Tumgik
cintantya · 8 months
Text
Si Z.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang teman, yang juga merangkap sebagai rekan kerjaku —sebut saja si Z. Kami kerap menghabiskan waktu bersama, entah sekedar makan siang, nonton film di bioskop dekat kantor, atau bahkan bertukar random posts dalam media sosial tiap hari.
Of course I love her. But.. sometimes, I wonder if she feels the same way as I do. Sebab dirinya tak pernah mengungkap itu; selalu mengelak jika ditanya. Mungkin saja dia sayang, tapi malu-malu. Ya, ini sih dugaanku sendiri. Entah.
Hari ini ada janji dengan si Z untuk mengurus suatu hal di kantor bersama. Sekitar pukul 10, kami naik ke lantai dua, tepatnya di gedung putih seberang masjid kantor. Tidak disengaja, kami bertemu dengan rekan lain yang baru saja menuntaskan studi doktoralnya —sebut saja si G. Namun setelah berbincang, ternyata ia berencana mencoba peruntungan karir yang lebih baik di tempat lain.
“Apa tidak kena denda? Karena di-SK yang aku dapat tahun lalu, tertulis ada denda jika pindah.” Tanyaku pada G.
“Oh, sepertinya sekarang udah ganti kebijakan ya. Karena di-SK ditiga tahun lalu tidak tertulis hal itu.” Jawab G.
“Memangnya kamu mau pindah juga, Cinta?” Timpal Z tiba-tiba.
“Mm.. Nggatau sih..” Balasku, memberi kesan abu-abu.
“Jangan.. Terus aku gimana..” Lantas Z merespon lirih.
Sesaat setelah itu, dibalik lensa kontaknya, kulihat mata yang seketika memerah; berkaca-kaca. Tak menduga itu terjadi, aku dan G berusaha menenangkan. Kupeluk dan kuusap punggungnya.
“Loh, kamu kenapa? Engga.. Aku disini, ngga kemana-manaaaa..” Ujarku panik disertai bingung.
Kami berdua lalu turun ke lantai satu. Berulang-kali tangannya mengusap ringan kedua mata yang basah itu.
“Ohh, jadi kamu ngga bisa ya kehilangan aku? Ah, kamu bikin aku salting sendiri. Kamu sedih ya kalau aku jauh? Iya? Iya, atau engga?” Aku meledek, sembari senyum-senyum kearahnya.
Tak ada sepatah-kata yang keluar darinya, hanya raut wajah yang masih kusut, tapi entah mengapa jadinya menggemaskan bagiku. Bukan, bukan berarti aku senang melihatnya begitu, tapi senang karena alasan sedihnya adalah aku.
2023, 24 Agustus.
Hari ini aku pun tahu, kalau sebenarnya dia sayang padaku, dengan caranya sendiri. Sehat dan bahagia selalu ya, Z. I'm so glad you exist at the same exact time as me.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 8 months
Text
Bedtime talks.
“Ibu, kenapa sih sapi itu pipis susu?”
Mataku mulai meredup, namun dituntut berusaha keras memahami maksud pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba itu.
“Ohh, itu bukan pipis. Sapi itu punya kantong dibawah perutnya untuk bisa menghasilkan susu. Allah memang menciptakan ada beberapa hewan yang bisa menghasilkan sesuatu, untuk manusia. Coba tebak apa aja?”
“Apa, Ibuuu?”
“Misalnya lebah, mereka menghasilkan apa?”
“Maduuu!” Jawabnya menggebu, dengan semangat empat-lima.
“Iya benerrr.”
“Terus apa lagi hewan yang bisa menghasilkan sesuatu, Bu?” Imbuhnya.
“Apa ya, Ibu lupa… Coba Ibu cari info dulu di-internet.” Mulai kewalahan, ceritanya. Namun tak habis akal, segera kucari bala bantuan melalui ponsel ini.
“Ohh ini.. Kalau ayam menghasilkan apa?”
“Telurrr!”
“Iya, yang akhirnya bisa kita makan, jadi telur rebus, telur ceplok, telur dadar, telur asin, kan?”
“Terus apalagi?”
Hm, ngga bakal selesai ini mah pertanyaannya kalau diterusin, pikirku dalam hati.
“Kayanya udah, itu aja.. Nanti kalau Ibu inget, Ibu kasih tau lagi ya.” Kalimat pamungkas karena telah mengibarkan bendera putih.
Kukira pembicaraan telah terhenti. Tapi tiba-tiba, suaranya kembali memecah hening.
“Jerapah menghasilkan susu juga, ngga, Bu?” Ia tidak berhenti mengejar dengan pertanyaannya.
“Enggak, emang N pernah minum susu jerapah?”
“Enggak.. Tapi N pernah lihat kantongnya..”
“Oh itu kantong susu buat menyusui anaknya. Semua ibu, baik itu ibu manusia atau hewan, kalau habis melahirkan bisa menyusui anaknya. N inget ngga, dulu pernah menyusu di-Ibu?”
“Hehehe, iya inget…” Jawabnya, diikuti raut tersipu.
“Tapi sekarang kan N udah besar, menuju 4 tahun, jadi minum susunya sudah digelas ya.”
I really enjoy having some kind of talks with you, Nak. I do hope, if you ever need to have a small or even deep conversations, I'm the person you wish to see.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 2 years
Text
“Naura kan sekarang umurnya satu tahun. Kata Allah, nanti kalau sudah dua tahun, Naura sudah nggak minum susu di-Ibu lagi ya, minum susunya digelas atau dibotol minum, karena Naura sudah semakin besar. Tapi, Naura masih bisa dipeluk-peluk Ibu, masih bisa dicium-cium Ibu, masih bisa digendong-gendong Ibu, masih bisa disayang-sayang Ibu.”
“Nanti Naura akan tiup lilin, akan ada kue warna-warni. Terus dimakan sama-sama: Naura, Ibu, dan Yayah. Oke, anak hebat Ibu?”
Kau tersenyum, lantas menyusu kembali pada Ibu. Menikmati enam bulan terakhir menuju dua tahunmu.
Semakin mendekati waktunya, hati Ibu makin tak karuan. Meminta saran dari beberapa teman - yang telah sukses melalui proses menyapih.
Sampai kau sudah dua tahun, kalimat diatas masih saja terucap setiap harinya: saat kau menyusu, sembari bercanda-canda. Ya, Ibu belum siap mendengar tangismu.
“Ya Allah, berikanlah kemudahan dan kelancaran pada kami dalam menyapih anak kami. Berikanlah kemudahan dan kelancaran, Ya Allah. Aamiin.” Terselip doa Ibu setiap saat.
Sesuai janji, tiba saat kau meniup lilin, pula kita menyantap kue warna-warni bersama. Iya, Ibu dan Yayah sudah siap melakukannya, dan kami harap, kau juga.
Empat hari terakhir, kau lebih sering menghabiskan waktumu - hingga tidur bersama Yayah. Maaf, karena Ibu sering tiba-tiba menghilang: bersembunyi.
Hari ini adalah hari pertama kau kembali tidur bersama Ibu. Walau beberapa kali kau ingin menyusu pada Ibu seperti sebelumnya, tapi akhirnya kita berhasil sama-sama tidur tanpa melakukannya, tanpa ada tangis.
Alhamdulillah. Terima kasih, Ya Allah. Semoga diberi kelancaran dan kemudahan dihari-hari berikutnya - hingga tuntas pada akhirnya.
Kau hebat, Nak. I’m forever proud of you. Always.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 2 years
Text
2021 = Pembelajaran.
Sepanjang tahun ini, ngegas banget masalah karir dan mimpi. Namun ternyata diakhir, Tuhan berkehendak: “Kamu rehat dulu ya, direm sebentar. Kita coba gunakan cara lain di-2022.”
Bahwa keluarga yang sehat, bahagia, dan hidup yang berkecukupan adalah sebenar-benarnya anugerah. Saya diingatkan lagi hari ini. Be present :)
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 2 years
Text
Nak, mungkin kau masih terlalu dini untuk mengetahui hal ini. Sayangnya, dunia sedang tidak waras. Namun Ibu akan selalu menjagamu, sebisa Ibu.
Dan semoga kau senantiasa dalam lindungan Allah; Tuhan Semesta Alam, sepanjang hidupmu. Aamiin.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 3 years
Text
“Naura kan sekarang umurnya satu tahun. Kata Allah, nanti kalau sudah dua tahun, Naura sudah nggak minum susu di-Ibu lagi ya, minum susunya digelas atau dibotol minum, karena Naura sudah semakin besar. Tapi, Naura masih bisa dipeluk-peluk Ibu, masih bisa dicium-cium Ibu, masih bisa digendong-gendong Ibu, masih bisa disayang-sayang Ibu. Oke, anak hebat Ibu?”
Ibu mengusap kepalamu. Kau menatap Ibu sesaat, lantas tersenyum, dan melanjutkan kembali menyusu pada Ibu.
Entah. Ibu mencoba menerka apakah kau mengerti maksud dari yang Ibu sampaikan atau tidak. Hanya saja kata mereka, Weaning with Love bisa dimulai sejak sang anak berumur satu setengah tahun, Ibu mengikutinya. Ibu pun tidak berencana untuk mengakhiri momen menyusui dalam waktu dekat. Meski sudah dua bulan berjalan, kalimat yang Ibu sampaikan padamu masih dalam hitungan jari.
Ada saat dimana kau ingin menyusu pada Ibu lebih sering dari biasanya. Lalu Ibu mengajakmu bercanda.
“Haus. Haus, Ibu.”
“Mau minum susu digelas?” Walau sebenarnya Ibu tahu inginmu.
“Nggak.” Kau menggeleng.
“Minum susu dibotol?”
“Nggak.”
“Minum dimana?”
“Di-Ibu.” Jawabmu sambil tersipu.
Anehnya, beberapa hari terakhir kau enggan menyusu. Sesekali meminta, lalu memalingkan muka, kadang pula menggigit, sambil tertawa. Kau mengajak Ibu bercanda.
Ini adalah hari kedua dimana kau tidur malam tanpa menyusu pada Ibu, meski akhirnya ritual sebelum tidur menjadi agak lebih panjang dari biasanya. Wajar saja, karena sebelumnya, hal tersebut menjadi sesuatu yang wajib kau lakukan agar bisa terlelap.
Tidak perlu buru-buru, Nak. Kita masih punya waktu empat bulan lagi. Namun apabila kau ingin menyudahi dalam waktu dekat, juga tak apa. InsyaAllah Ibu siap.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 3 years
Text
Ibu benar-benar berada dipersimpangan antara hidup dan mati. Cengkeraman Ibu pada Ayah begitu kuat, menahan rasa akan kedatanganmu.
Hingga tangismu terdengar. Sesosok mungil keluar dari tubuh Ibu.
Menyentuh lembut kulitmu, memandang hangat parasmu, mendengar indah suaramu, adalah kebahagian. Kau begitu sempurna.
Raga kita yang sempat menyatu, kini menjadi dua. Kau bagian dari Ibu. Bertaut kita selamanya.
Selamat satu tahun, putri kecilku.
Terima kasih telah hadir ke bumi. Ibu mencintaimu, lebih dari yang kau tahu.
(c) Cintantya Budi Casita
1 note · View note
cintantya · 3 years
Text
Baru makan sesuap,
baru minum seteguk,
baru sebentar memejam mata,
baru sedetik duduk di depan meja kerja,
si anak yang tadinya terlelap, tiba-tiba memanggil; mencari Ibunya.
Sang Ibu menghela napas panjang. Dan segera kembali menenangkan anaknya yang menangis entah kenapa.
Lelah. Tentu. Tak bisa dipungkiri. Tubuh terkuras demi memastikan sebuah kehidupan baru dapat tumbuh sehat, pula bahagia.
Teruntuk Ibu di luar sana: kamu hebat.
Mengandung dengan segala tantangannya, melahirkan dengan segala rasa sakitnya, merawat dengan segala penatnya.
Sebab itu, Tuhan memberimu kelebihan: doamu menjadi yang teristimewa, pun surga yang kini ada pada telapak kakimu.
(c) Cintantya Budi Casita
1 note · View note
cintantya · 4 years
Text
Tumblr media
You are my sunshine, my only sunshine. You make me happy when skies are gray. You'll never know dear, how much I love you. Please don't take my sunshine away.
You are the best thing that ever happened to me. Love ya both!
2020, 25 October.
0 notes
cintantya · 4 years
Text
“Home is not where you are from, it is where you belong. Some of us travel the whole world to find it. Others, find it in a person.”
—Beau Taplin.
0 notes
cintantya · 4 years
Text
Bukankah Tuhan selalu bersama prasangka hambaNya?
0 notes
cintantya · 4 years
Text
Ibu tahu, suara Ibu tak semerdu Beyoncé. Ibu pun tahu, oktaf Ibu tak bisa setinggi Mariah Carey.
Walau lantunan Ibu selalu seputar lagu Sherina dan Tasya, namun terima kasih telah menjadi pendengar setia suara Ibu.
Tatapan dan senyummu selalu berhasil membuat Ibu serasa menjadi yang teristimewa, entah merdu atau tidak.
Tiap makan, tiap mandi, tiap pangkuan, tiap dekap —tiap hari.
(c) Cintantya Budi Casita
2 notes · View notes
cintantya · 4 years
Text
Bagaimana bisa, Ibu menceritakan tentang Ayah-Ibunya tanpa mata berkaca-kaca?
Bagaimana bisa, Ibu menyembunyikan rasa rindunya?
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 4 years
Text
Tidak ada yang sempurna! Ujar mereka.
Namun bagiku, kamu dan Naura adalah sempurna.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 4 years
Text
Kau duduk dipangkuan, lantas saling menatap. Senyummu terkembang sesekali. Tentu saja, aku juga.
Hingga lelap dalam dekap.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 4 years
Text
2020.
Bumi sedang diguncang. Tuhan benar-benar sedang mengingatkan kita. Ia sedang sibuk memilah.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes
cintantya · 4 years
Text
Naura dan Ibu.
"Pelukan Ibu memang paling nyaman sedunia!" Ujar Naura.
"Memandangi wajah lelapmu adalah kebahagiaan Ibu, Nak." Balas sang Ibu.
(c) Cintantya Budi Casita
0 notes