Tumgik
flambeau09 · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
(Chen Chen, Chapter VIII / Oscar Wilde, The Picture of Dorian Gray / Markus Zusak, I Am the Messenger / Holly Black, The Cruel Prince / Anne Carson, Glass, Irony and God / Oscar Wilde, The Importance of Being Earnest)
14K notes · View notes
flambeau09 · 3 years
Text
Bangla language--lesson1 (alphabets)
Hello there everyone..!!
I've planned to post a series of writings on different languages. Here I start with my native language "Bangla" (Bengali).
Bangla (বাংলা)
Bengali is an eastern Indo-Aryan language with around 265 million speakers, mainly in Bangladesh and northern Indian. In 2017 there were about 159 million Bengali speakers in Bangladesh, and in 2011 there were about 104 million speakers of Bengali in India, particularly in the states of Assam, Bihar, Odisha, Tripura and West Bengal, and in the Andaman and Nicobar Islands. There are also Bengali speakers in the UAE (337,000), Pakistan (290,000), Myanmar (286,000), the USA (258,000), UK (221,000), and a number of other countries.
( courtesy: www.omniglot.com)
Bengali alphabet (বাংলা বর্ণমালা - Bangla bornomala )
Vowels ( স্বরবর্ণ- shworborno)
There are 11 vowels in Bengali language.
Tumblr media
Courtesy: www.omniglot.com
You can hear the vowel sounds by clicking the following link:
Each of the vowels has their corresponding short form known as "কার". When the vowels are attached to a consonant,the short form are used to write them. The full form of the vowels are usually used if any vowel comes at the beginning of any word.
For example :
"আ" is the vowel for the sound "a" as in "father".
It's corresponding short form is " া‌"
So when we want to write the word "Aam"(means mango in Bengali), we need to use the full form of আ since it comes at the beginning of the word.
Example:
আম (Aam)
But if we wanna write it along with any consonant, we need to use the short form.
Example:
ক্ + আ = কা
ক্ (k)+ আ(aa)= কা (kaa) -- the small vertical line on the right of the letter ক is the short form of the vowel আ.
Now, let us know in details about the sound of each vowels.
অ = o as in "hot" (it has no short form)
আ= a as in "father" (short form: া )
ই= i as in "sit" ( short form: ি)
ঈ= long i sound as in "Seat" (short form : ী)
ঋ= ri as in "ring" (short form : ৃ )
এ= e as in "set" (short form : ে )
ঐ=oi (diphthong: o+i ) (short form : ৈ)
ও= o as in "more","four" (short form : ো )
ঔ‌= ou (diphthong: o+u ) (short form : ৌ)
19 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
Aku tak ingin terus hanya mendoakan kebaikan untukmu. Aku juga perlu menyelamatkan hatiku dari riuh yang tidak perlu.
345 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
Sahabat....
Adakah yang lebih dekat di hatimu daripada ini. Adakah yang lebih kau rindukan dari pada pertemuan pertemuan itu. Adakah yang lebih kau sesali seandainya kau tidak bersamanya lagi. Adakah yang lebih mengusik hatimu melainkan dari resahnya hatinya juga. Tidak ada.. Dialah yang tetap kita rindukan. Entah itu madu atau nanah yang memerah dalam kehidupan kami, tapi kehadiran bougenvil itu telah membuat kehidupan kami semakin indah. Dialah yang hadir saat kita kesepian. Dialah yang muncul tanpa di sangka sangka. Dialah yang selalu ingat dimana tempat duduk kita sambil bercanda. Dialah kamus kita yang mengerti setiap kata tersulit dalam hidup kita. Dialah sang penggembira disaat kita sedih. Dialah yang menjelma menjadi lilin disaat dunia ini menjadi gelap. Dialah api yang tidak pernah menjadikanmu abu atau arang tapi hanya menghangatkan dinginya malam yang menusuk tubuhmu. Dialah ratu hatimu. Dialah keindahanmu. Dialah bentuk dari kata indah dalam setiap puisimu. Dialah sahabatmu.....
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
Forgiveness Project #20: Kata Maaf dan Lisan yang Lupa Mengajak Jiwa
Tumblr media
Sudah malam ke dua puluh. Hari ini aku banyak merenung, mengajak diri menjelajah jiwa sendiri sampai ke relung. Kamu tahu bagian mana dari penjelajahan itu yang sangat ingin aku hindari sekaligus ingin aku hadapi? Bagian itu adalah ketika aku menyadari bahwa dalam perjalanan hidupku dari hari ke hari, ada setumpuk alfa, hilaf, dan salah yang ternyata banyak sekali. Jika itu kepada manusia, aku merasa lisanku lebih ringan untuk katakan maaf. Tapi kepada-Nya, aku tidak yakin bahwa aku telah benar-benar meminta maaf. Mengapa bisa begitu?
Iya, aku teringat pada waktu-waktu saat dimana aku memohon maaf dan ampunan dari-Nya. Kamu tahu apa yang muncul dalam ingatan? Entahlah, yang pertama kali muncul adalah ingatanku tentang sikapku yang terburu-buru dalam melakukannya. Selepas shalat, aku langsung merapal maaf dan doa dengan cepat, seolah-olah hal lain yang jauh lebih penting sedang menungguku dan memintaku untuk segera kembali cepat-cepat. Dimana keseriusanku? Aku pun tidak tahu.
Alih-alih membawa serta jiwa untuk memaknai permohonan maaf dengan lebih baik, barangkali seringnya permohonan maaf itu hanya sampai di ujung lisan. Ia kemudian hanya berakhir menjadi selaksa kata tanpa makna sebab kuucapkan alakadarnya. Dimana diriku seutuhnya pada saat itu? Jangan ditanya. Diriku mungkin tak ikut tunduk disana, sebab sedang berkelana memikirkan makan siang dimana dan dengan siapa.
Dalam rasa bersalahku ini, ingatanku tiba-tiba saja mengajakku untuk kembali mengingat sebuah pesan cinta yang ditulis Rabbku dalam kalamnya,
“Fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā. “Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun.”
Pesan cinta itu mengajari kita sesuatu yang dalam, tentang maaf-maaf yang kita lisankan namun jiwa barangkali lupa disertakan. Ada kata maghfirah disana yang artinya adalah meminta dan membutuhkan ampunan. Meminta dan membutuhkan ini berbeda, kawan! Jika hanya meminta maaf, muatannya ya biasa-biasa saja, seolah hanya mengatakan, “Maafkan aku ya!” lalu pergi dan berlalu begitu saja. Namun, membutuhkan maaf bermakna jauh lebih dalam dari itu, seolah-olah kita berkata, “Aku sangat ingin kamu memaafkan aku. Bisakah kamu memaafkanku? Aku membutuhkan pemaafan itu.”
Sudah akrab di keseharian kita bahwa istighfar adalah cara kita untuk meminta maaf dan memohon pengampunan-Nya. Namun, saat beristighfar, banyak orang hanya mengatakannya dengan lisan tanpa sadar tentang apa yang sebenarnya dilisankan. Alih-alih menyertakan jiwa yang berharap akan beroleh ampunan, nyatanya, yang lebih sering terjadi hanyalah lisan yang berkata-kata dengan ringan, sebab tak tahu pasti apa yang sedang dikatakan. Hanya meminta, tanpa membutuhkan. Adakah kita pun termasuk di dalamnya?
“Asking is the matter of the tongue, but wanting is the matter of the heart. Istighfar combine both of them.” – Ustadz Nouman Ali Khan
Diantara lisan dan jiwa, sebagai yang sangat membutuhkan ampunan dan pemaafan, kita tidak bisa hanya melibatkan salah satunya. Kita perlu menyertakan keduanya, dimana saat lisan kita berkata dan meminta, jiwa kita pun ikut serta sebab berharap dan membutuhkan sesuatu yang sama.
Sekarang, lalu bagaimana? Kurasa aku, kamu, kita semua belum terlambat. Masih ada waktu untuk kita menghidupkan malam-malam dengan bermunajat. Mudah-mudahan, ketika kelak nanti kita harus “pulang”, seluruh urusan maaf dan pemaafan ini telah dengan benar kita selesaikan.
___
Picture: Pinterest
122 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
250
Sedikit demi sedikit, masa-masa wabah ini menampakkan sifat-sifat munafik kita.
Perangai tersembunyi yang sangat halus sekali bahkan hampir tak dapat dirasakan kecuali oleh diri sendiri. Itu pun seringkali tetap kita biarkan sampai tumbuh dan mengakar kuat di hati ketika bahkan kita punya pilihan untuk mencabutnya. Masa-masa sulit ketika wabah ini rasa-rasanya semakin memudahkan kita untuk jadi orang munafik seutuhnya. Mengetahui segala ancaman atas kemunafikan di kitab suci, tentu tak ada satu pun di antara kita yang ingin menjadi demikian. Tetapi, sudahkah kita benar-benar tak ingin?
Mari tengok shalat kita. Ketika rukhsah untuk bolehnya beribadah di rumah sudah diberikan, kita masih ingin shalat cepat-cepat. Sudah pun shalat lekas-lekas, kita masih sering telat-telat. Sudah kurang sempurna pun shalat-shalat kita, masih juga dzikir tak sempat. Padahal satu-dua bulan yang lalu shalat sunnah kita masih sangat lama. Shaf shalat kita selalu di barisan pertama. Dzikir kita tak lebih dulu habis daripada jamaah shalat yang pulang ke keluarganya. Lantas kemana perginya semangat itu? Apakah menguap seiring dengan berpalingnya tatapan manusia? Tidak takutkah kita dengan ancaman Allah kepada orang-orang yang apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas; mereka bermaksud riya' di hadapan manusia; dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali?
Mari tengok lisan kita. Membatasi diri bertemu dengan banyak orang sangat berpeluang menjadikan kita bermudah-mudahan dalam menjelek-jelekkan orang yang tak kita suka. Bawahan terhadap atasan, kawan terhadap kawan. Perbincangan rasanya kurang afdal ketika belum ada bahan gunjingan. Bahkan dewasa ini, ghibah sudah bukan amal mulut saja, namun juga jari jemari. Tidak takutkah kita dengan ancaman Allah kepada mereka yang menggunjing sebagian yang lain? Belum lagi ribuan berita dusta atau informasi palsu yang semakin sering kita sebarkan tanpa merasa perlu memeriksa kebenarannya kembali. Belum lagi hal-hal yang kian banyak kita cocok-cocokkan sesuai nafsu sehingga memunculkan was-was di hati, tak hanya pada diri sendiri namun orang lain juga. Masa-masa wabah memperparah kepanikan dan kita belum merasa bersalah atas apa-apa yang kita lakukan tanpa berpikir dua kali. Luputkah ayat tentang tabayyun dari isi kepala kita?
Mari tengok hati kita sebab lebih banyak parameter kemunafikan yang muncul dari sini. Adakah hadir lebih banyak kerelaan dari sebelum-sebelumnya atau malah ketidakridhaan kepada apa-apa yang menjadi musibah dan ujian? Sudahkah kita benar-benar hanya bersandar kepada Allah atau malah berharap perlindungan makhluk saat menghadapi masa-masa ini? Sudahkah kita berikhtiar sebaik-baiknya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang memberi manfaat atau mudharat selain Allah? Boleh jadi kita merasa yakin seyakin-yakinnya namun ternyata isi hati belum sepenuhnya, sebab rasa-rasanya malah lebih banyak pembenaran yang datang dan menutup akal kita dari kebenaran.
Tentu tak banyak orang yang akan melihat atau mengetahuinya, namun di dalam diri kita sendiri lambat laun akan terasa. Bahwa kita tidaklah setaat seperti pada mulanya. Bahwa kita kerap kali lebih abai dan lalai daripada sebelum-sebelumnya. Lagi-lagi karena masih ada unsur makhluk yang kita libatkan dalam beribadah. Lagi-lagi karena keyakinan kita terlalu lemah. Memang betul bahwa iman itu naik dan turun, namun rasa-rasanya tak patut ketika bahkan di masa-masa seperti ini kita ternyata tak sadar sedang menjauh dari Allah saat seharusnya tidak.
Kita, sayangnya perlahan-lahan nyaman dengan sepasang muka.
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam bertaqwa di mana dan kapan saja, meski di rumah sekalipun, meski saat wabah sekalipun. Nas’alullahal ‘afiyah.
Surakarta, pengingat pribadi dari dan untuk seorang munafiqan khalishan: aku sendiri. Celetukan obrolan dengan @creativemuslim tempo hari.
425 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
Selepas Masa Bukti, Bagaimana Kabar Hati?
Dulu, orang bilang aku tak layak menang. Jangankan memenangkan pertandingan, katanya, aku bahkan tak layak memenangkan hidupku sendiri. Aku seolah hanya dipandang sebagai sekerat daging: tak berdaya, tak bisa apa-apa. Bisakah kamu menebak perasaanku kala itu? Kalikan rasa sakit yang paling sakit dengan seribu, begitulah kurang lebih perasaanku. Ah ya, tentu saja, siapa orangnya yang bisa dengan mudah menerima bahwa dirinya hanya dipandang sebelah mata?
Aku bosan mendengar penghinaan, lalu aku bertekad untuk bisa menjadikan dunia dalam genggaman. Aku geram dengan pengabaian, lalu aku bertekad untuk bisa menjadi yang paling diperhatikan. Aku lelah dengan semua rasa sakit, lalu aku bertekad untuk membuktikan pada semua orang bahwa aku bisa bangkit.
Tahukah kamu apa yang terjadi selepas semua tekad itu hadir? Aku berupaya. Entah bagaimana, seluruh perasaan-perasaan tidak menyenangkan itu rasanya seperti menjelma menjadi pelumas paling handal yang membuat roda-roda mimpiku berputar semakin kencang hingga sampai ke tujuan. Ya, aku memenangkan semuanya: kugenggam dunia, kujadikan diriku pusat perhatian, lalu kukabarkan dengan karya, daya, dan harta bahwa aku adalah pribadi yang mampu bangkit.
Jangan kamu tanya bangaimana perasaanku kala itu, sebab inilah yang ingin kusampaikan padamu. Ketika semua tercapai, aku merasa seperti sedang berada di puncak pembuktian. Namun, di puncak itu tak kutemukan ruang lain selain ruang yang penuh dengan kekosongan. Selepas masa bukti, hatiku tak terkendali. Pun dengan yang terjadi pada orang-orang yang dulu menyakitiku, tak ada apapun yang berubah dari hidup mereka selepas semua pembuktianku. Paling-paling hanya, “Oh …” dan yaa begitu saja.
Di titik ini, aku menyesal. Mengapa dulu semua ini kulakukan bersama dendam, amarah, dan seluruh perasaan tidak nyaman lainnya? Alih-alih pengabdian kepada-Nya, mengapa semua ini hanya kujadikan ajang pembuktian? Bukankah sejatinya aku tak butuh membuktikan apapun pada siapapun selain membuktikan sebaik-baik penghambaan kepada Dia yang memiliki sebaik-baik ketelitian dalam perhitungan? Kini kutahu, soal pembuktian, urusanku adalah dengan-Nya, bukan dengan manusia.
179 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
Mengagumi dari Dekat
Tumblr media
Mengagumi dari jauh itu mudah. Betapa sering kita menjadi simpati kepada seseorang, lalu kemudian rasa simpati itu naik menjadi kekaguman terhadapnya, hanya karena kita memerhatikannya dari jauh: membaca tulisan-tulisannya di sosial media, mengetahui beritanya dari media massa, membaca buku-bukunya yang dibicarakan banyak orang, mendengar cerita tentangnya dari orang lain, atau apa saja. Separuh informasi tentang segala yang baik tentangnya entah bagaimana bisa mendongkrak simpati hingga meninggi, melejitkan kekaguman yang menyeruak dari dasar-dasar hati.
Mengagumi dari jauh itu mudah. Kita tidak perlu repot-repot menerima kekurangan seseorang, menoleransi kesalahannya, atau bahkan memaafkan segala tingkah yang dilakukannya, yang barangkali melukai kita. Mengapa? Tentu saja, karena kita tidak mengetahuinya. Tak sampai kepada kita tentang apa yang menjadi kekurangannya. Tak terjangkau oleh kita kabar tentang kesalahannya. Tak pula terjamah oleh pandangan kita tentang semua tingkah lakunya. Semua serba terbatas, dan dalam keterbatasan itu, mengagumi terasa tidak butuh banyak upaya.
Mengagumi dari jauh itu, kukatakan sekali lagi, mudah. Jauh lebih mudah dari pada harus mengagumi dari dekat. Sebab, kenyataan selalu menampakkan diri dari jarak terdekat dan bukan jarak terjauh. Seperti melihat gunung dari kejauhan, yang kita lihat hanyalah keindahan. Kita tak dapat melihat ranting patah yang mengotori jalannya, tanah terjal yang turun naik di sepanjangnya, atau bahkan bangkai-bangkai hewan yang tergeletak disana.
Mengagumi dari jauh itu mudah, yang sulit adalah mengagumi dari dekat. Betapa tidak, sebab segala sesuatu yang dilihat lebih dekat akan lebih menampakkan apa yang sebenarnya, yang mungkin sulit untuk kita terima.
Saat dilihat dari dekat, seseorang yang kita kagumi itu boleh jadi tak seperti apa yang kita ketahui sebelumnya: banyak benang kusut memenuhi isi kepalanya, matanya sering sembab tersebab tangisnya, dan boleh jadi, luka yang ia punya pun masih begitu merah dan menganga. Tidak hanya itu, dari dekat, barangkali kita pun harus menyaksikan sikap dinginnya, marahnya, egoisnya, keras kepalanya, dan semua deretan perilaku yang mungkin tak pernah kita harapkan untuk terlihat dari dirinya. Siapkah?
“Jadi, bagaimana jika aku tidak sebaik itu? Bagaimana jika aku pun bahkan seringkali merasa tak pantas untuk berbuat baik kepada orang lain tersebab keburukanku?” kemudian, pertanyaan paling jujur itu pun terlontar, mengalir begitu saja.
___
Picture: Pinterest
1K notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Text
International Mother Language Day
International Mother Language Day is celebrated every year on 21st February. The main purpose of celebrating this day is to promote the awareness of language and cultural diversity all across the world. It was first announced by UNESCO on November 17, 1999. Since then it is being celebrated every year. The date represents the day 21st February 1952 when four young students were killed in Dhaka, the capital of Bangladesh, because of Bengali and Urdu language controversy. Languages are the most powerful way to preserve and develop culture and to promote it all across the world. Because of this unfortunate incident, International Mother Language Day is celebrated in all over the world, while it is a public holiday in Bangladesh.
In 1947 at the time of partition of Pakistan, the province Bengal was divided into two parts: the western part became India and the eastern part is known as East Bengal which was later known as East Pakistan. At that time there were many economic, social and cultural issues including linguistic issue. In 1948 when government announced Urdu as the national language it sparked the protest among the Bengali speaking majority of Pakistan. The protest got out of control and ended with the death of four protestors of the University of Dhaka who were shot by the police. The students' deaths during the fight for their mother language are now remembered as The International Mother Language Day.
The Shaheed Minar in Dhaka pays respect to those four protestors killed for the sake of their mother language. An International Mother Language Day monument was constructed at Ashfield Park in Sydney, Australia. Here we can see the images of Shaheed Minar and the globe on the face of the stone with the words "we will remember the martyr of 21st February" written on it in both Bengali and English languages.
On International Mother Language Day UNESCO and other UN agencies take part in the events to promote cultural and linguistic diversity all around the world. They appreciate and encourage people to be knowledgeable about their mother language and provide them with awareness regarding the promotion of their language and culture towards other countries. In Bangladesh on International Mother Language Day people go to Shaheed Minar to pay tribute to the martyr of 21st February and sprinkle flowers on the monument. This is a time for Bangladeshis to celebrate their culture, traditions and their Bengali national language. The prizes are given to those who made outstanding performance in language and cultural diversity.
International Mother Language Day is celebrated in memory of the four students who were killed while fighting for their mother language and is celebrated to tell them that we will never forget their sacrifices.
Tumblr media
Source : google
Introduced by Asif Anowar Pial (Respected Bangladesh Navy).
0 notes
flambeau09 · 4 years
Text
Pohela Boishakh
Mungkin pernah ada yang mendengar tentang "Pohela Boishakh".
Pohela Boishakh adalah tahun baru Bengali (Bengali: নববর্ষ Nôbobôrsho) atau Poyela Boishakh (পহেলা বৈশাখ Pôhela Boishakh atau পয়লা বৈশাখ Pôela Boishakh) adalah hari pertama dalam kalender Bengali, dirayakan di Bangladesh, Benggala Barat, dan komunitas Bengali di Assam dan Tripura. Perayaan ini berlangsung bersamaan dengan tahun baru beberapa kalender lain di India Selatan.
Poila Boishakh menyatukan semua penduduk beretnis Bengali tanpa memandang perbedaan religius dan regional. Di Benggala Barat dan Assam, perayaan ini merupakan hari libur negara, dan dirayakan pada pertengahan April. Di Bangladesh, Pohela Boishakh merupakan hari libur nasional yang dirayakan sekitar tanggal 14 April.
Source : wikipedia
Tumblr media
0 notes
flambeau09 · 4 years
Text
Welcome to Jaddih Hill Madura Island
Jaddih Hill located in Socah District, Jaddih Village, Bangkalan District, Madura, East Java.
Its about 10 kilometers from the city center of Bangkalan district.
From the center of Surabaya, About 28 km and can be reached via Suramadu bridge that connects Madura Island with Surabaya.
The beautiful scenery you see on Jaddih Hill is a result of many years white limestone mining which forms a giant cliff with exotic and artistic shapes.
This beautiful spot that you should be visit for the next travel guys 🌄
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
“People have been destroyed by their money, and others by their courage.” - Aristotle, Nicomachean Ethics
212 notes · View notes
flambeau09 · 4 years
Quote
Ada bagian bulan yang tersisa untuk pagi walaupun cahayanya tergantikan dia akan tetap mempesona
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
Pinus Pengger Yogyakarta
Hutan Pinus Pengger merupakan salah satu wisata alam yang berlokasi di Sendangsari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Walaupun masih terdengar asing, dikalangan penyuka jalan-jalan objek wisata Hutan Pinus Pengger terbilang cukup populer [1]. Tempat ini masih dirasa asing karena baru dibuka secara resmi pada tanggal 7 April 2016. Hutan Pinus Pengger mudah dijangkau karena terletak dipinggir jalan Pathuk Dlingo Km 4,5
Source : Wikipedia
Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
Selamat datang di Larisso Kencong
Sebuah konsep baru yang diluncurkan di kecamatan kencong jember ini mendampingi konsep yang sempat viral karena uniknya hotel dira. Konsep resto ini dibuat sedemikian instagramablenya sehingga para pengunjung bisa menikmati spot spot untuk mengambil gambar. Larisso kraton ini terletak di Jln. Raya Kraton No.4, Krajan I, Jombang, Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68167.
By Lartik Riyadi
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
Haritage Palace Surakarta
Awalnya mau ke jogja tak taunya singgah di sini. Tempat wisata ini mirip museum angkut Malang sih tapi kalian akan menemukan wahana wisata ala2 eropa di sini karena memang tempat ini dulu adalah pabrik gula pada masa Belanda. Penulis tidak akan mengulas banyak tentang wisata ini kalian bisa cek di situs2 wisata yah. Ini pengalaman travel satu tahun lalu.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
flambeau09 · 4 years
Text
Selamat datang di Villa Jabal Rahmah
Setelah perjalanan yang mengerikan menerjang kabut di malam hari sampailah kita di sebuah Villa yang aku pesan lewat traveloka. Villa ini terletak di Dusum Kembang, Kembangbelor, Pacet, Mojokerto, East Java 61374. Kabut yang tebal di malam hari itu hampir membuat kita balik arah tapi si kecil tetap ingin melanjutkan perjalanan. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan sampailah kita di tempat tujuan. Tidak ada pemandangan yang terlalu istimewa di malam hari karena hujan turun begitu derasnya. Kami tidur sesaat dan setalah adzan subuh barulah pemandangan indah itu mulai nampak. Kami tinggal di rumah bata karena rumah kayu telah full book saat buka pintu belakang ada kolam renang kecil. Airnya segar dan di kelilingi pemandangan sawah yang menambah asrinya bukit kembang ini.
Tarif Villa per malam
IDR 350.000
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note