Merayakan Pilihan
Pada doa yang telah terbang jauh ke atas awan
Membawa pesan tentang beberapa kehidupan
Masih menjadi bimbang yang merasuki pikiran
Sampai bunga tidur juga ikut mengambil peran
Karena zaman tidak mampu memberi kepastian
Ketika beberapa keputusan itu bukan tentang harapan
Sebab kapasitas diriku untuk meragukan tuhan
Diantara pilihan yang akhirnya menjadi tempat bertahan
Bertahun-tahun aku berusaha menjaga keyakinan
Sebagai harta yang tersisa di antara ratapan
Sejauh langkah yang terus memberi pengalaman
Tidak akan berhenti sampai tiba di pemakaman
Terus berjalan tanpa menandakan capaian
Karena semua ini hanya proses pembelajaran
Seperti mentari yang menjadi pusat peradaban
Terus berbagi sampai dengan datang penghabisan
Ditulis untuk mengenang momen sentimentil yang sungguh menegangkan saat mengambil keputusan untuk memulai semua dari awal di pertengahan tahun 2019
Jakarta, 6 April 2024
0 notes
Dan jika mentari menjadi artinya biarlah berbagi akhirnya
Fiksinesia
0 notes
Wanita Di Persimpangan Diriku Pt. 2
Cobalah lebih mencermati
Sudut dan rongga ruang yang tak bersekat
Teguh dalam memandang sepi
Tidak usai sebelum rela menggugat
Tetap mengikat kepedihan hati
Hingga serpihan sesal menuju sepakat
Kehampaan akan dapat menyerupai stupa
Sapa dari mereka tak akan memiliki rupa
Tanpa makna dan rentan kehilangan puspa
Tertimpa jenuh dan rasa yang terlupa
Aku akan tetap menjadi penerjemah
Dari angin-angin di hamparan lembah
Mereka akan datang dengan penuh gelisah
Menerjang jiwa yang terjerembab gundah
Kamu hanya terdiam
masih berdiam
tetap diam
Karena kenikmatan akan lebih bersahaja
Melapisi langkah dengan tapak baja
Merangkul esok dengan penuh manja
ahh sepertinya hanya lewat saja
Ditulis untuk mengenang beberapa tahun kesembuhan seseorang yang pernah kebingungan, untuk teman yang masih berjuang mengakhiri kesendirian, dan untuk mereka yang akan selalu berdiri di persimpangan.
Bearland, Jakarta Timur
5 September 2023
0 notes
Setelah Bogor Melewati 365 LangkahNya
Satu persembahan yang aku buat untuk memperingati pergejolakan hati selama satu tahun aku menjalani kehidupan di kota hujan dan ibu kota. Dimulai Juli tahun 2022 aku melakukan sebuah kesepakatan hati dalam kesadaran dengan suka cita untuk meninggalkan pulau Bali untuk kembali ke tanah Jawa dan berkumpul bersama seorang yang paling tersayang. Banyak lika-liku yang menciptakan hal baru, tentang kenyataan, tentang mereka yang berjuang, dan tentang sebuah lahirnya kehidupan. Apabila bogor adalah sebuah jawaban dari keyakinan yang aku pertahankan, aku akan berharap untuk bertahan seberapapun deras hujan jatuh. Biarkan ini semua berjalan karena trotoar dan rel baja tidak akan membawamu ke jalan yang salah.
Bogor dan Jakarta memiliki hubungan yang mengikat dilihat dari ekologis sampai dengan sosial-ekonomi. Aku mencoba memahaminya dimana aku hidup pada kedua kota tersebut, aku berada di dua tanah, dua iklim, dua suasana, dan dua rasa yang berbeda dalam proses menghabiskan 24 jam. Semua itu aku tulis dalam beberapa rangkaian diksi untuk menggambarkan satu tahun ini.
Terima Kasih
0 notes
Setengah Jiwa Yang Direnggut Canggu
Aku pacu putaran roda agar semakin deras melaju
Membunuh waktu, melupakan belenggu rindu
Gemuruh lambung, logika berjalan mundur
Masa bodoh! Tumpukan nafsu sudah menunggu
Hari ini matahari menghindari Canggu
Setelah gumpalan kelabu menitikan sendu
Himpunan kicau merasuk menjadi candu
Menyerap risau, aku merilis belenggu
Ucap syukur menderu untuk melepas keruh
Saat semangatku menghapus beberapa keluh
Hingga terik berlalu, rona jingga menyambut
Mengantar tubuh menuju kapuk yang lembut
Canggu, Kuta Utara
17-18 Desember 2020
0 notes
Menyemai Angan di Tanah Serasah
Pada jangkauan batas cakrawala yang masih dicermati
Beberapa akan terdiam dan hanya menyepakati hati
Hingga angin timur dan terik tidak memiliki empati
Kita tetap bercerita tentang waktu yang silih berganti
Diantara mega yang masih membendung gundah
Secercah perjuangan mengisi setiap derap langkah
Menjadi tumpuan ketika menari di kerumunan masalah
Lalu kita tersadar jika masa lalu akan tetap bersedekah
Sebagai penghalau pasrah
Kepada jiwa di tanah serasah
Untuk menebar biji-biji harapan di seluruh pembuluh
Meneguhkan nurani saat detak waktu kian terus melaju
Mengundang jenaka pada raga yang menolak keluh
Sesekali menengok untuk sebuah keyakinan yang dituju
Karena tidak selamanya langit menjatuhkan rintik peluh
Kita berbagi kabar sebagai upaya untuk menuntaskan
Saat narasi telah dituangkan kedalam gelas kehidupan
Ketika senja ditenggelamkan sampai pagi dibangunkan
Hingga hujan datang sebagai penyejuk sebuah ratapan
Denpasar, Bali
10 Juli 2023
0 notes
Mendekati Hilang
..
Ada suara-suara yang bergesek di antara dedaunan
Derit ranting yang saling berpelukan
Tubuh yang tumbuh dalam senyap riak keheningan
Tenggelam yang semakin dalam menjalani kehidupan
Terdiam menunggu semai-semai hari yang berganti
Terlupa bahwa yang berdiri adalah jeruji batas peradaban
Sedang yang merasa bergerak sibuk saling menyingsingkan lengan
Perlahan suaranya lenyap dalam pandangan ruang kepentingan
Angin datang menjamu jemari yang mewarisi mimpi
Menyisiri harapan-harapan luka yang inginnya terobati
Lalu tatapan terhenti pada apa yang suatu waktu kan pergi
Tak mati, tak hilang, teralihkan, tergantikan
Mereka saling menatap dalam cara mereka masing-masing
Salah satunya menuliskan kata-kata yang menantang
Salah satunya yang lain menampung tulisan kata kata yang terbuang
Tak tersisa apa-apa dalam benak yang tak lagi bisa terbayang
Sisa Keheningan
Untuk calon bapak
Dari kata-kata
Ditulis di Kos merah 43 Gg rambutan 1 Semarang
Rabu 15 maret 2023; 01.04 WIB
Oleh Fajar Adhie Nugraha
..
..
Bisikan rimbun dedaunan semakin merasuk
Digenggam erat, ranting-ranting enggan merajuk
Menuju langit, meninggalkan irama yang busuk
Tegak terbenam untuk tetap menolak lapuk
Hijaunya menyebarkan benih ke dalam lingkaran evolusi
Berbaris kokoh di setiap garis tepi pematang tradisi
Ketika gerombolan nafsu sudah bersiap mengeksploitasi
Bersama lirih intrik yang terperangkap di relung ambisi
Udara timur tiba diantara segelintir sisa anak jaman
Menjumpai angan dari sakit yang terbasuh iman
Ketika sejukNya tak berkedip memandangi sangkala
Tersadar jika kekekalan berbeda dengan nirmala
Beberapa saling pandang seperti asyik bernostalgia
Lalu sebagian perjuangan menjadi diksi yang menggelora
Lantas sisa-sisa ketidakdewasaan disusun menjadi cara
Seketika khayalan habis menguap saat tiba bahagia
Selisih Kesunyian
Dari calon bapak
Kepada rangkaian diksi
Ditulis di Sungai Sekonyer, TNTP, Kalimantan Tengah
Rabu 18 maret 2023; 00.25 WIB
Oleh Gede Aswin Yoga Putra
4 notes
·
View notes
Tentang Hutan, Laut, dan Langit Timur
..
Hari ini senin, ada gerimis menunggu di balik pandangan yang menepi
Seperti pada waktu-waktu yang terjebak dan enggan bergerak pergi
Ada bayangan nampak kaki yang berdiri tegak menatap fatamorgana tak bertepi
Ia mengharap atas apa yang sepertinya diharapkan di lain sisi
Sebuah atau sepenggal, tak ada yang tahu pasti
Deru-deru yang tak terdengar kala kosong mata mengunci
Bibir pun kelu untuk mengabarkan kepada rasa soal hati
Tentang hutan laut yang berbisik dalam bait sunyi
Atau pada akhirnya ketika yang ada menjadi satu pada sebuah bingkai
Kaki itu berbalik melangkah perlahan tanpa melihat kemana awan itu kembali
Selepas ini senin yang menunggu minggu yang kini tak lagi sendiri
Sunyi menyendiri
Untuk anak-anak yang menjadi bapak
Dari bapak-bapak yang ingin menjadi anak-anak
Ditulis di Gg. Rambutan I Unnes, 17.09 WIB
Oleh Fajar Adie Nugraha.
..
..
Terlalu jauh memandangi tepian gerimis saat Senin telah menanti
Tidak perlu bergerak saat menunggu waktu yang terjebak tak mau pergi
Hingga tatapan fatamorgana menegakan bayangan kaki berdiri untuk menepi
Ketika butir-butir harapan sudah mulai berpindah ke lain sisi
Sebuah ketidaktahuan dan sepenggal ketidakpastian hanya asumsi
Sudah waktunya mengunci mata saat kekosongan menderu lirih
Maka hati tetap menolak kabar yang dibawa oleh bibir
Rangkaian bait kabar sunyi dari hutan dan laut yang merintih
Karena pada akhirnya akan tersisa bingkai yang dapat dimengerti
Pada kaki yang sulit kembali berbalik saat timur kehilangan langit
Setelah kesendirian senin sampai diantara minggu yang ingin berbagi
Meninggalkan sepi
Menjadi bapak untuk anak-anak.
Dari anak-anak yang berusaha seperti bapak-bapak
Ditulis di Kampung Degen, Distrik Teluk Patipi, Fakfak 16.45 WIT
Oleh Gede Aswin Yoga Putra.
Semarang-Fakfak, 6-7 Februari 2023
0 notes
Setelah 370 Km
Ternyata saya masih bisa melepaskan hasrat yang tidak pernah diam di dalam diri saya untuk melakukan hal yang mungkin dianggap tidak normal oleh beberapa orang. Dua hari itu adalah sebuah remedial kekuatan hati dan fisik saya. Selama dua hari saya menikmatinya diatas aspal panjang dengan naik turun emosi seperti tanjakan dan turunan. Saya meluapkan semua energi dan gelombang baik buruk di setiap hembusan nafas saat kedua kaki tak henti menggerakan roda untuk selalu melaju. Cahaya matahari yang menyengat kulit seperti menjadi asupan tenaga dengan hujan yang juga terus mengaliri kenikmatan. Setelah itu saya tersadar, jika rasa tabah saya masih sekuat dulu walaupun habis kekuatan raga yang dikikis oleh waktu.
Terima kasih untuk 370 KmÂ
Singek pernah sepedahan keliling bali sendirian.
0 notes
Sebelum 370 Km
Aspal jalan sudah memanggil kembali, kali ini mentalku akan kembali teruji. Perjalanan panjang bersama diri sendiri. Saat pikiran dan tenaga yang berfokus pada duniawi. Menjadi angan yang terus mendobrak imajinasi. Sampai tiba putaran roda dengan dua kaki sebagai mesin.
Semoga tabah bersama nurani.
0 notes
Berjalan bersama deru badai untuk lahir kembali.
Denpasar, 29 Mei 2021
0 notes
Menduga Gemuruh Kota
Memang kewarasan sudah berkerak
Kehilangan tujuan saat hutan beton merambak
Sungguh kepedulian sudah merekah
Demi kenaikan kelas berlari melupakan rumah
Disana membaca sisi garis jalan,
Ditertawakan barisan beton-beton congkak
Mencoba memahami kepulan asap,
Dirundung rotasi roda yang melesat cepat
Lalu menghayati suara mesin kendaraan,
Dibungkam oleh senyawa karbon retorika
Ketika sepiring nikmat memproduksi emisi
Empat sehat lima sempurna hanyalah ironi
Jika lingkar barisan gedung mengurung polusi
Berkat tanah dan langit akan segera pergi
Sampai kita bertanya pada kemarau
Tentang air yang kehilangan siklus
Lalu ramai melempar kesalahan ke hulu
Saat tanah tak dapat meresap peluh
Canggu, Kuta Utara
30 Desember 2020
0 notes
Melawan Setelah Hujan
Hujan turun menjelang habisnya tahun
Aku melamun, rintiknya tak henti terjatuh
Khayal tertimbun, rinainya menapaki syahdu
Saat timur datang bersama cakrawala anggun
Aku tersenyum menanti sentuhan fajar
Berharap hangatnya membasmi wabah
Menanti terangnya melenyapkan resah
Karena timur kembali berbinar-binar
Ratapan jiwa perlahan menyusut punah
Dan aku berjalan menantang para penjarah
Segala daya tak akan menjadi sampah
Sebab kebisingan dusta segera punah
Ketika distorsi penguasa terpendam di tanah
Sampai hilang tak ditemukan sejarah
Hujan akan melahirkan kembali zaman
Anak-anakNya siap melawan kesombongan
Menghanyutkan bangkai para pemangku kepentingan
Menjadi pemenang untuk sebuah masa depan
Canggu, Kuta Utara
17 Desember 2020
0 notes
Bersemayam pada Nestapa
Mungkin sekat menuju penguasa tidak dapat ditembus
Apalagi hanya menggunakan getaran kata-kata tandus
Mungkin para tuan-tuan rakus itu yang sebenarnya virus
Meretas jaringan agar persemayaman akal pindah ke anus
Perjuangan hanya bongkahan ilusi
Perlawanan tidak lagi berapi-api
Saat kuasa tirani menjajah negeri sendiri
Kemarahan ini tidak ada gunanya lagi
Seluruh daya sudah terlanjur basi
Ketika roda rezim menggilas-gilas tanpa henti
Hanya tertinggal harapan yang tersungkur
Berlumur tetesan liur dari kerakusan politikus
Di arena kumuh tempat tuan melakukan sirkus
Menyebarkan aroma busuk yang sangat menusuk
Denpasar
22 Desember 2020
0 notes
Mengebumikan Tubuh Tirani
Kumpulan raksasa bersetubuh saling menikmati jatah
Lawan dan kawan bergotong royong menjadi penjarah
Merawat keserakahan sembari memproduksi sampah
Memenggal kebudayaan dengan pertumpahan darah
Coba kembali sambungkan kabar orang-orang di jalan
Dengan hembusan asap dan segelas kegelapan
Karena sejarah akan menikmati borok kekuasaan
Jika keadilan sudah terjerembab di lumpur ketamakan
Segera teruskan sampai di kelopak mata para penghuni istana
Tentang deru barisan perlawanan yang menolak rayuan merana
Untuk menyalakan bara pada kerumunan pemangku durjana
Hingga angkara penguasa hangus dan ditenggelamkan baruna
Akan tiba hari penuh gusar
Saat pekik sudah menggelegar
Menjalar masif di sepanjang trotoar
Mengubur tirani tanpa sinar
Dengan petir menyambar-nyambar
Denpasar - Canggu
23 - 24 Desember 2020
0 notes
Belum Sampai Akhir
Semua ini memang diluar perkiraan
Menusuk-nusuk pikiran yang tidak lagi sehat
Lalu aku hanya ingin menyalahkan keadaan
Mencaci maki kegagalan yang bermufakat
Terkadang menyerah sangat menggoda
Sebab nafas sudah menatap kegetiran
Karena lelah akan terus menekan
Dengan segala amarah dan kebodohan
Tetapi perjuangan tidak boleh tertunda
Meskipun raga penuh peradangan
Walaupun semangat terkikis kegelisahan
Biarpun langkah menapaki kepiluan
Masih ada hati yang tetap bertahan
Pada harapan diakhir kenestapaan
Hujan akan turun dan menyirami
Melenyapkan kebusukan pandemi
Sang Fajar terbit menyinari
Menghanguskan keserakahan pemimpin negeri
Bunga-bunga lembut menari
Menghibur sedih yang terlalu pedih
Burung-burung berkicau fasih
Membisikan sukacita dengan lirih
Untuk semua yang masih berdiri
Untuk semua yang terus berbagi
Untuk semua yang tidak mencemari
Untuk semua yang menolak mati
dan kita saling mencintai...
Terima kasih masih bertahan di 2020 tersayang
Canggu, Kuta Utara
15 Desember 2020
0 notes
Menghabisi Semua, Bangsat!
Terserah! Tak akan mati ditabrak musibah
Ditengah gempuran Wabah
Dibawah tuan-tuan bedebah
Persetan! tetap bertahan bersama kegelapan
Walau menghancurkan harapan
Meski menunda impian
Ah! Bosan hanya menjadi partisipan
Mengikuti setiap anjuran yang tidak bertujuan
Sampah! Semua ini hanya untuk cuan
Memperkosa kita yang sudah tak punya angan
Anjing! Kalian memang tak bertuhan
Menjadikan uang sebagai dewa tiruan
Jadi selesaikan saja drama yang tuan buat
Daripada semakin banyak kepala yang kiamat
Karena nestapa ini sudah tak ada obat
Sebab seluruh umat sudah muak tersesat!
Tersekat!
Terkerat!
Terikat!
Bangsat!
Untuk semua yang tetap berjuang pada 2020 tersayang
Canggu, Kuta Utara
14 Desember 2020Â
1 note
·
View note