Tumgik
dinarizkyana · 3 years
Text
Kutulis, agar aku tak lupa.
Kubaca, agar aku tau
Kulepas, agar aku...
3 notes · View notes
dinarizkyana · 3 years
Text
Kemampuan yang Perlu Dimiliki Saat Menjadi Dewasa
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki saat menjadi dewasa adalah kemampuan untuk mengambil risiko. Karena kutemui, banyak sekali orang disekitarku yang tak bisa beranjak ke mana-mana dari masalahnya, dari ketakutannya, dari rintangannya. Bukan karena mereka tidak tahu caranya, tapi karena mereka tidak berani mengambil risiko jika membuat keputusan atau pilihan. Tak mau menghadapi konsekuensi atas pilihan dan keputusan yang diambil. Ketakutannya pada risiko membuatnya memilih menjalani hidup yang ada saat ini, meski kosong, meski menyesakkan. Berharap suatu saat bisa mengambil sebuah pilihan tanpa risiko, meski itu sangat mustahil di dunia ini. Setiap keputusan pasti bersama dengan risiko, sepaket. Kita tidak bisa mengambil keputusan tanpa membawa risikonya. 19 Maret 2021 | ©kurniawangunadi
647 notes · View notes
dinarizkyana · 3 years
Text
Refleksi.
Pelajaran berharga ini memerlukan waktu sekitar 7 tahun untuk bisa dipetik maknanya. Dan semoga ini bisa menjadi pelajaran yang bisa diambil untuk siapapun, yang sedang sendiri, sudah berkeluarga, sedang bekerja, di mana pun peran kita saat ini. Waktu pertama kali saya pindah ke Bandung, saya mengalami shock culture. Saya berangkat dari kota kecil dengan karcis Rp 19.000 kereta Kutoarjo - Kiara Condong pada tahun 2009. Kontrakan kecil saya berada di bantaran sungi Cikapundung yang kalau hujan, terdengar gemuruh derasnya air sungai. Seolah-olah, kontrakan ini mau ikut hanyut bersama arus sungai tersebut. Harga kontrakannya seingatku tidak sampai 2 juta per tahun. Bekal uang saku saya saat itu, kalau tidak salah sekitar 1 juta per bulan, dan sebagai mahasiswa FSRD, sebagian besar bekal tsb habis untuk membeli bahan-bahan seperti cat, kuas, kertas, dll. Bagaimana caranya berhemat? Saya berpikir sebaliknya, kalau hemat hidupnya akan terlalu berat. Dan karena sama-sama berat, saya memilih bekerja, saya ingat benar penghasilan pertama saya waktu itu 500rb dari sebuah proyek membuat desain kaos setelah bekerja dua bulan, uang itu pun saya belikan sebuah pen tablet bekas merk Genius. Juga berburu beasiswa tentunya, seperti PPA, dll. Dengan motor warisan ibu, Astrea Impressa yang dibeli tahun 2000. Saya gunakan motor itu sampai saya lulus kuliah 2014. Sampai hari ini, masih ada. Waktu kuliah, saya jarang bisa ikut hang-out dengan teman-teman saya. Selain culture shock, saya juga mencari cara untuk bisa dapat tambahan uang saku dari berbagai hal, jualan donat, jualan mainan, jadi agen jaket angkatan, dan apa aja yang bisa dijual, selama halal, dijual. Kadang, saya rindu momen tersebut, termasuk dengan kemampuan bertahan hidup saya di Bandung dengan budget segitu.  Konsekuensi dari pilihan saya tersebut adalah saya jarang memiliki teman di kampus, khususnya di jurusan. Saya baru mulai membangun relasi di semester 7 ke 8. Saat pekerjaan freelance saya sudah mulai terlihat hasilnya, aktivitas organisasi tidak sepadat dulu. Saya ingat sekali setiap weekend berburu mainan langka di daerah Cibadak, bermain ke toko2 loak/barkas untuk mencari kamera analog bekas atau spare partnya untuk kujual lagi di facebook. Naik motor untuk survey bahan sampai Ciwidey, Cimenyan, bahkan sampai Garut.  Ada beberapa pelajaran penting yang saya ambil dari proses tersebut, sesuatu yang masih kusimpan hari ini jika sewaktu-waktu standar hidupku harus turun karena keadaan. 
1. Kalau suatu saat saya harus hidup dengan standar hidup saya di masa 2009-2014 itu, harusnya saya tidak perlu bersedih, karena ya dulu pernah menjalaninya dan bisa. Kalau misal nanti tidak punya mobil lagi, ya tidak apa-apa. Dulu juga naik motor ke mana-mana, tidak masalah. Kita yang saat ini atau dulu pernah mengalami susahnya perjalanan hidup, kalau saat ini kita berada dalam kondisi yang jauh lebih baik. Kita akan lebih mudah menerima dan beradaptasi jika suatu saat kondisi kita mungkin balik ke titik nol.  2. Kalau saat ini, kita harus bekerja sembari sekolah. Harus berjibaku dengan urusan-urusan pekerjaan untuk menyambung hidup dan biaya sekolah. Tidak apa-apa jika kemudian kita memiliki teman yang sedikit saat di kampus. Itu tidak meniadakan masa depan kita sama sekali. Nanti akan ada waktunya untuk membangun relasi, dengan orang-orang baru yang ditemui. Konsekuensi tersebut, jika ada, ambillah. Teman-teman yang baik dan terbaik akan datang di masa nanti.
Mentorku dulu mengatakan kepadaku seperti ini, “Kalau kamu tidak keras sama dirimu sendiri, nanti dunia (kehidupan ini) yang akan bersikap keras sama kamu.” Ujarnya,”Kita tidak bisa menyalahkan keadaan atau orang lain atas hidup yang kita jalani, tapi kita sendiri yang ternyata malas-malasan, tidak mau ambil risiko, tidak mau berpanas peluh mengerjakan sesuatu, tidak mau mengerjakan sesuatu karena capek atau tidak dibayar, atau tidak mau bekerja karena uangnya sedikit, dan hal-hal yang ternyata; Dunia ini bersikap keras terhadap hidup kita, karena kita yang terlalu permisif sama diri kita sendiri, pemalas dan banyak alasan.” 20 Maret 2021 | ©kurniawangunadi
427 notes · View notes
dinarizkyana · 3 years
Text
Bercerai
Setelah menikah, kemudian melihat bagaimana realita di lapangan. Perspektif saya terhadap perceraian juga berubah. Dulu, saya melihat bahwa perceraian itu adalah sebuah aib besar, sebuah bentuk kegagalan hebat dalam rumah tangga. Tapi, sekarang tidak. Saya bisa memahami mengapa “cerai” itu ada dan boleh, bahkan dalam agama yang saya imani, perceraian itu sama sekali tidak dilarang meski dibenci.
Cerai hadir sebagai solusi terakhir jika sebuah rumah tangga memang tidak bisa diselamatkan, terjadi hal-hal yang memang membuat sebuah rumah tangga kalau tetap dilanjutkan justru terjadi keburukan yang lebih besar. Misal KDRT, perselingkuhan, salah satu berubah akidah, dll. 
Kemudian, setiap kali ada kata cerai. Dalam sudut pandangku, yang salah adalah selalu laki-laki. Entah karena laki-lakinya melakukan KDRT, selingkuh, atau hal-hal lainnya. Tapi ternyata hal itu tidak benar, setelah saya membaca banyak sekali data terkait putusan perceraian. Ada juga laki-laki yang menjadi korban KDRT, istrinya yang berselingkuh, dll. Ternyata, seluas itu pemahaman yang kudapatkan dan sebesar itu juga perubahan pemahaman yang kudapatkan dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, ketika semua itu terjadi begitu dekat. Pada teman-teman seusiaku, bahkan saya hadir dalam hari pernikahan mereka. Tidak sampai dua tahun, rumah tangganya sudah tidak berlanjut. Bahkan beberapa di antara mereka sempat mengumbar kebahagiaan dan romantismenya di awal menikah, semua unggahan itu sudah hilang. Ada yang sesama aktivis, kami sempat bertemu selang beberapa hari mereka menikah, hari ini sudah berpisah. Bahkan saya hampir saja harus ikut turun tangan dalam rumah tangga yang benar-benar akan hancur, untung tidak jadi. Tidak jadi turun tangan. Tapi rumah tangganya sudah diputuskan bubar oleh pengadilan.  Saya juga menjadi lebih terbuka dan realistis, sering berpesan kepada teman yang bertanya tentang pernikahan. Nasihat yang mungkin jarang didapatkan ditempat lain olehnya. Yang intinya, kalau rumah tangganya nanti ada di tahap ekstrem tidak bisa diselamatkan karena ada kekerasan, dan hal-hal yang benar-benar tidak bisa ditolerir dan setelah berbagai upaya tidak bisa diselamatkan. Jangan takut untuk memilih pilihan terakhir, cerai. Dengan segala risikonya. Tuhan hadirkan solusi itu bukan tanpa alasan, meski Dia sendiri membencinya. Tapi, Tuhan tahu bahwa ada hal-hal yang memang tidak bisa dipecahkan dengan solusi lainnya, selain bercerai.  Pun perceraian itu tidak berarti kemudian kamu gagal menjalani rumah tangga. Kamu tetap memiliki kesempatan yang sama seperti orang lain, untuk membangun kembali rumah tangga dengan pasangan yang baru nanti. Dan kita, jangan pernah memandang sebelah mata atas rumah tangga orang yang berpisah. Kita mungkin tidak tahu siapa yang salah, apakah dia atau pasangannya. Kalau kita kebetulan tahu, siapa yang salah. Bantulah korbannya dengan menguatkannya. 
Kalau rumah tangga kita, terjaga, harmonis, dan bisa utuh hingga saat ini. Bersyukurlah. Karena apa yang dimiliki ini, menjadi sesuatu yang mungkin sulit diperjuangkan oleh rumah tangga lainnya. Kalau kamu belum menikah dan mungkin nanti bertemu dengan seseorang yang kamu cintai dan ternyata “pernah menikah” terlebih dia pernah menjadi korban dalam pernikahan sebelumnya. Harapanku, kamu tidak melihat masa lalunya sebagai sebuah kecacatan yang mengerikan, dia pun tentu tidak menghendaki itu terjadi dalam hidupnya kan? Dan dia berhak memiliki kehidupan yang baik di kesempatan berikutnya. Kalau kemudian kamu mundur karena dia “pernah menikah”, jangan sakiti hatinya dengan menjadikan itu sebagai alasan utama kenapa kamu menghindarinya. Semakin dewasa, semakin banyak realita yang kutemukan. Pemahaman hidup ini semakin meluas, dan aku menjadi paham bahwa keutuhan rumah tangga itu memang perlu diperjuangkan oleh kedua belah pihak dalam rumah tangga tersebut, suami dan istri, tidak hanya salah satu. Dan kita perlu bantuan dari orang-orang terdekat kita, untuk membantu menjaga rumah tangga kita tetap dalam jalurnya.  Semoga, anugerah berupa rumah tangga yang berjalan dengan baik tersebut tidak membuat kita merasa lebih tinggi dari teman-teman kita yang lain, yang mungkin tidak beruntung karena rumah tangga mereka ternyata harus karam di usia semuda ini. Semoga, kita menjadi semakin bijak dalam hidup. Aamiin. 6 April 2021 | ©kurniawangunadi
584 notes · View notes
dinarizkyana · 3 years
Text
Kamu hanya perlu tahu, bahwa daun yang jatuh
menumbuhkan yang patah.
Bahwa hujan yang luruh meramaikan yang lirih.
Bahwa genggam yang tanggal mengijinkan tangan lain tinggal.
Tumblr media
63 notes · View notes
dinarizkyana · 4 years
Text
Belajar.
Semakin dewasa, kita belajar banyak dari orang sekitar kita. Dari orang tua, dari keluarga teman, dari kolega di kantor, dari banyak hal yang selama ini mungkin tak pernah kita dapatkan di sekolah. Dan justru, kebanyakan dari pelajaran itu lebih berguna bagi kita di kehidupan sehari-hari. Pelajaran-pelajaran praktis, sesuatu yang terlihat melalui perilaku dan perkataan seseorang. Sesuatu yang kemudian kita tiru dan terapkan dalam kehidupan kita dan kita merasakan dampak perubahannya. Kita memang tidak pernah bisa meniru jalan hidup orang lain, tapi kita bisa meniru kerja kerasnya, semangatnya, kegigihannya, daya juangnya.
Sampai hari ini, kita bahkan mulai belajar dari anak-anak kita sendiri. Dari wataknya yang seringkali mencerminkan diri kita. Dari kehadirannya yang membuat kita sebagai orang dewasa yang dipaksa menjadi lebih sabar, lebih telaten, lebih hati-hati dalam bertindak dan berucap karena anak-anak akan meniru kita.
Besok, kita akan lebih banyak belajar. Semakin banyak bertemu dengan orang lain, semakin banyak masalah yang kita hadapi. Kita belajar tentang kebijaksanaan hidup yang tidak pernah ada dalam textbook. Kurniawan Gunadi | 6 Januari 2020
1K notes · View notes
dinarizkyana · 4 years
Text
Mah, doakan dia untuk mas.
Mah..
Mah, semalam mas nangis, mas merasa tak kuat menghadapi ini, menghadapi kehilangan. Dadaku masih saja terasa sesak jika sekilas melihat photo tentangnya. Mah, dunia dewasa itu jebakan ya, aku ingin menjadi jagoan kecil mama, yang dengan diajak makan bakso sudah bahagia, aku ingin berlindung darimu dari orang jahat. Mah, mas sudah merasa tidak punya daya apapun, hari-hari yang mas jalani hanya sekadar menjalani rutinitas, tersisa jiwa yang kosong. Kadang, secara egois mas ingin mengkahiri ini semua, tapi mas selalu ingat mama dan papa, tersadar paling tidak masih ada insan yang menyayangi. Mah, mas paham, kau tak selamanya bisa menjaga mas, tapi, apakah ada orang diluar sana selain kau yang tulus..?. Kadang mas berharap ada sosok pengganti dia, tak muluk-muluk harapanku, sekedar bisa berbagi cerita dan sayang sudah cukup. Tapi, apakah ada mah.? siapa ya mah..? mas masih trauma. Doakan ya mah, semoga ada orang baik yang mau menerimaku apa adanya. aamiin.
Tegal, 5 Januari 2020 P.S : memendamnya sendiri tak lantas membuatnya jadi lebih baik, paling tidak kesedihanku tidak sendirian.
3 notes · View notes
dinarizkyana · 4 years
Photo
Tumblr media
Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali.
Jangan dulu redup. Nyalakan lagi api harapan di bola matamu. Panggil kembali ingatan-ingatan tentang kesungguhanmu yang dulu. Utuhkan kembali niat mulia yang sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu.
Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini.
Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang sudah menguning saja tak ‘kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu.
***
Buku #JanganDuluPatah berisi serpihan renungan tentang hidup, cinta, dan kesendirian. InsyaAllah, Pre-Order edisi TTD dibuka 2 Desember 2019. Semoga jadi penutup tahun yang manis.
Klik https://bit.ly/2YnDfsX untuk daftar waitinglist. Jadi, ketika PO sudah dibuka, kamu akan diingatkan oleh admin. :)
369 notes · View notes
dinarizkyana · 4 years
Text
Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini.
Nurun ala
0 notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Menyerah sebelum berserah. Boleh?
1 note · View note
dinarizkyana · 5 years
Text
Aku pernah setenang itu berbicara dengannya. Karenamu. Dan Karenamu, aku bisa setenang ini berbicara dengan diriku sendiri.
0 notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Apakah senjamu masih ada cerita.?
1 note · View note
dinarizkyana · 5 years
Text
Jangan Dulu Patah
Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Jangan dulu redup. Nyalakan lagi api harapan di bola matamu. Panggil kembali ingatan-ingatan tentang kesungguhanmu yang dulu. Utuhkan kembali niat mulia yang sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu. Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini. Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang sudah menguning saja tak ‘kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu.
Sebuah Pengingat 14 Februari 2019
2K notes · View notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Di ujung malam. Menuju pagi yang dingin.
0 notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Jika dua sejoli tak ada lagi kisah yang ingin dibagi. Lalu untuk apa mengembangkan cita untuk saling memiliki? Apakah cinta hanya untuk memuaskan birahi? Sabar ya kak
0 notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Sepekan ini, menjadi pekan yang istimewa. Aku menanti seseorang yang selalu kemana mana aku bawa. Hingga dia akan tiba dalam wujud nyata
0 notes
dinarizkyana · 5 years
Text
Kayanya hidup kurang ngopi deh. Tapi Sekalinya bikin kopi, yang ngehabisin bukan siempunya. Ya gini, budaya di keluarga kami. 1 minuman pagi-pagi untuk rame-rame. Tapi yang bikin mamah. Gini ya sosok mamah.
0 notes