liat tuh, jadinya cuma pake tiga kombinasi, makin kelihatan pemalasnya.
Makanya lain kali selain nagih, sekalian nyetor palet warna juga ya jusseo.
Selain warna, sisanya sih tinggal butuh tenaga yang banyak aja supaya bisa bertahan desain lama-lama, alias butuh suplai makanan. Lalalalalala.
Sebenernya selain ini, aku juga jual kalender masehi lagi, gaes. Tapi harganya mahal, soalnya tanggal merahnya aku banyakin. Kalo minat DM aja, ya!
Doaku, semoga di tahun ini segala urusan followers tumblr-ku dilancarkan prosesnya serta diberikan kekuatan untuk memahami masalah secara lebih. 
Khusus lagi untuk yang sedang skripsi semoga dimudahkan menemui dosen, agar bisa segera wisuda kemudian foto menggunakan toga bersama orang yang disayang.
Untuk yang belum mendapat pekerjaan semoga segera mendapat pekerjaan, tidak harus sesuai, yang penting dapet dulu aja udah. Mau yang sesuai mah nanti aja pas dunia sudah kembali normal, lagi susah jangan banyak mau. 
Termasuk menerima punya direktur yang zholim dan suka body shaming, terima dulu aja, tinggal nunggu nanti disikat KPK, hahaha. Mungkin nanti gantinya dapet Tokopedia, Shopee, Gojek, atau Maxim. Aamiin yaa Allah Maxim Indonesia plis rekrut aku donkkkkk.
Dan untuk yang belum menikah, yaudah nggak usah menikah dulu, nanti aja. Berarti masih dikasih waktu sama Tuhan untuk membahagiakan keluarga. Syukur bisa membantu membiayai pendidikan adek-adeknya.
Karena generasi yang hebat itu bukan generasi milenial, X, Y, Z, apalagi boomer, tapi generasi roti lapis.
Buat kalian yang generasi roti lapis, kita keren. Camkan itu. Aku nggak perlu kasih alasan, tapi aku yakin kalian tahu.
Sumpah, kita keren banget.
***
Yah, tibalah kita di ujung paragraf.
Ini bukan sebuah motivasi dari aku, apalagi kata-kata mutiara yang iyuh banget.
Cuma mau bilang, seberat apapun masalahmu saat ini, saat besok, atau nanti, tolong bertahanlah demi hal-hal kecil.
Demi bertemu teman lama, demi pesan yang terbalas, demi melakukan perjalanan yang telah direncanakan sejak lama, demi duduk tenang membaca buku berjam-jam lamanya, demi membuat banyak tulisan lain di masa depan, atau demi tayangan film baru di masa mendatang misalnya, apapun itu hal-hal kesukaanmu.
Hal-hal kecil aja, nggak usah besar-besar dulu. Jangan terlalu keras sama diri sendiri lah, bisa sampai detik ini uda keren banget, bosque.
Dan istirahat itu juga bagian dari berjuang, kok. Kalau capek, ya istirahat sejenak. Pokoknya jangan nyerah dulu. Demi apapun, sekalipun hal terkecil dalam hidup kita.
Tetap hidup berkenan di hadapan Tuhan. Kita ga tahu aja apa-apa yang bakal Tuhan kasih ke kita nanti karena udah mau bertahan sampai sekarang.
Kita semua berhak bahagia setelah rintangan besar, bukan begitu, yorobun?
195 notes · View notes
happygirlare · 3 years
Text
Aku benci banget perasaan saat bangun tidur. Ngerasa ada yang hampa, kosong, hilang gak tau apa. Setiap hari berasa jadi jombi.
Jantung yang kadang mompa gak beraturan. Apasi, dikira jetpam :(
0 notes
happygirlare · 3 years
Text
Bermasalah banget sama yang namanya tidur. Rasanya kalo jadwal konsul pengen cerita masalah ini tapi suka lupa.
Bulan ini pun kayaknya bakalan ngga konsul. Pengin ganti psikolog tapi aku malas cerita dari awal lagi. Bingung banget hidup.
0 notes