Tumgik
Text
Rupanya, kali ini, aku hanya ingin bersama dengan sederhana.
Menanam singkong di kebun belakang, lalu memanen daunnya agar bisa dimasak dengan sambal hijau.
Mendengarkan musik yang kamu sukai, tapi selalu, aku tak ingin mendengarnya.
Berebut siapa duluan yang mandi di pagi hari.
Dan, warteg mana lagi yang hari ini harus kita sambangi untuk makan malam selepas bekerja.
Bersamamu, aku tahu seperti apa damai yang aku mau.
3 notes · View notes
Text
Malam sebelum Baphomet
Siang yang kukira menyenangkan karena bersua lagi dengan pacarku, ternyata terlalu menyesakkan untuk dilewati. Melangkah dengan kelegaan atas perasaan terpusat pada kesakitan sebelumnya, hilang. Lalu menyadari satu hal, yang membuatku lega adalah tidak bersamanya.
Sore yang suram dengan berbagai kabar yang mengharuskanku lembur, dan kehilangan sinyal penyelesaian masalah, kecuali dengan Intisari. Mana yang lebih mencekam? Malam sebelum esok pagi kau putus dengan pacarmu, atau malam Ketika kau diusir oleh ibumu sendiri dari rumah? Keduanya tetap menyesakkan dan membuat luka yang akan lama sembuh lagi.
Oh tentu saja, kita harus bicarakan pagi hari. Tidak kalah suramnya. Kisahku, tidak akan membuatmu kecewa. Kecewalah, atas tidak adanya pertengkaran antar saudara di rumah. Belum, di pagi hari. Tentu, kabar dari pacar yang baik, akan muncul di bar notifikasi. “aku sayang kamu.” Katanya. Aku Kembali melamun. Aku mulai yakin, bahwa aku meragukan perasaan itu. Aku bersumpah tidak ada yang mesti disalahkan, kecuali aku. Aku yang punya kendali. Tapi, kendaliku sudah tidak bisa menahan untuk terus menerus menerimanya. Aku muak atas semua perasaan tak pernah sekalipun dimiliki. Entah, apapun geliat alasannya. Aku tak pernah menjadi pilihan. Saat aku benar, apalagi saat salah. Satu hal yang kurasakan, aku diterima dengan dendam yang kapan saja akan siap dilemparkan ke mukaku. Tai itu selalu dilemparkan persis di mukaku, kapanpun aku merajuk. Aku muak, selalu merasa menjadi orang yang paling disakiti, padahal aku pun menyakiti.
Apa yang harus dikuatkan jika sudah begini? Aku muak atas segala penat. Atas seluruh pikiran gila dan menjijikan dalam diriku. Aku muak.
 Kenapa Baphomet selalu berhubungan dengan pengorbanan? Tidak ada hubungannya. Entah, aku saja yang salah. Aku cukup kenyang  dengan menjadi seorang yang selalu salah. Biar aku telan lagi, semua suapan kesalahan. Aku cukup menikmati. Pahit manis hanya spektrum rasa. Kami akan kembali lapar dengan semua itu. Yang kami tahu kapan harus isi ulangnya.
 Malam ini, aku bertekad ingin menulis lagi. Diawali dengan kisah menyedihkan Baphomet yang besok akan mati. Dengan perasaan lapar yang entah sudah berapa lama aku rasakan. Spektrum rasa yang siang tadi aku cicip sudah hilang sepenuhnya, berganti rasa basa yang dihasilkan rokok filter yang baru saja asapnya hilang.
 Mari bertaruh, siapa yang akan duluan mati. Baphomet itu, atau aku dulu?
0 notes
Text
Kapan terakhir kali kamu menatap hujan?
Terdiam, sendiri, dan merasa semuanya adalah salahmu
Hujan diam, hanya berseru ketika menabrak aspal
Kembali letih, legit, bercampur bau busuk comberan
Terakhir kali kamu menatap waduk yang tenang,
Adalah hari di mana dirimu mengaitkan satu demi satu peristiwa membingungkan yang kini terjawab
Ternyata semesta masih punya tenaga untuk memgerjaimu
Atau, kamu yang tak mau disalahkan
Kerapnya, diam selalu menelisik
Dalam obrolan yang sudah tak bisa dipahami
Dalam dekapan rindu yang sudah lama hilang
Dalam rengekan sesiapa yang mengucap selamat tahun baru
Kamu, menemukan kembali diam yang tak menjawab apa-apa
Entah pertanyaan yang mana
Diam seribu kata dan bahasa
"Biarkan semesta bekerja"
Dalam mimpimu, semesta menginjak batang lehermu
Merasa dikerjai, oleh jutaan mimpi yang tak tau milik siapa
0 notes
Text
siapa yang percaya sampai kini, aku masih terus bersamamu?
tembok kosan, dan sprei hijau tua itu.
sepertinya orang akan lebih percaya saat mereka berbicara, bagaimana kami yang beradu mulut di tengah panasnya cuaca malam.
gagang pintu, dan kusen jendela mungkin lebih paham perasaan yang kita salurkan saat menyentuh mereka. penat dan tanpa arah, marah dan geram, bingung, dan hilang.
bantal kusam yang aku jadikan sandaran saat menangis, mungkin lebih paham bagaimana menenangkan aku.
katamu, aku dan egoku membunuh. sama seperti ego captain america dalam civil war.
siapa yang lebih marah dari pintu lemari yang kamu tutup dan buka lagi, lalu kamu terduduk di dalamnya menahan resah karena ruangan yang kamu kira lebih luas dari lapangan golf itu terasa sangat menyesakkan.
kloset jongkok yang tiap aku muntahi karena mual dan muak yang menyentuh ubun, tidak pernah meraung kesal atau menolak aku sambangi. karena mungkin ia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan.
plafon kamar yang sengaja dibuat tanpa mulut, mungkin untuk alasan kenyamanan pengisi ruangan yang sedang menangis tiap melihat langit-langit yang kosong.
kita kebingungan, tapi mungkin tembok dingin yang catnya sering aku kelupasi tau bagaimana harus menyelesaikan masalah kita.
tidak ada yang berusaha bersuara, sampai akhirnya kita tak punya jalan selain harus kembali menikmati kesepian di masing-masing nerakanya.
kita ternyata tidak pernah tau kapan itu nanti, apa itu pasti, dan nyaman saat bersama. kita selalu kalah. kita selalu berusaha mengalah. kita selalu mengira ego yang jadi perisak. tapi siapa yang tau, kalau ada dosa dan doa di antara kami dan orang lain.
semesta tidak pernah bekerja untuk kami. semesta bekerja untuk dirinya, dan tanggung jawabnya pada pemilik hidup. kami memahami kesulitan semesta. kami tidak memaksa. hanya melanjutkan doa-doa yang pernah putus karena merasa paling maha.
terhitung 365 lebih 18 hari. kita masih berjalan di atas bara yang entah milik siapa. milikku, miliknya, atau milik orang-orang di sekitar kami. sekali lagi, kita berdua, tidak tau pasti. seolah-olah besok masih bisa kita rasakan.
2 notes · View notes
Text
Wujud Malam
terlalu banyak hal untuk terus diceritakan malam pada bintang dan bulan yang menemaninya.
tentang begitu rindunya ia pada siang hari, dan bertemu hangatnya matahari.
tentang bagaimana lucunya awan yang bisa sekejap mata menghilang dari pandangan.
tentang pemujanya yang tak pernah ketinggalan kopi dan cerutu mahal.
tentang kekasihnya yang tak kunjung mengabari.
tentang kebingungan siapa yang harusnya ia panggil kekasih.
tentang hal-hal lucu yang diceritakan saudaranya.
tentang kapan ia harus pergi mencari jati diri.
tentang kehidupannya yang sedikit demi sedikit terkikis umur.
tentang rusaknya perasaan seseorang karena ucapannya yang tak sengaja.
tentang runtuhnya tembok berlin.
tentang keberadaan Widji Thukul.
tentang kembalinya anarko ke dalam pembicaraan masyarakat.
tentang bolshevick dan antek-anteknya.
tentang kerajaan Majapahit yang sampai Thailand.
tentang kita yang entah akan ke mana.
Malam tau, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu dipertemukan siang hari.
ketika kembali perutnya dipenuhi kupu-kupu.
dan mimpinya dipenuhi harapan dan optimisme.
malam tetap pada tempatnya.
ia tak bisa bicara.
1 note · View note
Photo
Tumblr media
@screaminoutfits
318 notes · View notes
Quote
NEFELIBATA
(n.)  one who lives in the cloud of their own imagination or dreams, or one who does not obey conventions of society, literature, or art.
0 notes
Text
Mimpi Dalam Sadar
Meringkas dari beberapa ahli, seperti Freud dan Mayer, mimpi adalah gambaran alam bawah sadar manusia. Ketika kamu bermimpi tentang seseorang, bukan orang yang berada di dalam mimpi kita yang ingin menemui kita. Namun, sebenarnya itu adalah refleksi dari ketidakselesaian masalah kita dengan orang yang hadir dalam mimpi tersebut. Masih ada hal yang tak selesai antara mereka yang hadir dalam mimpi kita dengan diri kita sendiri.
Sama seperti malam itu. Rindu datang lagi menemui malamku. Bukan pada dirimu. Aku menduga bahwa yang aku rindukan adalah kehadiranmu di waktu-waktu luangku. Sebelum aku tidur, aku menonton satu film yang ketika pada satu scene membuatku mengingat tentang kita di suatu waktu, di suatu perasaan yang ada validasinya antara aku dan kamu. Aku membayangkan lagi saat itu terjadi. Bagaimana aku dan kamu, rasanya tak mungkin mudah dipisahkan perasaan.
Paginya, sebelum aku bangkit dari kasur untuk memenuhi panggilan buang air kecil, aku terdiam di kasur. Bagaimana bisa kamu begitu manis di mimpiku, berbeda dengan kenyataannya. Kamu datang ke rumahku, meminta maaf atas semua yang kamu lakukan. Kamu mencari dan menungguku yang tak ingin sekali bertemu denganmu. Kamu bilang “maaf, aku tidak berpikir panjang. Ternyata aku masih menyayangimu. Tolong maafkan aku dan kita mulai lagi dari awal dengan benar.” Aku bilang aku tak ingin sakit hati lagi, aku bilang sudah tak apa kita begini saja kalau pada akhirnya kamu akan pergi lagi, aku suda ikhlas. Kamu menjelaskan, lagi, bahwa salahmu tiba-tiba pergi tanpa berpikir lebih jauh. Aku tak sanggup melihat senyummu yang bahkan saat itu ingin aku tutup mulutmu dengan lakban. Aku mengiyakan lagi, lalu menaiki motor yang kau bawa.
Kamu bercerita semua hal yang kamu lakukan ketika tidak bersamaku, sedetail yang kamu ingat. Aku bangga padamu, kubilang. Aku tak pernah sekalipun menentang apa yang kamu lakukan karena aku tau kamu tak pernah meninggalkan rasa simpati dan empatimu pada mereka yang tertindas. Aku tersenyum sepanjang jalan. Aku begitu bangga sampai-sampai air mataku menetes karena terharu. Kamu bilang, kamu ingin aku dampingi, menemani dan memberi semangat ketika semangatmu sudah di ambang batas, kamu bilang kamu sudah beli dua tiket Synchronize, yang sengaja kamu beli karena kamu tau aku ingin sekali  menonton itu. Senyum yang sangat aku kagumi itu kembali lagi padaku, dan kubilang terima kasih.
Sekejap helaan nafas, mimpi itu lenyap dan sudah aku lupakan separuhnya. Separuhnya lagi tertinggal bersama rindu dan tangis sisa semalam. Mimpi jahat sekali padaku. Tak membiarkan aku melanjutkan kisah itu. Terkadang aku benci bermimpi tentangmu, karena pada akhirnya tau, kamu masih tetap tinggal di alam bawah sadarku. Di sisi lain, aku senang bertemu denganmu di mimpi, sedikit rindu itu terobati. Tapi, tetap, aku benci mimpi saat tidak sadar.
Mimpi saat sedang sadar sedikit membuatku bersemangat. Ia bisa aku sambung terus sampai aku lelah melakukannya. Aku bisa mengatur bagaimana mimpi itu terus berkembang, dan sampai mana aku harus berhenti. Rasanya lebih sedikit realistis. Walaupun, sama sekali, bahkan, sangat tidak realistis. Tapi, setidaknya aku bisa mengontrol berapa banyak dosis kamu dalam mimpiku ketika sadar.
Aku yakin kamu tidak akan pernah tau. Tentang mimpi sadar dan tidak sadarku. Tak apa, aku toh tak ingn juga kamu tau. Cukup saja aku yang bahagia masih bisa bertemu denganmu. Hebatnya, kamu bisa berbicara hal yang sama menakjubannya sama ketika kamu benar-benar hadir dalam realitasku. Aku tak tau, sampai kapan kamu akan hadir terus dalam mimpiku. Tapi, aku tau pasti, bahwa masih ada hal yang tak tuntas ketika kamu hadir dalam mimpi sadar atau mimpi tidak sadarku. Bukankah seharusnya kita selesaikan saja?
2 notes · View notes
Text
Kamu harus bahagia.
0 notes
Text
Tumblr media
Ingatkan aku dengan semesta lengkap yang seperti ini.
Pergilah, tak apa.
Kau harus bahagia dengan pilihanmu.
Terima kasih atas segala memento yang kita bicarakan, antara aku dan kamu.
Aku menjadi seseorang paling bahagia saat itu.
Tak apa.
Aku hanya minta, jangan selamanya marah padaku.
Rinduku belum dituntaskan.
Tak apa.
Aku hanya minta, jangan sepenuhnya menghapus aku.
Tidak ada yang memenangkan ini.
Tak apa.
Aku hanya minta, kau minta pada Tuhanmu; kuatkan aku, kuatkan kamu.
Jangan selesaikan ini.
Pulanglah. Lihat, ada siapa di rumahmu.
0 notes
Text
Tumblr media
Sekarang bagaimana?
Sudah demensia dan sudah tak ingin tahu
Putus asa sudah berhasil menggodamu
Pitam sudah diujung nafas
Aku sudah tenggelam lagi
Lebih dalam dari hari sebelumnya
Lebih lama terbit dari hari kemarin
Barangkali aku lupa ada yang menungguku
Barangkali aku tak ingin tahu lagi
Barangkali inginku hanya terpaut padamu
Barangkali siang hari tak pernah lagi menyenangkan
Barangkali alasan semua ini adalah perpustakaan yang sudah kamu bangun duluan
Barangkali aku tertinggal jauh
Barangkali aku sudah tidak sepadan
Dan,
Barangkali kamu sudah selesai.
0 notes
Text
Sesuatu hilang di tempat ini, di hari ini, dan di kejapan mata ini.
Aku, kamu, atau semuanya
Harapan menghilang secepat kepul asap rokok yang ku hisap pagi-pagi
Selalu terasa hilang nafas saat sesuatu tiba-tiba hilang
Hanya hilang, tidak lagi pada tempatnya
Entah ke mana
Sampai di mana
Ada apa
Aku harus bagaimana?
0 notes
Text
Apa yang sangat spesial dari tidur di dalam tenda?
Kelam tanpa cahaya, sumuk tak ada yang segar, dan sempit seperti ikan teri di tampah mbok2 lesehan di pasar.
Masih ada saja seseorang yang mencintai bagaimana romantisnya berpegang tangan di depan tenda sambil mengikat janji untuk mengirim pesan basa basi setiap hari. Hanya seseorang, karena yang satunya sangat mencintai. Bukan kah sepasang artinya dua?
Keduanya berbalik ke arah tenda masing-masing. Tersenyum membayangkan begitu menggelikannya mereka tadi. Tapi bahagia rasanya, malam-malam mereka tak lagi berisi setumpuk tugas yang malas untuk mengerjakan dirinya sendiri. Akan ada yang merasa memiliki, dan ada yang akan merasa dimiliki setelah beberapa detik tadi.
Sepulangnya mereka dari acara mendirikan tenda dan merubuhkannya lagi, keduanya masih tersenyum tanpa jawaban yang pasti ketika ditanya teman2nya mengapa senyuman itu lama sekali bertengger di bibir mereka. Sepasang kekasih itu hanya menggelengkan kepala. Katanya setelah acara ini, mereka berjanji akan mengabari jika sudah sampai rumah. Maklum, ponsel mahal tak diperbolehkan untuk hilang diambil orang.
Sepasang itu kini sedang menikmati suara merdu dari sambungan telepon mereka. Menanyakan bagaimana cerita mereka saat perjalanan menuju rumah tadi dan ternyata tidak ada yang menarik. Mereka terdiam, bingung harus bicara apa lagi. Harus memulai apa lagi ketika hidup sudah tidak menyediakan sesuatu yang harus diceritakan. Jawabannya selalu sama, mereka tak akan pernah sanggup. Mereka tak akan pernah sanggup terlihat tegar mendengar cerita cerita yang sudah pernah diceritakan, cerita cerita baru yang sudah terlalu membuat ingin berlari menjauh sejauh mungkin. Mereka tidak akan pernah sanggup.
0 notes
Text
Kapan mati
"Jangan pernah memikirkan untuk mati".
Aku selalu berbicara begitu di setiap malam sebelum tidurku. Aku selalu meyakinkan diri bahwa Tuhan menciptakan aku dengan tujuan. Hanya Ia yang tahu pasti, hanya saja aku disuruh mencari tahu sendiri untuk apa.
Ketidakjelasan paling absolut yang pernah aku tahu. Bagaimana caranya kamu bertahan? Padahal kamu tahu, kamu tidak akan pernah bisa hidup tanpa kepastian? Tuhan memang ada-ada saja inginnya.
Hidupmu selama ini untuk apa? Aku selalu bertanya begitu. Tidak lagi menyemangati diri sendiri untuk tidak mengakhiri hidup. Ternyata hidup lebih rumit dari sekedar tertidur selamanya. Lalu, ketidakpastian itu lagi-lagi muncul. Kamu benar-benar hanya mati tak bernyawa lagi, atau benar cerita semua orang bahwa hidup setelah mati itu bukan kefanaan.
Kamu akan memilih yang mana? Mati untuk hari ini, atau hidup untuk selamanya?
0 notes
Text
Dalam lagu ini, ada beberapa bait yang membuat aku ingin sekali menyalami Paul Klein dan kawan-kawannya.
I got way too much time to be this hurt
Somebody help, it's getting worse
What do you do with a broken heart?
Once the light fades, everything is dark
Way too much whiskey in my blood
I feel my body giving up
Can I hold on for another night?
What do I do with all this time?
Terlalu banyak patah hati dan keputusasaan di sana. Aku pernah begitu, sulit sekali berpikir jernih, apakah besok aku masih bernafas? Atau, bagaimana caranya bernapas saat sakit hati sudah tidak mau memberi tempat pada udara yang ingin masuk untuk aku bernapas. Rasanya setipis tidur dan terjaga.
Kapan manusia bisa berhenti patah hati? Tanpa keinginannya sendiri? Ketika dia berhenti menginvestasikan hatinya pada seseorang dengan jaminan cinta.
0 notes
Photo
Tumblr media
I agree
2 notes · View notes
Text
Ada yang sudah aku ikhlaskan ketika semua yang kamu katakan tak lagi membuat aku tergugup takzim.
Ada yang sudah aku maafkan ketika semua sikapmu tak lagi membuatku tersenyum senang.
Dan ada yang sudah aku kuatkan akan sakitnya patah hati ketika dulu aku sengaja bermain dengan jatuh cinta.
0 notes