Tumgik
ceritatika · 4 years
Text
Realistis Aja
Dunia ga peduli apakah kamu seorang manager yang susah untuk constantly reading articles atau sering ikut meetup karena ngasuh anak di rumah. Atau apakah kamu seorang mahasiswa yang gabisa ke perpustakaan just for the sake of seeking knowledge karena menanggung kehidupan sekian orang adik. Atau apakah kamu seorang wanita karir yang cari nafkah sekaligus urusin rumah sementara suaminya gabut.
Yang dunia pedulikan itu hasil, output, sesuatu yang keliatan. Sorry this is harsh, but empathy-thingy itu kemewahan. You can’t expect the world to listen to your story and menye-menye.
You know what to do in this condition?
Firstly, communicate, talk, pray, to God, “Dear God, this is hard for me. Aku ingin mengeluh, tapi aku tau Engkau sedang melihat bagaimana aku melalui ini. Maka catatlah kesabaranku ini sebagai pahala yang banyak. Jadikan ini keistimewaanku dibanding makhluk-Mu yang lain.”
Secondly, stop caring about what people would think about you. Just do your best to tackle this and that, finish this and that, but shut your inner voices yang bilang, “Wah nanti aku dinilai ga perform”, “Wah nanti aku keliatan bodoh”, etc. Be a bodoamat person selama kamu udah lakuin yang terbaik yang kamu bisa. Biarkan hatimu bertawakkal–”I’ve done my very best, so whatever will be, will be.”
Thirdly, just keep moving forward, don’t look back, you can slow down but don’t stop, because hardship won’t last forever. At some point things will get easier. If not, then you haven’t pass through the storm, maybe you haven’t faced the center of the storm–brace yourself, but after that things will get better. Remember Dory’s song, “Just keep swimming.. Just keep swimming”
Good luck!
Butuh meluapkan kisahmu? Kirim ke https://yasirmukhtar.tumblr.com/submit.
2K notes · View notes
ceritatika · 5 years
Text
Memasuki trisemester ketiga. Alhamdulillah, laa hawlaa walaa quwwata illa billah.
Mulai menikmati tendangan Kanin (kakak janin.red) yang begitu kencang hingga ga jarang kerasa sakit. Tapi masya Allah nikmatnya. Kayak masih takjub gitu ada beneran yang hidup dan tinggal di perutkuu!
Mulai aktif juga setiap hari dalam periode jam utk berinteraksi dengan Kanin. Dari membuka obrolan pagi hari, mengkondisikan Kanin aktivitas bundanya mau ngapain aja hari itu, sampai meminta Kanin ikut berjuang di saat-saat tertentu.
Memasuki 34w ini diiringi juga dengan usia pernikahan pada bulan ke 7. Merasakan polemik demi polemik. Dari yang dulunya masih jaim dan bingung mau membicarakan apa saat awal-awal menikah, sekarang semua hal terasa mengalir. Alhamdulillah, Allah mengaruniakan beliau sebagai partner yang sepadan.
Sepadan untuk jadi mentor praktek kedokteran, mentor kesabaran, sampai mentor ilmu kerumahtanggaan. Diuji dengan kesabaran saat masalah satu per satu datang, miss komunikasi, saat menjadi korban kedzaliman sejawat, Alhamdulillah sudah sampai batas ini.
Masih jauh sekali. Masih terus meniti.
Minggu demi minggu terlewati. Tidak menyangka tinggal beberapa minggu utk bertemu kaknin. Azzam untuk memberikan nutrisi yang terbaik, baik secara ruhiyah dan jasmani terus kami ikhtiarkan.
Kakak juga sudah mulai menata posisi utk mencari jalan lahir ya Kak? Alhamdulillah plasentanya udah ke atas, jadi Kakak bisa meluncur dengan nyaman nantinya ya. Gappapa deh VU Bunda kakak boboin, gapapa 20 menit sekali Bunda pipis, kita nikmatin bareng-bareng sama Abi ya Kak..
:)
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Soliter
Sudah hampir sebulan ini saya vakum dari dunia media sosial. Awalnya ga sengaja. Setelah dijalani, ternyata nyaman-nyaman juga.
Saya termasuk aktif di media sosial. Baik sebagai penyimak ataupun penulis. Meskipun gak aktif-aktif banget. Dulu, hampir setiap hari saya pasti membuka akun IG. Sekedar bersilaturahim untuk tahu info temen-temen, mengikuti akun-akun favorit saya yang suka berbagi inspirasi, atau sekedar membunuh waktu saat saya merasa jemu.
Lalu saya mencoba berhenti. Rasanya kok kayak diperbudak instagram ya. Pernah suatu malam berdiskusi dengan si Mas ttg impact media sosial pada hubungan dan personalitas seseorang terhadap lingkungan. Ketika manfaat tidak tersemaikan, kebanyakan jadi mudharat. Menulis? Belum tentu setiap hari. Menyapa teman? Kayaknya kebanyakan kepo, naudzubillah mungkin malah jadi julid berbuah hasad. Refleksi diri? Bisa jadi, tapi ga menutupi utk membuka kesempatan buat online shop. #halah
Lalu pada suatu kejadian, akun ig ga bisa dibuka
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Kemarin aku seneng banget. Rasanya kayak lagi jatuh cinta gitu sama suami. Jatuh cinta yang kesekian kalinya.
Kenapanya? Entah. Bahagia rasanya menemukan seseorang yang kita perjuangin banget dan ternyata dia jauh melebihi ekspetasi kita.
Yap, mas suami ya kayak orang biasa. Ada lebih dan ada kurangnya. Nah, skenario Allah yang keren itu, apa yang ada dalam diri Mas, baik kekurangan atau kelebihannya, its so matched for me.
Dia yang sabar walau ada kedzaliman, aku yang mudah naik pitam paling gak tahan.
Dia yang tetap penjernih suasana dan mood ku, ketika aku udah kesel dan sedih sama sesuatu (yang seringnya penyebabnya sama).
Dia yang suka belajar kitab-kita tebel, sementara aku sukanya tematik dan populis.
Kayaknya baru pertama kali deh aku ngerasa sesayang ini sama seseorang, diluar keluargaku.
Merasa mencintai dan dicintai pada satu jalur, nikmat rasanya. Ada feedbacknya. Ada prosesnya. Dan tentu aja, berkualitas rasanya.
Jadi seharian kemarin, kerjaannya kangen, cium2, peluk, sampai yang terakhir :AKU MINTA DANSA! Diiringi lagu close to you, aku ngajak mas untuk berdansa abis solat ashar. Zaking randomnya, mamaz sampai bingung. Hehehe.
Aku hanya berharap, smoga Ia menjaga cinta kami hingga berlabuh ke surga. Love you, Mamaz 😊
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Apakah anak yang melakukan kesalahan harus selalu dimarahi dan dibentak?
:")
Kemudian tak hanya itu. Dimarah-marahi hingga mengatakan anak tidak berguna, tak sedikit ancaman dan makian terlontar.
Apakah harus selalu seperti itu?
Ketika anak tumbuh dewasa, ia menjadi sosok yang keras dan kasar. Orang tua hanya mampu menuntut kenapa anaknya tidak sesayang ini seperti anak lainnya. Kenapa ia memberontak. Kenapa ia cenderung denfensif.
Orang tua seringkali tidak mengerti dan tak mau mengoreksi diri sendiri. Bahwa setiap kemarahan membuat koneksi antar keduanya mengikis. Anak tak nyaman dekat dengannya. Anak tak ingin dimarah-marahi terus menerus. Kepercayaan diri anak mengikis hingga ia tak mau lagi keluar dr zona nyaman, agar terlindung dr kemarahan orang tuanya.
Ironis, tapi nyatanya banyak yang bertumbuhkembang dengan situasi seperti ini.
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Di luar sana banyak yang begitu gigih mengikhtiarkan kesehatan.
Meski radius jauh, ia tetap berangkat ke pelayanan medis.
Setelah itu, ia masih harus berjuang dengan calon pasien lainnya dikarenakan banyaknya antrian bahkan dari pagi buta.
Belum lagi, dia masih harus menunggu berjam-jam kemudian demi bertemu lalu berkonsultasi dengan dokter. Mungkin sesi tanya jawab hingga pemberian resep tak lebih dari beberapa menit. Dibandingkan dengan berjam-jam perjuangannya sebelumnya untuk menunggu. Tak lupa senyum lebarnya sembari doa terbaik untukmu.
"Matur sembah nuwun dokter. Mugi ndadosaken ikhtiar kula mantun malih."
Menjelang siang bahkan tak jarang sore hari, ia baru tiba di rumah. Menatap berbagai obat hasil menukar resep. Sembari mengucapkan basmallah, ia minum obat-obat tersebut.
------
Terkadang karena beban kerja yang terlalu tinggi, kita lupa untuk sekedar mengucapkan salam dan menyapa nama pasien. Padahal, perjuangannya untuk bertemu denganmu luar biasa. Ia rela untuk tak mencari nafkah hari itu, menyarter angkutan meski harganya tak wajar, demi ikhtiarnya mencapai kesembuhan, yang Allah titipkan melalui ilmu kita.
Bisa jadi, hanya melihat senyum dan harapan optimismu, beban sakitnya terangkat. Ia begitu mempercayaimu. Ia begitu memanusiakanmu padahal baru sekedar bertemu. Membuatnya bergegas pulang demi segera meminum obat resepmu sembari melaksanakan advise non farmakologismu. Bulan depan tak sabar ia menanti demi bertemu kembali denganmu.
Berjam-jam antri, entah berapa rupiah yang ia gadaikan, rasanya pantas untuk disandingkan dengan kepuasan setelah bertemu denganmu.
Apakah kamu seperti itu?
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Tumblr media
Harus semangat. Banyak luka yang tertoreh dari eksternal. Kuharap diri tak segan untuk berjuang. Untuk terus melayakkan diri setelah banyak muhasabah. Menjalani hari sebagai pribadi tentu banyak kurang. Tapi, tolong jangan menyerah. Karena kamu sepantasnya bahagia. Sekelabu apapun harimu. Kamu layak untuk tersenyum.
:)
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Apa yang terjadi di hidupmu, tak lain tak bukan karena doa Ibumu.
Aku merasa harus bersyukur berlipat-lipat mempunyai orang tua dengan kasih sayang yang melimpah. Baik dari Bapak dan Ibu. Ada saja cara mereka untuk membuatku terenyuh setiap kali mengingat betapa besar curahan kasih sayang beliau kepadaku, bahkan hingga aku menikah dan mengandung.
Ibu.
Meski personalisasi kami hampir sama, bukan berarti kami akrab. Bahkan dulu aku sering berbeda pendapat dan mengakibatkan kami ricuh. Hingga bikin Bapak geleng-geleng kepala dan berusaha menjadi penengah terbaik.
Semenjak menikah, aku baru menyadari how much she loves me.
Memang caranya kadang membuatku tak mengerti. Mungkin, sumbuku terlalu pendek dan kesabaranku terlalu tipis untuk memahami beliau.
Hingga yang paling ku syukuri adalah melalui Ibuku aku bertemu dengan teman hidup. Padahal kami sealmamater SMP-SMA, tapi sama sekali tak saling mengenal. Ia tak tahu namaku, begitu pula aku. Maklum dia terkenal dengan kepiawaian akademisnya, sementara aku sibuk di kegiatan non akademis.
Rasanya bersyukur sekali menemukan suami yang bisa merangkap sebagai sahabat, teman diskusi, sekaligus pelipur lara terbaik.
Cara ia menyayangiku sederhana. Dia memastikan semua kebutuhanku tercukupi, termasuk olah 20.000 kataku terangkum baik di telinganya setiap hari.
Ia yang tak pernah mengeluh meski harus bekerja keras setiap hari.
Ia yang tak kunjung marah meski aku sering bolong amal yaumiahnya.
Ia pula dengan kerendahan hati membantuku utk menyelesaikan pekerjan rumah tangga. Tak segan mencuci piring dan baju demi memastikan aku dan calon bayi kami tetap sehat.
Ai love you, Hubby.
Ai love you, Ummi.
Ai love you us.
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Delapan kilo dalam lima bulan.
Hehehe. Terlewati masa-masa yang seharusnya emesis (biasanya), tapi aku malah rajin makan. Hoek-hoek seingetku cuma tiga kali. Itupun setelahnya segar bugar lanjut praktek sampai malam. Kecuali bawang. Aku tidak toleransi sama sekali. Ketiga emesisku disebabkan oleh bawang. Mual akan berkepanjangan sampai aku lemas. Semenjak itu aku tak boleh menyentuh dapur, kecuali kepepet.
Sudah menyangka dan siap menerima. Fakta bahwa begitu mudahnya berat badanku menyusut, begitu juga sebaliknya. Adalah hal biasa kalau ku bercerita bisa turun 5kilo dalam 2 minggu. Dan hal biasa pula 8kilo dalam 20 minggu.
Kini dari M aku sudah beralih ke L. Alhamdulillah, semua masih nyaman beraktivitas. Tapi diingetin terus buat ga lompat sana lompat sini. Masih sering nyeri kalau kehausan atau makan pedas sedikit.
Ohiya, kini aku udah hampir 2bulan ga makan bahan-bahan seafood. Sama sekali. Padahal dulu ku suka sekali. Makan udang, gatalnya seharian. Makan cumi, bentolnya sekujur badan. Ternyata debay lebih suka tempe dan tahu goreng, apalagi buatan Yang Uti.
Kali ini aku harus bersahabat dengan pil dan kapsul. Sehari ada tiga macam yang harus masuk. Padahal nafsu makanku baik, tapi tetep disuruh konsulen minum 3 pil itu. Kata beliau, itu syarat karena kamu ga mau minum susu hamil. Biar sehat terus. Baiklah. Susunya terlalu manis. Akugasuka.
Lalu, sekarang aku bersahabat dengan spasi. Artinya, aktivitasku bukan lagi angkatan 69. Berangkat jam 6 pagi pulang jam 9 malam. Aku memaksimalkan untuk pagi hari, sore boci (bobokciang), lalu malam abis Isya udah siap2 pillow talk. Itupun baru bisa bangun jam 4. Pernah iseng nyoba praktek pagi, jeda 2 jam, lanjut sore sampai jam 8 malam. Alhasil, perut menjerit-jerit tak karuan hingga lusa. Buat jalan aja rasanya ada yang menarik-narik. Dari sana, aku tahu batasan.
Sekarang makin berempati kalau dapet pasien hamil lalu sakit. Ada yang pernah sakit tipes, demam berdarah, skoliosis hingga nangis-nangis. Sesama sejawat, rasanya ikutan ngilu. Tanpa sadar usap-usap perut sambil bisik-bisik "kita kuat dan sehat sama-sama ya."
Pernah sempat insecure beberapa kali dapet pasien varisella, herpes, dsb. Secara riwayat, aku belum pernah kena cacar air seumur hidup. Alhasil dettol, alkohol, dan sabun adalah teman karib.
Di sisi lain. Ada malam dan rehat yang panjang. Sempat tersedu-sedu karena naik turunnya mood. Sempat mengilu karena justru si Mas yang merawat dan melayani kebutuhan. Sempat sedih karena ada darah yang keluar sebelum waktunya. Sempat
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Mengakui bahwa sehat adalah karuniaNya, nikmat sebenar-benarnya dariNya, karena kuasaNya. Badan lemah, produktivitas jauh berkurang, itupun kehendakNya. Ada yang belum tampak, tapi ia mengambil keseluruhan raga dan jiwamu. Seraga dan sejiwa selama empat puluh minggu.
Adaa yang jauh berbeda. Badan yang tak sebugar dulu, padahal tak ada aktivitas yang berat. Vertigo dan asam lambung seringkali menghampiri, gangguan motilitas usus dan gerakan peristaltik seringkali terasa melilit hingga menusuk perih, tensi yang turun hingga mudah terkena hipotensi ortostatik. Aah, tak lupa rasa mual yang mendera sepanjang malam hingga membuatku lemas tapi harus terus makan. Rasanya segan merepotkan si Mamas yang sudah bekerja seharian, tapi baru kali ini aku tak mampu mengharapkan daya dari diri sendiri.
Selama sembilan minggu ini, aku belajar meresapi. Pernikahan memang baru berjalan bahkan belum genap dua bulan. Peran seorang ibu di depan mata akan segera menjadi esensial bagiku. Kebetulan sebulan terakhir aku genap menyelesaikan tugas internsip, bertepatan dengan kedatangan bulan suci. Jadi, kurasa ini waktu yang tepat utk ku berkhalwat bersama Rabbku di setiap waktu demi waktu.
Saat pertemuan taaruf dengan si Mamas, aku bertanya.
‘Mas menyampaikan telah mempunyai niat untuk menyegerakan menikah. Apakah kesegeraan itu juga sama besarnya dengan kesiapan menjadi seorang Ayah jika Allah menghendaki amanah datang cepat waktunya?’
Karena banyak ku temui. Orang siap dan matang untuk menyegerakan pernikahan, tapi ia belum cukup cakap untuk menjadi orang tua. Andai saja si Mamas mengatakan belum, akan banyak pertimbangan yg mungkin mempengaruhi masa istikharahku. Ketika pun jawabannya iya, pertanyaan kedua akan menyusul.
'Persiapan apa saja yang sudah Mas upayakan untuk menjadi orang tua?’
Mengalirlah diskusi panjang ditemani Bapak sebagai mediator. Dan rasanya manis sekali ketika Bapak menutup diskusi,
'Menjadi suami dan orang tua itu amanahnya berat. Yang paling berat karena sulitnya mengupayakan adil. Setiap anak mempunyai karakter masing-masing. Anak sulung minta apel, anak tengah minta anggur, sementara si bungsu minta melon. Seorang Bapak harus mampu mengupayakan keputusan tengah yang adil untuk anak-anaknya.’
Yang paling disyukuri, aku menyelami benar-benar nikmatnya memahami perasaan Bapak dan ibu. Ego anak kali ini berakulturasi dengan sudut pandang calon orang tua. Rasanya pemahaman jauh lebih luas. Idealisme berkawan dengan realita seutuhnya.
'Kenapa sih Bapak suka melarang aku blablabla…’
'Ibu tuh kalau kasih nasihat panjang banget dan sering diulang-ulang deh…’
Apalagi karena suatu pertimbangan yang cukup matang, kami masih serumah dengan Bapak dan Ibu di awal pernikahan. Awalnya berat dan terjadi gejolak. Ini tidak sesuai dengan teori dan idealismeku selama ini. Selama sebulan beradaptasi, akhirnya aku mencoba untuk mencari jalan terang. Memang saat ini bukan kondisi ideal, tapi bagiku ini kondisi terbaik saat ini. Mungkin ini salah satu upaya kami utk berbirul walidain kepada orang tua. Apalagi buat Mamas sebagai anak laki-laki yang baru hadir jejaknya.
Bukan hal yang mudah. Cukup sulit menyesuaikan ritme dan atmosfir rumah, meskipun aku sebagai penghuni lama. Ada banyak egositas yang berseberangan, ada banyak kesempatan unjuk akhlak yang sebenar-benarnya dan apa adanya.
Dakwah di keluarga terkenal sulit, padahal mereka yang mengenal kita sepanjang usia. Merekalah yang jungkir balik mengenal kita sebelum hijrah. Ada rekaman memori panjang yg tak mudah dihapus, tergantikan dengan perubahan yang baru. Belum lagi jika yang didapat sepotong-potong karena tinggal di luar rumah dalam jangka cukup lama. Hanya pulang sesekali di beberapa bulan.
Jadi, potongan takdirku kali ini ku coba menghayati dan memaknai. Menjadi dekat dan romantis dengan Ibu, bercengkerama rutin dengan Bapak, belajar merawat kerumahtanggaan dari pasangan favoritku. Tentu tak melulu baik. Tak melulu suka. Tak melulu sama dan sesuai dengan idealisme kami.
Hal yang paling ku rasakan adalah aku belajar merawat rumah dan barang. Bapak adalah teknisi terbaik menurutku. Bagaimana beliau merawat elektronik dan kendaraannya yang masih super mulus padahal usianya sudah bertahun-tahun. Nilai jualnya pun masih sangat oke. Sementara pekerjaan ibu bisa dibilang rapih, cekatan, dan bugar walau usianya sudah 54 tahun. Ku akui hasil pakaian yang dicuci dan disetrika ibu jauh lebih rapi, bersih, licin dibandingkan laundry sekalipun. Bagaimana konsistennya ibu merawat diri pun ku acungi jempol sehingga wajah paruh baya beliau tetap ayu.
Apalagi dengan kondisiku yang saat ini sedang spesial. Ada banyak harapan dan doa di dalamnya sebagai ikhtiar kami yang terbaik untuknya. Sempat terjadi pendarahan membuatku 'awas’ dan alhamdulillah, banyak kemudahan untuk merawatnya.
Rasanya momen ini semakin menjiwaiku untuk benar-benar kembali dan pulang ke rumah. Tak sekedar singgah lalu datang lagi sekejap, seperti yang lalu-lalu. Mungkin ini salah satu momen terbaik untuk menggantikan waktuku yang habis di tanah perantauan, yang selama ini sibuk dengan aktivitas di luar rumah, dan hanya sekedarnya menyapa bapak ibu melalui digital. Di rumah pun, dahulu aku serasa tamu. Tak pernah diberi beban pekerjaan rumah tangga padahal kami tak punya asisten RT.
Padahal, mereka yang seharusnya menjadi perhatian utama. Mereka yang semakin menua sementara peran kita semakin bertambah.
Idealisme yang dahulu bukan runtuh sama sekali. Aku menganggapnya sebagai perbaharuan. Menikmati selayang sudut pandang berbeda, yang dirasa lebih banyak manfaatnya untuk menghindari mudharat yang lebih besar tetap utama peganganku.
Memang tak selamanya mulus. Berkali-kali pecah, berkali-kali ada deru yang mendera jiwa. Apalagi aku dan Ibu merupakan sosok yang begitu mirip; ekspresif. Alhamdulillah, dengan izin dan kemudahan dariNya, kini aku bahkan tak ragu lagi untuk mencium pipi bahkan memeluk ibuku kapanpun. Bahkan kami mulai berbahasa krama inggil pada Bapak Ibu. Rasanya tak canggung lagi, tak perlu momen romantis untuk membiasakan santun dan bersikap manis kepada kedua orang tua. Ini adalah kebiasaan yang super baru bagiku. Yang biasanya segan, secukupnya saja, kali ini aku merasakan bagaimana afeksi yang benar-benar sentuhan. Apalagi aku harus mengupayakan 'benar-benar datang dari hati’ agar teriring ketulusan dan keikhlasan bakti. Nada bicaraku pun terkesan jauh lebih lembut dibandingkan interaksi saat bercakap dengan bahasa Ibu.
Aku berharap, semoga Allah mengkaruniakan rasa kasih sayang dan kelembutan hati untuk si Kakak, seperti Ayah Ibunya yang menyayangi dan menghormati para kakek-neneknya sepanjang usia.
Semoga, selalu tergenapkan setiap harapan dan ikhtiar baik, disertai keridhaanNya.
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Menerima keberdayaan
Hari ini, tepat saya sebulan full di rumah. Tidak praktek sama sekali, karena satu kondisi kemarin sempat flek di usia kehamilan 7 minggu sampai diberi penguat kandungan oleh dokter Sp OG, saya dan suami memutuskan untuk mengistirahatkan sejenak aktivitas saya.
Rasanya gini ya post power syndrome. Kalau dulu saat lg hectic2nya penelitian dan kesibukan isip, aduh pengen deh cepet2 liburan. Sekarang dikasih waktu satu bulan rehat, rasanya ada yang hilang. Ada yang berbeda. Ada yang menguap.
Terasa sekali dari penurunan amal yaumiah. Rasanya ga greget, karena kondisi fisik yang lemas dan mudah lelah, saya merasa sangat kurang mengoptimalkan bulan Ramadhan. Belum lagi jadwal tidur berantakan karena saya lebih sering mual di malam hari. Ohya saya dapetnya night syndrome, karena gamgguan fisik dirasakan banget saat malam hari. Ňn
0 notes
ceritatika · 5 years
Text
Ada sebuah cita-cita yang ku upayakan hingga hari ini : menggenapkan dengan segenap iman.
Meski diri jauh dari kata layak, masih terlalu banyak alasan untuk mengesampingkan amanah, masih besarnya porsi investasi untuk dunia dibandingkan akhirat.
Pada doa-doa yang melabuh, ikhtiar dan konsistensi sedang benar-benar saling bersenandung.
Mengharapkan ridha, mengamankan ketenangan hanya karena Allah, dan menyadari detik demi detik semakin berakhir sementara kelayakan diri masih menghamba.
Semoga sanubari tetap jernih dan bening.
0 notes
ceritatika · 7 years
Text
Pernah menyesal jadi orang yang mengecewakan? Aku begitu. Sulit sekali melupakan apa yang sudah terjadi. Mau semudah apapun mencoba. Sulit sekali ikhlas pada diri sendiri. Apalagi yang kulakukan adalah melanggarkan perintahNya. Gak cuma sekali, dua kali! Lalu belum puas, aku mengecewakan orang lain hanya karena..... keterburuanku. Aku dengan segala ambisi, egoisku, melupakan semuanya. :( Boleh menyesal? Untuk apa menyesal jika terus berbuat dosa? :( Untuk apa......... Allahuakbar, allahusomad. Maafin Tika ya Allah. Atas segala kekhilafan, kelancangan, keegoisan, dan kerapuhan perasaan... Ya Allah, semoga si Mas dimudahkan jalan menuji halal. Mampukan hamba menjaga hati untuk mengikhlaskan yang sudah terjadi. Semoga Mas dan mba mampu membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Izinkanlah hamba menundukkan pandangan, menutup rapat setiap luka, apalagi sudah mengecewakan Engkau bertubi-tubi. Ya Allah, apa kabar teman2ku yg di Palestina? Jika aku hanya terjatuh untuk menangisi diriku. :( :( Ya Allah lindungilah sahabatku sebaik-baiknya, jangan engkau biarkan ia terjerumus pacaran. Tolong ya Allah, beri sahabatku hidayah. Tolong jagalah dia untuk tidak mengulangi secara keji apa yg sudah terlanjur. :( Ya Allah, maafin Tika.... sudah mengecewakan keluarga yang super baik hati..... maafkan dengan setulus hati karena keegoisan hamba. :(
0 notes
ceritatika · 7 years
Quote
Di balik doa-doa yang panjang, terdapat hati yang tak mudah menyerah, Jiwa yg luas dan melapangkan, Dan tekad yang tak pernah padam, Untuk terus bertahan memperjuangkan.
Gofightwin soon to be doctor-wife-studentpostgraduate
0 notes
ceritatika · 7 years
Quote
Bagaimana kita bisa merasa kehilangan, jika tidak pernah benar-benar memiliki?
0 notes
ceritatika · 7 years
Text
Aku meragu pada diri sendiri, Apakah aku benar-benar mengerti makna hidup. Atau ternyata, Aku hanya sekedar menjalani sesuka hati. Aku memahami ada yg berkuasa meski kita berusaha. Tapi aku banyak cela. Dia benar-benar tahu lemahku, bahkan mungkin enggan memaafkan. Karena berulang kali. Apalagi aku tidak benar-benar bertaubat. Apakah kau ingin AzabKu yg pedih baru mau berhenti? 😷
0 notes
ceritatika · 7 years
Text
Pembuktian Diri!-01
Coba benar-benar memahami dirimu, sebelum kamu meminta orang lain untuk memahamimu.
Pilih satu diantara sekian cita-citamu, mana yang akan kamu perjuangkan untuk hidup.
Tak sekedar hidup, tapi hidup yang bermanfaat. p>
Mungkin kamu sedikit terlambat, tapi ku rasa ini saat yang tepat.
Carilah filosofi untuk apa kamu diciptakan.
Ciptakan passionmu sendiri.
Ciptakan apa yang ingin kamu perjuangkan hingga akhir.
Setelah kamu selesai dengan urusanmu sendiri, kamu baru membutuhkan partner sejati.
Setidaknya, kamu telah menyelesaikan urusan pribadimu sendiri.
Kamu mencintai apa adanya dirimu.
Itu yang kamu butuhkan.
Fokuskan pada apa lebihmu.
Mungkin sekali-kali kamu butuh menunduk sejenak, agar tak hilang arah.
Tapi, sekali kamu memilih, kamu pantang berhenti.
Meski harus menahan sakit dan pilu.
Kamu telah bersahabat dengan konsekuensi.
Kamu tak takut lagi dengan gagal.
Karena kamu telah memilih apa yang ditakdirkan untukmu.
Setidaknya jika memang itu berbeda dengan apa yang Ia inginkan untukmu, kamu telah berusaha.
Dan hasil, tak akan pernah mengkhianati proses. p>
Ia takkan meninggalkanmu sendirian.
Apalagi jika kamu berusaha untuk agamamu.
0 notes