Tumgik
chikasagagratia · 1 year
Text
Kepadamu yang ada dalam kenangku ...
Entah sudah berapa lama, tiba-tiba kamu hadir lagi, begitu saja
Kamu seringkali datang ketika hatiku gundah gulana, renyut tak mereda
Seharusnya tidak ada lagi kamu, karena rindu rasanya telah hilang namun nyatanya masih membekas
always,
Shantia
#merindumu
2 notes · View notes
chikasagagratia · 3 years
Text
Tumblr media
Dari sekian banyak... Foto ini selalu jadi favorit karena ini yang pertama. Bulan April, tahun 2013, tanggal 14, pukul 11 siang tepatnya.
Sehabis menontonmu bermain futsal, yang sejujurnya tidak sepenuhnya bisa kunikmati, karena bukan sesuatu yang kusuka. Sekalipun bukan yang pertama melihat pertandingan semacam ini, kamu harusnya bangga... karena aku begitu tekun mengamatimu sampai hapal berapa goal yang kamu cetak, untuk pertama kalinya... seumur hidupku... mengamati bola yang dioper ke sana ke mari untuk kamu masukkan ke gawang lawan. Hehe...
Banyak sekali, hal-hal yang sungguh bertolak belakang. Kamu suka apa, aku suka apa. Alhamdulillah-nya, tidak sampai memaksa harus sejalan menyukai yang sama, yang penting dapat saling menghargai dan siap jadi pendukung nomor satu kalau yang dilakukan sudah benar.
Sebulan... Setahun.. dua tahun... Sampai hari ini. Tidak hentinya bersyukur karena dijodohkan dengan kamu. Si tukang pos... yang malam-malam telepon katanya ada paket mau diantar ke rumah. Yang kalau diingat lagi, itu jam 10 malam.... Mana ada paket diantar jam segitu?? Namun ajaibnya aku percaya sampai baru tersadar ketika kamu terbahak. Suaranya khas, aku ingat... Meski hitungannya sudah menahun tidak saling sapa apalagi berjumpa. Kita tidak sedekat itu untuk berbalas pesan walau pernah berada dalam kelompok yang sama di satu mata kuliah. Dulu, aku dan kamu adalah dua orang asing yang hanya kenal seperlunya. Aku menganggapmu si genit yang suka menyapa ketika tak sengaja berpapasan di koridor kampus. Kamu... Mungkin menganggapku terlalu sombong karena tidak pernah balas menyapa. 🙈
Selain jadi tukang pos, kamu pun pernah bersedia jadi tempat sampahku, yang selalu menagih cerita apa yang kulakukan seharian. Padahal aku paling anti berkisah pada orang asing, apalagi tentang diriku. Kamu yang dengan pedenya pakai jurus, "Jadi temen curhat aja dulu..," meski sudah kutolak berkali-kali. Sampai akhirnya kuterima setelah memastikan juga yakin akan satu dan lain hal. Kamu... dengan sabar, menungguku menyambut uluran tanganmu.
Well... memori ini selalu berhasil membuat bibirku melengkung senyum. Menceritakannya saja masih membuatku tersipu dengan jantung berdebar. One of my source of happiness. ❤️
Meski kata orang kamu begini, dulu kamu begitu. Its fine. Karena denganku kamu tidak begitu, dan tidak akan pernah lagi. Apalagi selain bersyukur?
0 notes
chikasagagratia · 3 years
Text
Hmm... Sudah lama tidak melongok halaman ini. Apa kabar? Semoga baik, semoga sehat.
Baru saja ... Membaca sekalimat yang cukup menyesakkan hati, yang kalau aku yang dulu membacanya sudah tentu akan meledak karena marah. Alhamdulillah hari ini tidak. Sekalipun dalam hati bergumam, "Kenapa harus begitu?"
Saat melihat deretan kata itu tadi, napasku memburu. Lalu berpikir lagi, ya sudah... Mungkin memang begitu pada saat itu. Tidak apa, tidak salah, itu kan yang dialami ketika itu. Yang terpenting adalah setelahnya, hari ini, saat ini.
Kemudian jadi dapat pelajaran dari sana. Bahwa... Kalau memang bersyukur atas segala yang terjadi, tidak perlu sampai menghina, merendahkan orang atau apapun itu yang sudah terjadi di masa lalu. Cukup syukuri saja apa yang terjadi tanpa perlu ceritakan bagian yang mungkin saja aib bagi orang lain.
Aku pernah begitu, hingga tidak sampai hati mengulang yang sama. Tulisan itu benar-benar jadi pengingat untukku sendiri. Bahwa... Ada cara lain yang lebih baik untuk mengungkap syukur tanpa perlu menyinggung masa lalu. ❤️
0 notes
chikasagagratia · 4 years
Text
Ada bayangmu yang selalu muncul tanpa susah payah kuhadirkan. Memutar memori sesuka hati tentangmu, kita. Setiap kata, suasana, semua detail yang terekam ... menari-nari dengan indah di kepala sekalipun tak semua soal bahagia. Dimulai sejak pertama jemari kita berbalas pesan, beradu pandang, hingga mengikat janji setia sampai nanti. Tak terlewat pula air mata yang jatuh ketika dengan berat hati kulepas lagi kamu pergi.
Ah ... betapa kuingin waktu cepat berlalu sampai tiba waktunya kamu kembali. Sehingga tak hanya suara yang perlu kudengar, tak hanya sekadar melihat senyum dan menyentuh gambarmu dari gawaiku ...
0 notes
chikasagagratia · 4 years
Text
Kamu tahu rasanya sudah menaruh harap, membayangkan sesuai inginmu, lalu tiba-tiba kamu harus merelakannya hilang begitu saja?
Atau, ketika kamu percaya ada seorang yang akan selalu mengerti namun seketika menjadi orang paling menyebalkan dan membuatmu kecewa?
Mungkin ini sebabnya Tuhan bilang jangan terlalu berharap pada manusia.
0 notes
chikasagagratia · 4 years
Text
Perihal Kenangan
Ada hal yang memang tidak bisa dikendalikan sesuka hati, yang harus diterima dengan lapang dada, yang sekalipun menyesakkan tetap harus dimaklumi.
Seringkali ... Kenangan memburai dari mereka-mereka yang pernah jadi saksi dalam secuil perjalanan hidup, yang sengaja menyinggung, mengingatkan kalau semua pernah terjadi. Seolah tidak mau tahu rasa apa yang tercipta ketika larut sampai ke hati.
always,
Shantia
1 note · View note
chikasagagratia · 4 years
Text
Kau Hanya Perlu Waktu
Tidak ada yang benar-benar paham apa yang kau rasa selain dirimu dan Allah Sang Pemilik Hati.
Sesuatu hadir bukan tanpa tujuan, melainkan untuk memberi warna dalam hidupmu. Ketika kau merasa tersakiti, orang mudah saja bilang, "Harus sabar ... Harus kuat ... Harus ikhlas...", tanpa pernah tahu apa yang benar terjadi dan berkecamuk dalam dirimu. Mereka tidak salah memberi saran, karena bukan mereka pada posisimu. Kau pun tidak salah memendam amarah, karena toleransimu punya batasnya sendiri.
Kau hanya perlu waktu. Tidak peduli sedikit atau banyak yang kau habiskan untuk melupa semua lara, karena hanya kau yang tahu seberapa dalam luka yang menganga. Tak apa ... membenci hingga mungkin berharap dia mati. Tak perlu merasa buruk atas sumpah serapah yang pernah kau layangkan.
Kau hanya perlu waktu. Entah untuk mengutuk semua yang lukaimu, mengenang segala manis yang pernah ada, mencerna apa-apa yang terjadi sebagai pelajaran, atau mendoakan yang terbaik sekalipun untuk mereka yang sakitimu.
Kau hanya perlu waktu. Untuk temukan tenangmu sendiri. Untuk berdamai dengan dirimu, dan masa lalu yang hantuimu.
Kau hanya perlu waktu. Untuk bangkit setelah jatuh supaya dapat terus jalani hidup ... Agar ketika tak sengaja menoleh pada apa dan siapa yang pernah membenih duka, kau tak kehilangan senyum.
Kau hanya perlu waktu. Hingga tak ada rasa apa-apa lagi, selain hanya lega karena semua telah lalu.
Always,
Shantia
1 note · View note
chikasagagratia · 4 years
Text
Kalau dia boleh, kenapa aku tidak? Apakah karena ... Ini aku?
shantia
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Photo
Tumblr media
MasyaAllah.... Kumpulan buku yang memuat karya saya sejak 2014 sampai hari ini. Dari satu antologi cerpen, ikut-ikut kelas menulis, ikut-ikut project menulis, terbitkan buku solo, dan coba-coba antologi puisi. Kenapa rajin ikut project antologi? Karena menulis cerpen ramai-ramai dengan tenggat waktu yang umumnya hanya hitungan hari punya kesan sendiri buat saya. Nulis lima halaman itu sulit, apalagi deadline-nya rata-rata satu sampai dua minggu. Belum sehebat itu. 🙊 Memangnya bikin novel nggak susah? Nggak terlalu. Akhir Penantian (Guepedia, 2018) ini ditulis hanya dalam waktu dua minggu ketika saya SMA dulu. Paling cepat selesai di antara novel yang lain. Paling sederhana sehingga ia yang dipilih untuk diterbitkan lebih dulu. Novel-novel yang lain masih harus digodok, banyak yang perlu disesuaikan, juga diperbaiki sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar. Maklum, kebanyakan ditulis ketika masih berseragam putih-abu. 😁 Kalau novel, ceritanya bisa mudah dikembangkan, bisa terdiri dari satu atau banyak tokoh, dari satu atau berbagai sudut pandang, menjelaskan A sampai Z tanpa harus mengurangi porsi yang lain. Semua punya bagiannya masing-masing. Mau perbab ceritakan satu tokoh pun bisa diatur sedemikian rupa. Kalau cerpen, harus jelas. Siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Tidak bisa panjang-panjang, karena konfliknya pun harus selesai sesuai batas jumlah halaman, ceritanya boleh digantung tapi tetap harus terarah. Kalau ditanya bagaimana caranya supaya bisa menulis cerpen atau novel? Jawaban saya... Mulai saja dulu walau hanya satu kalimat. Jangan takut nggak dilirik orang. Nanti juga ada hati yg tersentuh dengan setiap hal yg kita tuliskan. Salam literasi. 😊 https://www.instagram.com/p/B1YHQxKnITu/?igshid=e3wjl7red77d
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Text
Satu Cerita Tentang Firasat
Feeling-nya perempuan itu kuat loh, apalagi kalau menyangkut orang yang dia sayangi, suami terutama. Bukan perkara cemburu, tapi ada getar yang berbeda ketika satu nama asing disebut. Walau belum pernah bertemu orangnya, seorang istri pasti tahu ketika ada yang berbeda.
Ini pernah terjadi sama suami. Dulu sebelum menikah, kami LDR. Dari sederet nama yang dia sebutkan ada dalam satu kegiatan dengannya, ada satu nama yang menarik perhatian. Tiba-tiba saja hal konyol terlintas di kepala karena ada sesak di hati yang tidak bisa dijelaskan. Iya, tiba-tiba saja, dan saya yakin ada sesuatu dibaliknya.
Saya tidak bertanya dia siapa, tapi suami yang sudah hapal betul sifat saya langsung berucap, "Dia pernah bilang suka sama saya, tapi udah lama, ko."
Itu satu. Orang yang lain lagi, "Pernah jalan dua kali, habis itu ya sudah."
Masih ada? Adaa~ masyaAllah 😅
Bikin ngelus dada sih, tapi para suami dan calon suami harus tahu. Kalau hatinya istri itu nggak bisa ditipu-tipu. Mau soal perempuan, soal kesehatan, apapun. Dari nada suara dan ekspresi wajah bisa jelas sekali terbaca sama si istri.
Teman Perempuan
Saya nggak pernah mempermasalahkan suami mau berteman dengan siapa, selama teman perempuannya juga bisa mengakrabkan diri dengan kami keluarganya. Paling tidak, menyapa. Tidak perlu mengobrol, cukup senyum kalau bertemu. Sekalipun ada getar yang berbeda, tapi dia juga nggak sungkan menghadap saya, its fine.
Kalau sudah berlalu, ya sudah. Nggak ada perasaan apa-apa lagi tiap kali suami sebut namanya. Sekalipun pernah ada hubungan spesial-sebut saja mantan, kalau memang sudah nggak ada apa-apa, ya sudah. Debarnya juga hilang. Kalau tanpa sengaja bertemu, biasa saja. Bisa mengobrol dengan leluasa. Damai.
Lain cerita kalau si perempuan kelihatan cuma mau dekat sama suami tanpa peduli keberadaan saya apalagi menghargai perasaan saya sebagai istrinya. Sorry to say... but, kamu sudah masuk status mengancam keharmonisan rumah tangga, yang mana saya harus ambil langkah tegas untuk itu.
Suami saya paham, karena dia tahu bagaimana saya. Katakanlah saya pendiam, tapi sekalinya bertindak, itu karena memang tidak bisa dibiarkan, sekalipun mungkin menyakiti hati orang lain (yang dalam hal ini sudah lebih dulu menyinggung saya tentunya). Kasarnya : lo senggol gue bacok. Iya, itu saya. Dulu.
Jadi kalau orang jahat dibales jahat?
Tidak juga, tidak ada niat sedikitpun. Pernah begitu saking sakit hatinya sama seorang tapi malah jadi bumerang buat diri sendiri.
Karena apa?
Mungkin karena kaget, saya yang terkesan pendiam tapi bisa marah sedemikian. Kasarnya, saya membuat orang terlihat buruk, karena dia lebih dulu memberi penilaian buruk tentang saya, yang dia sebarkan pada beberapa kepala, yang dengan ikhlas tanpa diminta mengabarkan pada saya isi obrolan mereka dari A sampai Z. Stok sabar saya belum banyak, sehingga langsung dimuntahkan begitu saja.
Alhasil ada yang tidak terima dan balas menyerang. Lalu saya jadi berpikir mau sampai kapan saling balas? Saya diam. Tapi lama-lama disenggol juga nggak enak. Sudah diam tapi disinggung lagi, dengan cara yang lebih halus memang sehingga mungkin tidak banyak orang yang sadar.
Sudah terbayang juga kalau speak up masalah ini akan ada yang kebakaran jenggot. Dan benar. Tidak cuma sasaran yang kena. Lalat-lalat lain yang ternyata punya niat serupa pun ikutan tersingkir. Lalu sudah bisa diperkirakan juga apa yang akan terjadi.
Yes. Mereka benar, saya yang salah. Tapi perasaan wanita itu tidak bisa dibodohi. Saya tahu ada yang beda. Saya selalu tepat soal ini. MasyaAllah... Alhamdulillah...
Suami saya tahu ketika saya sekedar cemburu, atau ketika saya merasa jarak antara dia dan teman perempuannya harus dipertegas. Dia menghargai saya yang tidak bisa dan tidak mau dekat dengan teman perempuannya yang padanya saya merasakan sesuatu yang beda. Dia paham perasaan itu tidak muncul tiba-tiba.
Intinya guys, dengerin kata istri kalau dia merasa ada yang berbeda pada satu-dua teman wanitamu, karena feeling-nya bisa jadi tepat. Bukan, ini bukan cemburu. Beda, nanti juga kelihatan bedanya. Kalau saya benar-benar soal 'Rasa', entah bagaimana yang lain. Apapun bentuk firasatnya, semoga dijauhkan dari segala bahaya yang mengancam keutuhan rumah tangga, ya. 😊
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Text
Sebuah Usaha Untuk Menenangkan Hati
Ada baiknya memang memalingkan wajah dari satu dua kepala yang membuat hati gundah. Sesekali egois dengan membahagiakan diri sendiri juga tidak salah, ko. Eh... Tidak egois juga, karena itu artinya menyayangi diri sendiri dengan mengenyahkan orang atau keadaan yang tidak sesuai dengan kenyamanan diri.
Terlalu hati-hati menjaga perasaan orang lain juga tidak selalu disambut baik kalau masih ada secuil rasa tidak suka. Apapun yang dilakukan, sekalipun dengan niat baik, akan selalu dinilai buruk. Apalagi kalau ketemu celah, yang padahal dia mulai lebih dulu, habislah sudah. Sikap baikmu tidak akan dihargai.
Kalau ada yang berpikiran negatif dan malah menyebarkan hal-hal yang kurang mengenakan atau jadi menggiring opini tidak baik tentangmu, tak apa. Biarkan tak usah dibalas. Doakan saja semoga dia segera temukan bahagia yang dia cari. Doakan yang baik-baik, supaya doa yang sama juga berpulang padamu.
Sudah pernah kejadian, dimana ketika satu masalah dibahas malah jadi bumerang untuk diri sendiri. Singkatnya, ketika mengungkap kecewa yang dirasa, justru malah diserang, disindir ramai-ramai. Jelas, kalah suara. Dasarnya pendiam, malas memperpanjang, jadi membiarkan mereka-mereka berspekulasi sendiri. Belum lagi cibiran, "Dia memang begitu." Kata mereka yang tidak benar-benar kenal saya.
Padahal nggak akan pernah ada asap kalau nggak ada api. Kasarnya, saya  nggak akan bacok kalau situ nggak senggol duluan. Dalam artian... apa yang dia lakukan sudah keterlaluan sehingga saya harus bicara. Kalau masih wajar, biasanya juga didiamkan ko. Nggak dianggap. Beneran. Jadi kalau saya sampai mendumel artinya ini sudah kelewat batas toleransi saya, yang bisa jadi berbeda dalam pandangan orang. Kata yang lain wajar, kata saya bisa saja kurang ajar. Menurut saya biasa, menurut sebagian yang lain mungkin yang punya mulut atau jari itu harus diberi pelajaran biar jera. Beda sudut pandang, dan nggak salah juga dalam hal itu.
Baru saja mereda, tapi ada saja pihak yang sepertinya belum puas. Terus diungkit. Diam-diam menebar cerita kepada yang lain, yang dengan seizin semesta juga dikabarkan kepada saya lewat manusia lain. Padahal sudah membiarkan, menutup akses sekedar melirik, namun kabar yang meluas bikin pening kepala. Bisik-bisiknya tidak enak, yang kalau dibiarkan bisa bikin salah paham. Tapi dibenarkan versi saya juga tidak terdengar adil, jadi saya memilih diam saja. Lagi-lagi soal sudut pandang. Dan tentu akan ada yang pro dan kontra. Kata yang satu benar kata yang lain bisa salah, pun sebaliknya.
Dari cerita yang lalu saya belajar, kalau dapat kabar yang bikin emosi jangan langsung marah. Dicerna dulu. Tapi ya lama-lama disenggol juga tidak enak. Memilih mendiamkan. Sampai pada satu hari timbul perasaan tidak enak, dan jiwa kepo saya bekerja tanpa diminta. Saya mencari tahu. Dan ternyata benar. Kata hati tidak pernah salah. MasyaAllah...
Lalu? Awalnya diam, tapi tergelitik juga untuk bertanya kenapa? Karena merasa tidak mengusik, malah sudah berusaha menjaga perasaan yang mungkin masih menyimpan rindu. Siapa sangka cuitan saya malah memancing hati yang lain. Dari sini jadi terlihat bukan hanya satu yang diam-diam memendam rasa, yang satu malah punya pikiran tidak biasa terhadap saya. Entah harus sedih atau justru bangga. Hehe..
Tapi benar-benar dapat pelajaran dari sini. Kata hati harus didengar. Nggak perlu sok-sokan merangkul mereka yang sudah terlanjur berburuk sangka, toh... apapun yang kamu lakukan tidak akan dipandang baik. Fokus saja pada siapa yang ada dan mau tinggal setelah tahu salah dan kurangmu, terutama mereka yang mengingatkan dan mengajak pada kebaikan.
Sudah ya. Mau tutup buku soal ini. Mau buka lembaran baru yang tidak ada sama sekali soal yang lalu-lalu. Ini jadi catatan terakhir.
Kalimat ini pernah saya sampaikan, tapi tidak diindahkan, mungkin karena terlalu peduli. Bersyukur sekali untuk itu, namun harus dihentikan sampai di sini.
Kepada siapapun yang sudah teramat perhatian sampai memberi informasi tanpa diminta, terima kasih. Sudah cukup, ya. Saya mau tenang. Apapun itu, selama tidak langsung mengusik saya atau keluarga saya, its fine. Mau kabar apapun yang beredar setelah ini, its fine. Sekalipun saya tidak pernah menyebut satu nama, atau menyiratkan tertuju untuk siapa. Dan catatan ini lebih kepada pengingat untuk diri sendiri.
Untuk saya pribadi, yang sekalipun ada sikap atau tutur dari orang lain yang membuat sesak, saya tidak boleh langsung marah, harus coba pahami dulu. Menelusuri kenapa begitu, mungkin ada sikap atau ucapan saya yang menyakiti hati, yang tentu tidak saya sadari.
Memutus silaturahmi itu nggak boleh, tapi saya perlu waktu untuk bebenah diri. Menenangkan hati yang terlanjur berombak. Nggak mau nambah-nambahin dosa, ini saja mungkin sudah terhitung satu. Astagfirullah...
Buat sebagian orang, saya mungkin dianggap toxic. Begitupun sebagian manusia dalam pandangan saya. Dari yang awalnya saya tulus ingin berteman jadi malas berhubungan karena ternyata punya maksud lain, yang membuat hati berkata untuk menjauh saja. Maka saya putuskan untuk tidak akan lagi menghubungi siapa-siapa kalau bukan urusan pekerjaan atau hal mendesak lainnya, kepada mereka yang statusnya teman atau sekedar kenal.
.
.
.
P.S : Kepada siapapun. Saya hanya mau bilang... maaf dan terima kasih, ya.
Maaf kalau ada kata atau sikap saya yang menyinggung perasaan. Terima kasih untuk pelajaran hidupnya.
Jangan lupa bahagia. :)
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Text
Ruginya jadi orang pendiam, ketika dia bicara yang padahal sesuai sama fakta, pasti dipandang sebelah mata. Kalah suara sama yang pandai berkata-kata dan menarik simpati orang.
Shantia
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Text
Kepada Aku
Kepada aku, yang tengah merasa sesak secara tiba-tiba...
Tak perlu bersedih karena ini. Tak perlu kecewa karena semua tidak sesuai harapan. Allah sudah punya rencana, dan itu pasti indah, yang terbaik.
Kepada aku, yang kadang masih mempertanyakan kenapa...
Tak mengapa, manusiawi. Tidak ada manusia yang benar-benar sabar, semua ada batas. Tergantung sebesar apa usahamu untuk menahan cacian yang ingin kamu lontarkan.
Kepada aku, yang sedang berusaha menahan amarah...
Tenanglah, dinginkan dulu kepalamu. Tidak, tidak perlu dipupuk sampai jadi bom waktu yang mungkin akan menelanmu juga seperti dulu. Tenangkan hatimu. Semesta sudah begitu baik, tinggal tentukan langkahmu.
Tenggelam di jurang terdalam, atau bangkit untuk tunjukan pada mereka yang salah menilaimu.
Be brave. Be strong. You are loved. By me. ❤️
0 notes
chikasagagratia · 5 years
Text
Seringkali, aku menahan diri, menjaga hati yang mungkin masih menyimpan luka. Tapi kemudian merasa tertampar ketika bercermin. Seolah refleksi diri di depan sana berteriak, "Hei! Hatimu lebih berhak merasa bahagia!"
- shantia
1 note · View note
chikasagagratia · 6 years
Text
(Masih) Sebuah Usaha Untuk Melepaskan
Sebagian hati ini masih resah, padahal sudah banyak hal kita bahas tentang jalan yang kita pilih ini. Bagaimana hari-hari yang akan kita lalui kembali penuh rindu, rencana tabungan masa depan, bahkan hingga kisah menyedihkan yang mungkin terjadi.
0 notes
chikasagagratia · 6 years
Text
Sebuah Usaha : Menguatkan Hati (Episode 01)
Harusnya aku tersenyum lepas merasa bahagia, karena Allah mengabulkan doaku. Doa kita. Harusnya aku sudah bersiap dengan segala kemungkinan sejak hari dimana aku memberi restu kepadamu. Namun ternyata, ada sedih yang tidak semudah itu ditutupi dengan tawa. Ada sesak yang tidak begitu saja hilang meski kamu selalu menenangkan.
Kamu tahu pasti, sekuat dan serapuh apa hati yang aku punya. Tidak perlu ditanya apakah aku sabar menunggu, karena kamu paham betul bagaimana setia yang selalu aku jaga. Tidak ada cerita aku pernah dan akan sempat melirik pria selain kamu.
Kalau dulu, saat kamu tanya apa aku sanggup jalani waktu tanpamu di sisiku, dengan mantap kujawab, "Ya, aku sanggup." Karena aku memang terbiasa sendiri hingga tanpamu satu-dua tahun pun tak apa. Tapi kini saat kamu ajukan pertanyaan itu lagi, aku termenung lama. Pikiranku kemana-mana, karena ini bukan lagi tentang aku. Bukan hanya aku yang kamu tinggal pergi, sehingga bukan hanya aku yang perlu dikuatkan.
Kupikir aku siap, kupikir aku sanggup, namun relung hati terdalam berkata lain. Ada setitik rasa belum ikhlas melepasmu berada jauh dari pandangan kami. Lalu kamu pun dengan sabar menguatkan, memberikan gambaran dalam berbagai sudut pandang. Sejenak hati ini lega, tapi kadang masih bergejolak hingga ingin katakan, "Sudah di sini saja."
Aku percaya kita akan baik-baik saja, kita pasti mampu bertahan dalam penantian sekali lagi. Berkabar hanya lewat gawai yang kita punya, mungkin juga perlu menunggu sinyal seperti yang lalu-lalu. Hanya saja, aku perlu menguatkan hati sedikit lebih lama. Sedikit lebih serius dari biasanya.
2 notes · View notes
chikasagagratia · 6 years
Text
Menunggu Kabarmu
Gawaiku bergeming, namun tak ada pesan darimu, sekedar mengabarkan bahwa kamu sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Terakhir kita berbalas pesan pukul sebelas siang tadi, sesaat sebelum kamu berangkat.
Ketika hujan sore ini aku berkeluh bahwa rinainya deras, kukatakan juga lubang pembuangan air di tempat jemuran lah yang jadi sumber kebanjiran rumah kita kemarin malam, kusampaikan juga harap-cemas semoga tidak ada lagi air yang mengalir melewati tangga membuat genangan air di lantai satu. Namun belum juga ada balasan darimu.
0 notes