Tumgik
baitsenandika · 7 years
Text
Realitas dan Idealisme
Tumblr media
“Realitas terbagi menjadi dua wilayah. Satu wilayah adalah dunia indra, yang di dalamnya tidak ada sesuatu yang selalu ada, yang ada hanyalah segala sesuatu yang datang dan pergi. Wilayah lain adalah dunia ide, yang tidak dapat ditangkap dengan indra, tetapi bentuk-bentuknya kekal.”
Mungkin kesana larinya segala idealisme usang yang terbengkalai.
Lerak, ditinggal si pemimpi yang dikalahkan takdir.
Yang kini tengah berupaya,
mencari cara agar idealisme baru yang ia tanam tak bernasib serupa.
Meski pada akhirnya bukan dia yang memutuskan,
Setidaknya sejak awal telah ia tahu. Lebih tepatnya telah diberitahu, entah oleh (si)apa, yang mengatakan bahwa di masa-masa ini akan banyak pelajaran hidup yang dia dapatkan soal idealisme dan realitas. Dia akan belajar berdamai dengan diri sendiri saat idealisme yang selama ini diyakininya tidak bisa ia diterapkan di kehidupan nyata. Dia akan mengerti, bahwa orang yang tidak bisa mengikuti idealismenya, bukan berarti munafik.
07:05
Annisa Fitriani | Tangerang, 26 November 2017
3 notes · View notes
baitsenandika · 7 years
Text
Seleksi Alam dan Teh Hitam
“Apa yang kamu harapkan dengan jadi dirimu yang seperti itu?” Bertahun-tahun berkawan dengannya dan akhirnya pertanyaan itu kulayangkan juga. Pertanyaan yang sebetulnya sudah lama ingin kutanyakan pada entitas ajaib di depanku ini.
“...Seperti apa?” Jawabnya singkat, fokusnya masih penuh tertuju pada sepiring kentang goreng yang tengah dilahapnya.
“Sebut saja raut wajah ‘ngajak ribut’ pemicu huru hara yang sepanjang tahun tak pernah terlihat bersahabat, lengkap dengan sikap ‘masabodoh’ yang mungkin jika dikategorikan sudah masuk dalam tahap unconscious competence itu... Orang-orangpun akan berpikir dua kali, atau lebih, jika ingin mendekat, bahkan untuk sekedar menyapa walau hanya sepintas lewat. Mungkin takut digigit. Semacam ada sign tak kasatmata berbunyi “Awas, anjing galak!”, terkalung di lehermu. Atau bisa jadi sebetulnya ingin menyapa, mengenal, berkawan, bahkan mungkin lebih dari itu. Hanya saja mereka takut menyapamu duluan. Takut kau abaikan. Hingga akhirnya...urung. Sadarkah?” tandasku tanpa ampun.
Tumblr media
“Lalu? Dimana letak permasalahannya? Menurutku, itu bukan sesuatu yang salah. Bukan sesuatu yang perlu diperbaiki. Sebab yang aku tahu, seleksi alam tidak akan pernah terjadi dalam kondisi yang ideal. Tidak akan terjadi saat yang kau tunjukkan hanya tentang betapa menyenangkan, baik, atau ramahnya dirimu,” tuturnya. Yang justru membuatku bingung hingga membuat suasana hening selama beberapa detik.
...
Akhirnya dia menghentikan aktifitas mengunyahnya. Meneguk lemon squash di gelasnya lalu sedikit mengubah posisi duduknya. Pertanda bahwa topik ini telah menarik perhatiannya...Atau mungkin ia hanya tak tega melihat ekspresi kebingungan kawan baiknya ini. Statistically, peluang kemungkinan kedua terjadi sepertinya lebih besar. Hhhhhh...
“Iya, seleksi alam. Pernah dengar mengenai seleksi alam?”
“Tentu saja pernah. FYI, aku juga pernah makan bangku SD, pernah belajar IPA meskipun tidak terlalu suka,” jawabku, setengah kesal pada diriku sendiri karena tak bisa menebak arah pembicaraan ini.
“Sekarang aku tanya, berapa lama prosesnya berlangsung?” tanyanya kemudian.
“Puluhan tahun...atau...ratusan tahun, mungkin? Tapi apa korelasinya?” tanyaku mulai tak sabar.
And thank God! Sesi cerdas cermat IPA dadakan itu akhirnya selesai. Beranjak ke sesi pembahasan. Yang berarti tiba saatku untuk menyimak.
“Betul. Intinya: L  a m  a. Dan...tidak ada korelasi. Hanya salah satu dari kumpulan analogi ngawur hasil gubahanku. Konsep serta mekanismenya serupa, menurutku.,”
“Sederhananya, tanpa berbuat apapun, ketika kamu menjalani keseharianmu, dengan atau tanpa kamu sadari, ada proses seleksi yang berlangsung di dalamnya, hingga pada satu titik kamu akan menemukan mereka yang bertahan dan mereka yang pergi. Dalam hal ini, mereka yang bertahan adalah mereka yang tetap ‘tinggal’ meski telah mereka tahu betapa kacaunya dirimu, tidak banyak jumlahnya, sebab memang itulah fungsinya seleksi. Mereka yang pergi adalah mereka yang selain itu, orang-orang yang tak perlu dibahas lebih jauh... Untuk apa...,”
“Menurutku, selalu menjadi apa yang orang lain harapkan bukanlah sesuatu yang patut dibenarkan. Sebaliknya, menjadi menyebalkan dan menjengkelkan itu penting. Menjadi brengsek sesekali itu perlu. Menurutku. Itu menurutku. Sebab tanpa itu, proses seleksi yang tadi kujelaskan bisa jadi akan memakan waktu yang sangat lama.
La  ma.
L     a     m     a.
L          a          m          a.,” ulangnya.
“Dan kita tahu, waktu kita tidak selama itu.”
“Tapi kenapa ‘seleksi alam’ bisa jadi sebegitu pentingnya?” selaku.
“Seperti satu fakta klasik yang pastinya sudah terlalu sering kamu dengar:
Usia manusia itu sebentar. Katakanlah dengan teknologi pengobatan yang kian canggih, pola hidup dan pola makan yang baik, serta olah raga teratur... Berapa lama?
Tetap saja. Sebentar. Sungguh.,” ia tertawa kecil.
“Terlalu sebentar untuk kita habiskan untuk mempedulikan orang-orang yang tidak tepat. Ruang gerak kita terlalu terbatas untuk membersamai terlalu banyak orang. Lagipula, kita dijadikan-Nya bagian dari Bima Sakti ini bukan hanya untuk ituuu.,” lanjutnya. “Tugas kita banyak. Daripada sia-siakan waktu untuk orang-orang yang toh pada akhirnya gak bakal stay, bukankah lebih baik jika kita cari beberapa saja yang ‘teruji’, untuk kemudian kita ajak belajar dan berkembang bersama. Tentang bagaimana caranya, mempelajari hidup dari kehidupan itu sendiri. Tentang bagaimana menjadi makhluk berakal yang lebih bernilai. Sebab kalau hidup sekadar hidup, bukankah babi di hutan juga hidup? Bukan kataku, itu Buya Hamka yang bilang.,” ujarnya, lagi-lagi diiringi tawa kecil. Ia berhenti sejenak, memberi jeda untukku mencerna semua ucapannya.
...
“Ada satu fakta lagi.,” sambungnya.
“Apa itu?”
“Ironis memang. Tapi walau bagaimanapun, ini tetaplah fakta. Bahwa betapapun kita ingin. Walau bagaimanapun kita coba. Kita tidak akan bisa membahagiakan semua orang. Tidak dengan segala limitasi yang melekat pada diri kita. Terima saja fakta menyebalkan itu... Dan disitulah ‘seleksi alam’ tadi andil.”
“Dengan itu kau tahu siapa-siapa saja yang perlu kau bahagiakan. Dengan itu kau tahu, nama-nama mana saja yang perlu kau imbuhkan dalam setiap do’a yang kau langitkan.”
“Aku memang tidak bisa selalu membersamai mereka. Tapi mengetahui mereka bahagia dan baik-baik saja, itu cukup. Dan mereka, tidak perlu tahu bahwa aku peduli.”
“Sebab dari seseorang aku belajar bahwa ketika kau peduli terhadap seseorang, orang yang bersangkutan tidak perlu mengetahuinya, cukup kau dan Tuhanmu, yang pada-Nya kau “titipkan” mereka. Untuk menjaga mereka. Untuk memudahkan segala urusan mereka. Untuk menyayangi mereka seperti mereka menyayangimu. Memohon pada-Nya agar senantiasa melingkupi mereka dengan kebahagiaan. Sesederhana itu. Bagiku cukup.”
Tumblr media
“Kau lihat cangkir teh yang dipegang orang itu?”
Aku mengikuti arah pandangnya dan melihat seorang perempuan seusia kami duduk tidak jauh dari tempat kami. “Iya, lihat.,” jawabku.
“Segala kekacauan yang ada dalam diri kita tak ubahnya polifenol oksidase yang terkandung dalam pucuk-pucuk daun yang dijadikan bahan baku pembuatan teh dalam cangkir itu, sebab tanpa hadirnya, teh di cangkir itu bisa jadi tidak akan ada di sana. Sebagaimana ia berperan sebagai biokatalis dalam proses oksimatis. Kekacauan pada diri seseorang pun menjadi biokatalis dalam proses seleksi yang sedari tadi kita bicarakan.”
Aku mengangguk. Mulai terbiasa dengan analogi-analogi nyeleneh yang dia ciptakan.
“Banyak asumsi yang beredar di masyarakat yang menurutku terlalu digeneralisasi. Salah satunya adalah ketika banyak orang yang memandang bahwa semakin seseorang berada dalam lingkungan yang dikelilingi banyak orang dan sering berkumpul atau bersosialisasi dengan banyak kawan, maka semakin bahagia pula hidupnya.”
“Lantas? Apakah anggapan seperti itu keliru?” tukasku.
“Tidak juga. Namanya saja anggapan. Terserah mereka. Besides, who am I to judge?”
“What I’m trying to say is, there’s a special place in my heart for the ones who were with me at my absolute worst and still loved me when I wasn’t very loveable.”
“The other fact is, I am happy with the small circle of people I have in my life right now. And all I have to do, in turn, is to make them even happier than happy. Itu saja. Tidak lebih.,” pungkasnya.
Cara berpikir yang aneh. Tapi jujur saja, aku sepakat dengannya. Dan diluar itu semua, ada sesuatu yang tiba-tiba terpikir olehku...
“...You’re not that quiet, you know? You have a lot to say. Someone just have to ask the right questions to make you talk that much... Just like I did.,” ujarku.
Dia tersenyum. Memainkan sedotan di gelasnya sebelum akhirnya meminum habis lemon squash di dalamnya, menyisakan beberapa bongkahan es yang mulai mencair dimakan waktu. “You’re right. I am an open book. I just can’t be read unless someone shows interest in the story... Just like you did.,” timpalnya.
Detik selanjutnya hanya ada hening. Kami terdiam, hanyut dalam pikiran kami masing-masing...
***
Tumblr media
In frame: Seorang Homo sapiens yang mampu dengan lancangnya mencampur adukkan teori seleksi alam sebagaimana laiknya dialami para Biston betularia dengan teori oksimatis katekin pada teh hitam. Dan mengadopsinya untuk panduan hidupnya sebagai makhluk (a)sosial –yang kadang disalahkaprahkan orang lain sebagai seorang (anti)sosial –
but still, never give a damn ‘bout what they say
.
0 notes
baitsenandika · 7 years
Video
Accurate AF...
youtube
10 Signs You’re an Old Soul
15K notes · View notes
baitsenandika · 7 years
Text
Prolog
“Sebagian orang terlalu mudah ditemukan. Sebagian lagi, hanya bisa ditemukan jika dan hanya jika dia ingin seseorang menemukannya.”
***
Namanya Angan. Aku mengenalnya dengan cukup baik. Meski kenyataannya, tidak ada seorangpun yang bisa benar-benar mengenalnya.
Dialah Angan, a woman full of paradox.
… dan dia tengah menunggu seseorang.
***
Sore itu di bangku paling sudut di sebuah kedai kopi, aku berbincang dengannya
Seperti biasa, peraturannya sederhana: Menyimak dan disimak
Aku bercerita, dia menyimak, and vice versa.
Hingga saat tiba giliranku menyimak, Angan bercerita perihal sesuatu yang belakangan menyibukkan pikirannya
Sesuatu yang tak pernah dia sangka akan menghampirinya secepat itu
Satu hal yang selama ini selalu diabaikannya
Dia menitipkan beberapa pesan padaku.
Pesan yang entah pada siapa harus aku sampaikan.
Tumblr media
“…kelak jika tiba waktunya dia yang aku tunggu mencariku. Aku harap dia tidak kehilangan arah lantas menyerah. Aku harap dia tahu, kemana harus mencari, dimana dia (mungkin) dapat menemukanku.”
“Aku akan selalu ada di sana. Di tempat dimana aku terbiasa menemukanku, dimana aku bebas mengamati (si)apapun, tanpa bisa balas diamati. Bisa jadi puncak sebuah mercusuar, bangku paling sudut di kedai kopi, di balik jendela kamar, atau mungkin…”
Kalimatnya mengambang di udara.
Entahlah, aku tidak begitu memahami apa yang dia bicarakan sore itu
Namun, nada bicara Angan menyiratkan bahwa ada seorang di luar sana yang tengah mengangankannya. Seorang yang tengah mengupayakannya.
“…nampaknya cerita yang kita tunggu-tunggu itu telah sampai prolognya. Kamu tentu paham, ada seribu satu kemungkinan alur cerita yang bisa terjadi dengan prolog seperti itu. Kiranya…alur seperti apa, konflik apa saja, dan akhir yang bagaimana yang telah dipilihkanNya untukmu?” Aku angkat suara, mencoba memecah hening dengan melontarkan sebuah pernyataan, juga pertanyaan (yang kemudian kusadari amatlah retoris).
Dia bergeming. Entah apa yang tengah ada dibenaknya…
***
Aku membuka mata, menyudahi perbincanganku dengan Angan. Kudapati diriku masih di sana, di bangku paling sudut di sebuah kedai kopi, beratus kilometer jauhnya dari rumah. Menatap bangku di seberang meja yang memang kosong sejak awal perbincangan. Hanya ada aku, dan secangkir kopi panas yang telah dingin, terhidang kaku di hadapanku.
[20:35]
© Annisa Fitriani | Tangerang, 10 Juni 2017
0 notes
baitsenandika · 7 years
Text
Ruang Kosong
“Heartless”
Tentu saja hanya ungkapan
Semua orang memilikinya
Tidak terkecuali sosok menyebalkan di ujung lorong sana,
Tumblr media
Dia pun memilikinnya… “dititipi” lebih tepatnya.
Satu organ banyak lobulus.
Satu entitas banyak ruang.
Seluruh ruangnya terbuka bagi (si)apapun.
Kecuali satu.
Satu yang semenjak awal rapat terkunci.
Satu yang sampai kapanpun tidak bisa dimasuki secara paksa,
entah dengan kunci serbaguna, atau bahkan granat tangan sekalipun.
Satu yang hanya akan terbuka
oleh satu kunci.
***
Banyak hal sederhana di dunia ini yang seringkali terlalu dibuat rumit oleh manusianya sendiri.
Salah satunya perihal you-know-what, yang basically sudah sepenuhnya diatur oleh you-know-who.
Kita semua tau akan hal itu, tapi pada kenyataannya, tidak banyak yang paham
Atau boleh jadi sebetulnya paham, hanya saja tidak peduli… menolak untuk peduli.
Yang tengah coba kukatakan di sini adalah,
Masih banyak yang terjebak dalam hubungan yang tentatif,
Membuang waktu dengan seseorang yang menurut dirinya benar,
Padahal, belum tentu dia orangnya.
Mendoktrin diri sendiri bahwa pilihannya sudah tepat
Lalu gelisah setengah mampus ketika realita terpaut begitu jauh dengan angan.
Mereka yang seperti itu layaknya orang yang terperosok ke dalam kubangan yang digalinya sendiri…menurutku.
Karena keyakinannya pada apa yang menurutnya baik, telah melebihi keyakinannya pada apa yang menurut-Nya baik.
Dan itu…manusiawi, tentu saja.
Dan untuk Tuan –yang boleh jadi adalah calon penghuni ruang kosong itu, sekadar menegaskan, antisipasi jika kelak kau melakukan tindakan yang kurang bijaksana -cenderung sia-sia.
Bahwa percuma minta padaku, karena kunci itu bukan aku yang bawa.
Entitas ini, layaknya segala hal lainnya, hanya titipan.
Dititipkan pada jasad yang dikemudikan bukan olehnya (at all).
Dan kau tau kepada siapa harus memintanya, don’t you?
Lagipula…
Tidak seperti cara berpikirnya yang (dianggap) sederhana
Ada dunia yang terlalu rumit untuk dimasuki begitu saja.
Dan…membiarkan seseorang masuk terlalu mudah.
Entah apa sebutannya bila bukan “gegabah”.
Hanya akan membingungkan bahkan menyulitkan banyak persona pada akhirnya, bukan?
“Tapi kamu bilang kamu siap ‘bermain’ dengan semua probabilitas”
“Betul”
“Termasuk … ?”
“Tentu. Jika memang itu kehendakNya”
“Really?”
“Sure”
“Thank you”
“Untuk?”
“Memberi kesempatan untuk meyakinkanNya (dan meyakinkanmu), bahwa akulah penghuni ruang kosong itu”
***
Cerita ini, perjalanan ini, baru saja dimulai.
PS:   Sampai jumpa di perjalanan. Dan semoga berpapasan di tempat dan waktu yang baik. Seperti permintaan (yang kusisipkan dalam “surat-surat”) yang selalu kulangitkan, entah sejak kapan, dan entah sampai kapan.
 [22:23]
Tangerang, 24 Mei 2017
Tertanda,
Aku yang menunggu entah (si)apa…sambil jalan-jalan. Ehe
0 notes
baitsenandika · 7 years
Photo
Tumblr media
Do you ever just wanna get away? start a new life? on an island? and like live on the beach for the rest of your life?
0 notes
baitsenandika · 7 years
Photo
Tumblr media
Drama Setahun
141216 ⭐️ Untuk Kendala, terimakasih karena telah memberi banyak bahan cerita menarik. Karena agaknya skripsi yang lancar-lancar saja akan terlalu membosankan untuk diceritakan kelak. Apalah jadinya drama jika tanpa antagonis. Karenanya, untuk Malas, Jenuh, Antitesis, Anomali, Revisi, dkk. Terimakasih telah hadir dan jadi pelengkap drama ini. Dan untuk aku di masa depan, yang mungkin tengah dilanda kesulitan... Bagaimana? Drama setahun yang ini belum ada apa-apanya, kan? Haha In Frame: Para protagonis drama season 1. Foto diambil pada beberapa episode terakhir. Dari kiri ke kanan: Bpk. Danar Praseptiangga, S.TP., M.Sc., Ph.D (as Pembimbing Utama - Penguji 1); Bpk. Ir. Choirul Anam, M.P., M.T (as Penguji 3); Annisa Fitriani (as Yang Diuji); Ibu Dwi Ishartani, S.TP., M.Si (as Pembimbing Pendamping - Penguji 2). . Cuplikan dialog: Penguji 1: “...menurut anda, seperti apa penelitian anda ini?” . . Yang diuji: “...jujur, saya tidak berani menyebut penelitian ini sebuah ‘masterpiece’ atau semacamnya, Pak. Yang bisa saya katakan, apa yang telah saya lakukan hingga sampai di titik ini, adalah yang terbaik yang bisa saya usahakan.” . . . P.S, (Masih) untuk aku di masa depan: Pesen dari beliau-beliau, jangan lupa! #fbf #TGIFT #ThankGodImaFoodTechnologist #lifelonglearningthruthelens #23AFinions (at Universitas Sebelas Maret)
0 notes
baitsenandika · 7 years
Photo
Tumblr media
Lagi. DibawaNya aku belajar di luar kelas. Objeknya, pakdhe-pakdhe dan budhe-budhe...dan kambing-kambing yang masih saja dijejalkan ke dalam angkutan desa meski telah penuh sesak. Heran -cenderung takjub. Alih-alih mengeluh karena berjejalan dengan kambing di ruang sempit. Mereka malah haha-hihi di dalam sana. Entah menertawakan kambing...atau...menertawakan hidup. Tapi kalau dipikir-pikir, memang harusnya begitu. Akan selalu ada saat dimana hidup memposisikan dirimu dalam situasi yang aneh –cenderung menyebalkan. Kalau sudah begitu, hehe-in aja. Biar dia gondok. Dan biar dia tau: you ain’t that weak :3 #lifelonglearningthruthelens #23AFinions
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
Berbahagialah mereka. Para penghuni baru dunia yang masih bisa hidup di dunianya sendiri. Belum sadar bahwa sebenarnya mereka telah berada di dunia yang aneh, cenderung gila. Dan penuh ironi, dimana distorsi jadi keseharian, so odd. Mereka bahkan tinggal di negara yang lebih aneh lagi. Di negara dimana opini publik begitu mudah dibentuk (sila tengok kasus-kasus yang marak belakangan ini). Di negara dimana para pemimpinnya bahkan tidak bisa membedakan mana tayangan yang layak dan tidak layak bagi anak-anak, ketika kartun-kartun yg (IMHO) sarat nilai moral dilarang tayang karena dinilai berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak (What total nonsense!) sementara sinetron-sinetron nirfaedah dibiarkan begitu saja merusak moral mereka. Ketika Sandy yg hanya berbikini disensor (((TUPAI pake bikini DISENSOR, bossqu!))) (kasus ini marak dibicarakan sekitar September 2015, bahkan sudah heboh sejak 2012, sila dicek. cmiiw) sementara sinetron-sinetron remaja sarat adegan dan kata-kata tak pantas bisa bebas merasuki anak-anak tanpa sensor. Dan...mereka...juga tinggal...di negara...dimana tisu toilet diletakkan di atas meja makan.... (well, kalau soal ini…no comment. *crying inside*) . . PS: Selamat #HariAnakSedunia, kalian! Gak usah dengerin kalo orang-orang dewasa di sekitar kalian bilang “Cepet besar ya, Nak” karena berada di masa-masa kalian itu udah yg paling nyenengin. Srsly. Nothing beats it! #WorldChildrensDay #23AFinions In frame: anak kecil dan anak yang pernah sekecil anak kecil tersebut.
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
hooman
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
87K notes · View notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
Selamat malam, Tuan. Semangat berjuang. Semoga bisa segera menyambangi Suku Aborigin seperti yang kau impikan. Pun bisa segera menemani minum kopi, berdiskusi tentang banyak hal termasuk isi buku ini seperti yang kau harapankan. For the time being, I'm waiting here. IF: a novel about the history of philosophy by Jostein Gaarder ft. French Pressed Papua Wamena single origin. p.s: Dalam satu keadaan dimana yang dibaca dan membaca, yang diminum dan meminum, sama abstraknya. ha ha #coffeeporn #bookhaul #JosteinGaarder #sophiesworld
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
363/366 Bahagia itu sederhana –yang akan segera jadi rumit ketika seseorang terpaku pada standar bahagia orang lain. Karena nyatanya tiap persona punya definisi dan ukuran “sederhana” nya sendiri-sendiri. Apa yang menurut kita sederhana bisa jadi terlalu muluk untuk orang lain, and vice versa. All we can do, is, menyederhanakan sederhana itu kedalam bentuknya yang paling (((paling))) sederhana (of course base on your own definition). And create your own happiness then. -a.f p.s: Thanks to bapaknya yang udah ngenalin sama sesuatu yang beliau sebut “Nrimo Ing Pandum” –yang setelah googling ternyata merupakan salah satu falsafah hidup masyarakat Jawa. I found it so inspiring. Suwun, Pak :) . #humaninterest #streetlife #dailyasia #23AFinions
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
366/366 "Mengapa orang-orang berhenti bermain setelah beranjak dewasa?" Lemme tell you one thing: Y o u S h o u l d n't ! . Mendewasa tidak pernah berarti bahwa seseorang harus menjadi tua dan menyebalkan. Tidak lantas menjadikan seseorang kolot dan kaku dalam memaknai sesuatu. Melainkan membuatnya semakin mahir menempatkan diri: Menjadi dewasa saat dibutuhkan. Dan menjadi bocah kecil saat diinginkan. -a.f IF: Unyil 5 dan bebisiterr #humaninterest #postthepeople #23AFinions
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
Orang ini tak pernah begitu suka hari ulang tahunnya. Rasa syukur mutlak ada. Namun, diluar itu, perayaan hari lahir telah menjadi sesuatu yang menyebalkan sejak dia sadar akan sesuatu. Bahwa di tahun yang sama ada sepasang orang tua-yang sudah tua-dan semakin tua. . 21. Dan sesuai janjinya yang entah pada (si)apa, ini adalah tahun terakhir dia menghitung. Bukan agar usianya awet 21 (I'm not sure if she'd even matter how old is she! lol), melainkan agar kedua orang tadi tetap di usianya sekarang. . Orang bilang apa gunanya menyangkal tua dengan cara konyol seperti itu. Tapi percuma bilang "percuma" padanya. Biar saja. Self suggestion is not a crime, isn't it? . . (. . ./???) . p.s: Thank you so much for all the lovely wishes :) #23AFinions
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
151215. Sometimes you need to cry. The tears will clear your eyes out. And make you see things clearly
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
Kali ke 4 jadi saksi rontoknya bunga angsana yang cuma kejadian setaun sekali, yg bikin jalanan kampus mendadak penuh banci kamera, dari yang foto prewed low budget, yang ootd-an ala model olshop, sampe mbak2 narsis cenderung alay dengan pose bak model kalender era 90an juga ada. Pertama kali ngerasain musim gugur ala-ala ini pas masih maba dan kinyis2 dulu. Salah satu obat galau efek ga nemu konco sedaerah apalagi seSMA yang senasib (terdampar di kota bengawan, red). Musim ke-4, yang berarti hampir 4 taun ini jadi mahasiswi perantau, yang berarti udah kudu... kudu piye ya? :' #unssolo #visualstoryteller #peoplestory #urbanandstreet #instastreetid #humaninterest #mahasiswa_uns (at Universitas Sebelas Maret)
0 notes
baitsenandika · 8 years
Photo
Tumblr media
Teamwork . #humaninterest #shadowplay #instastreetid #instastreetid_members #UpBar_ISIdes2015
0 notes