Tumgik
anvhrn · 2 years
Text
#14
Usai tarawih malam ke-26 Ramadhan, aku bertemu dengan seorang Ibu. Seorang Ibu yang lembut hati dan perangainya. Beliau dengan bersyukurnya bercerita ketika menemukan masjid ini, masjid yang di-imami dengan Imam dari Madinah. Dan cerita yang berujung tentang anaknya yang penghafal Quran.
Beliau punya 8 anak. 5 laki-laki dan 3 perempuan. Dan satu hal yang ku lihat dari beliau, matanya yang berbinar-binar ketika menceritakan anak terakhirnya.
"Anak Ibu mencari masjid yang bacaanya ga terburu-buru dan bisa khusyu'. Berhubung imam disini dari Madinah, qadarullah dia ajak Ibu kesini juga karena dia juga ingin muraja'ah. Dia pun terkadang jadi imam tarawih. Jadi kalau dia sedang tidak ada jadwal, kami kesini."
"Dulu sewaktu si bungsu masih kecil, Ibu berharap dia mau menghafal Quran, tapi dia sulit sekali. Lalu Ibu pasrahkan kepada Allah, ternyata sudah besar Allah sendiri yang menyadarkan dia."
"Sewaktu di SMA, dia tertinggi nilai Fisika. Dan gurunya menyarankan untuk dia masuk salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Tapi, di waktu umur 19 tahun dia enggan. Dia ingin menghafal Quran. Dia bilang, dia ingin memberikan 'mahkota' untuk Ibu kelak. Dia ikut program 40 hari menghafal Quran di salah satu program di Bogor. Ibu pun khawatir dan bilang ke anak Ibu, 'memang yakin bisa, Nak?' Seketika itu anak Ibu menjawab, 'sekarang yang dibutuhkan bukan itu, Bu. Tapi anak Ibu ini butuh doa dari Ibu dan restu Ibu, semoga Allah mudahkan.'"
"Dan benarlah, atas izin Allah dia bisa hafal. Ibu pun heran. Dia bilang bahwa hal tersebut bukan karena dia yang hebat, tapi Allah. Ketika sudah hafal, Ibu tawarkan lagi untuk masuk PTN. Seketika dia bilang kalau dia ingin muraja'ah, karena dia pun harus kuatkan lagi, 40 hari masih tergolong sangat singkat. Dia harus kuatkan dengan fokus muraja'ah."
"Sampai akhirnya dia ingin belajar bahasa Arab. Dia bilang untuk menguatkan hafalan Al Quran-nya dia harus bisa bahasa Arab."
Di antara pertanyaan yang ku berikan pada beliau, ada satu jawaban yang paling membuatku terharu.
Aku bertanya, "apa doa Ibu agar anak Ibu bisa demikian?"
Ternyata jawabannya adalah sejak 2002 beliau biasakan puasa Daud sebagai sarana doa yang insyaAllah doa saat puasa sangatlah ijabah.
Ya, beliau ahli puasa.
Ya, seseorang yang sedang bicara dihadapanku adalah ahli ibadah dalam puasa, dan aku yakin pasti masih banyak ibadah rutin lain yang beliau ngga sebutkan.
"Alhamdulillah, anak Ibu semua ga pernah macam-macam. Ibu ini dulunya dosen Sejarah Kebudayaan Islam (di salah satu Universitas Islam di Tangerang Selatan) dan sekarang sudah pensiun. Dahulu Ibu tentu sangaaat sibuk. Waktu dengan anak-anak jadi berkurang. Ibu pun sering pergi ke luar kota untuk bina teroris. Dan perihal anak-anak, Ibu serahkan kepada Allah semuanya. Ibu serahkan anak-anak Ibu kepada Allah."
"Ibu sebenarnya sudah pensiun, tapi Ibu diminta untuk 5 tahun ke depan ini bertugas kembali dalam membina teroris. Ibu sangat kasian sekali dengan mereka. Mereka dengan mudah ikut jaringan seperti itu karena yang pertama tauhid yang lemah dan juga tidak tuntasnya mereka mendalami sejarah Islam. Mereka pikir jihad demikian sesuai sejarah, tapi mereka tidak tuntas menyelaminya. Karena background Ibu adalah sejarah Islam, Ibu ceritakan dari sisi sejarah. Dan tidak sedikit di antara mereka yang menyesal karena tidak belajar sejarah dengan benar. Alhamdulillah dari binaan tersebut, ada yang sekarang jadi pembicara untuk memotivasi agar tidak terjaring dengan hal demikian. Tidak lain dan tidak bukan, jaringan ini adalah salah satu bentuk politik juga. Salah satunya adalah tentu menyudutkan Islam."
Usai Ibu berdialog mengenai sejarah Islam, kami kembali ke topik si bungsu.
"Ibu sudah janjian pulang jam 22.00 sama anak Ibu."
Aku menjawab, "oh setengah jam lagi berarti ya, Bu. Bu, anak Ibu masih muda tapi sudah sedemikian dewasanya, masyaAllah."
"Alhamdulillah, semua karena kemudahan Allah. Sekarang dia umurnya 21 tahun, dia belum kuliah karena fokus ingin mengabdi. Alhamdulillah dia pun ga pernah sama sekali membentak Ibu. Bahkan kalau Ibu sedang marah, dia yang hampiri Ibu dan memegang bahu Ibu sambil ingatkan untuk beristighfar."
MasyaAllah.
Seketika aku yang sedari tadi tahan tangis, sudah ngga bisa terbendung.
Betapa baiknya Allah hadirkan manusia-manusia pilihanNya untuk hadir sebagai pengingat maupun pembelajaran.
1 jam menyimak cerita beliau rasanya masih kurang. Setengah jam lagi beliau hendak pulang dengan anaknya. Dan aku izin untuk charge handphone sejenak dan menghubungi guruku.
Kami berdua lanjutkan dengan membaca Quran. Sebenarnya aku mau langsung pulang, tapi rasanya ingin menemani beliau dahulu sampai beliau benar-benar pulang.
"InsyaAllah kita ketemu lagi saat i'tikaf malam ganjil besok ya, Aina. Assalamu'alaykum."
"InsyaAllah, Ibu. Hati-hati di jalan ya, Bu. Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
***
Alhamdulillah.
Banyak pengingat yang ku ambil dari pertemuan ini:
1. Tauhid. Dari buku yang guruku berikan, aku baca bahwa kita sudah seharusnya ibadah hanya untuk Allah. Dan tidak hanya di lisan, namun juga dengan hati yang yakin dan tentu dengan raga yang mengamalkannya. Dan pengingat pula bahwa segala kelebihan yang kita miliki datangnya bukan dari diri kita. Tapi datangnya dari Allah. Segalanya hanya milik Allah dan hanya kepada Allah kita kembali.
2. Betapa pentingnya menjadi ahli ibadah dan konsisten.
3. Kejujuran. Allah akan berikan kemudahan untuk orang yang jujur. Jika jujur ingin menghafal karena Allah, maka Allah akan mudahkan. Jika jujur dalam berbuat kebaikan karena Allah, maka Allah mudahkan jalan kebaikan untuknya.
4. Hafalan atau ilmu akan kuat jika dilakukan muraja'ah. Ini tamparan keras untuk ku yang sedang sulit memanajemen waktu untuk muraja'ah.
5. Betapa pentingnya belajar bahasa Arab. Karena bahasa Arab adalah bahasa untuk mengenal Allah melalui Quran dan Sunnah. Seketika aku langsung mendoakan guru ku tak hentinya aku bersyukur bertemu dengannya.
6. Bakti. Kelak yang orang tua butuhkan di akhirat adalah anak yang shalih. Menjadi shalih adalah salah satu bentuk terima kasih kepada orang tua. Bertutur dan berinteraksi dengan baik kepada orang tua juga sebagai salah satu tempat hadirnya restu dan doa baik yang insyaAllah keridhaan Allah hadir di dalamnya. Ini pun PR untukku.
7. Pentingnya belajar sejarah Islam, maka jika ada isu politik yang sudah sangat dikasihani pada sekarang ini, kita bisa kembalikan dengan sejarah.
8. Parenting. Betapa pentingnya menjadi orang tua yang lembut kepada anak. Anak akan meniru perilaku orang tuanya.
Semua pengingat dan pembelajaran yang ku tulis ini adalah utamanya untuk diriku yang masih perlu banyak belajar. Semoga Allah berikan pertolongan dan mudahkan kita semua.
Jakarta.
Masjid Baiturrahman.
27/4/22
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#13
Dengan mata minus satu koma lima, ku lihat ada tubuh perawakan kecil dari kejauhan sedang membawa pikulan karung.
Batinku, "ngga mungkin itu anak kecil, malam-malam begini?"
Semakin dekat dan semakin dekat.
Benar, dia anak kecil.
Dan hatiku, kayak patah seketika.
Meskipun dia bawa bepan pikulan, tetapi wajahnya sama sekali seakan tak ada beban.
Ku tengok sekali lagi, dia sedang fokus mengambil sampah plastik satu-per-satu.
"Kamu hebat sekali," batinku.
Ku lanjutkan berjalan di trotoar menuju halte.
Sambil mendoakan semoga dia tumbuh menjadi anak shalih yang tangguh.
Diberikan sukses dunia dan akhirat.
Dan menjadi hamba pilihanNya, hamba kebanggaan Allah.
Ini adalah salah satu hal kenapa aku senang dengan perjalanan, meskipun sedekat perjalanan rumah ke masjid. Tentunya aku berdoa semoga kelak tidak kemana-mana sendiri lagi. Tak baik perempuan sendirian keluar rumah tanpa mahram, guruku menasihati. 
Di setiap perjalanan selalu terselip hikmah dibaliknya (atas izin Allah).
Belajar dari orang yang ku temui, orang yang ku sapa atau sebaliknya, orang yang ku perhatikan, dan lain-lain.
Dan siapa lagi pemberi hikmah terbaik kecuali Sang Pemilik Hikmah?
20.30
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#12
Ya Allah, terima kasih atas segala nikmat Islam. Maafkan diri ini yang masih terlalu lalai dalam mengamalkan apa-apa yang Engkau perintah dan menjauhkan apa-apa yang Engkau larang.
Ya Allah, terima kasih untuk segala nikmat sehat. Nikmat yang tak bisa dibeli dengan materi. Kalau sehat itu bisa dibeli dengan materi, berarti seharusnya orang-orang yang banyak uangnya ngga akan muncul di rumah sakit. Buktinya, beragam orang ada disini. Entah kaya atau miskin. Semua itu ngga ada harga dirinya dibanding nikmat kesehatan.
Lorong RS Suyoto.
10/1/22
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#11
Kenyamanan memang tak bisa bicara. Dia hanya bisa dirasa. Kenyamanan memang tak bisa dijabarkan. Dia hanya bisa terjawab oleh hati yang sedang menemukan keterikatan.
Begitulah adanya ketika aku sedang mencari masjid sunnah di dekat rumah.
Setelah belajar mendekat ke Islam, aku baru mengerti kalau selama ini masih banyak masjid yang melakukan apa yang tidak Nabi ﷺ lakukan di masa terdahulu.
Hal ini tentu bukan kapasitas ku untuk menjabarkan, mungkin bisa dibaca sendiri dengan sumber langsung dari para ulama.
Waktu itu aku berdoa,
"Ya Allah, pertemukanlah masjid sunnah di dekat rumah," dalam batin kala itu ketika di Masjid Nurul Iman Blok M Square.
***
Diri ini merasakan kenyamanan yang tak bisa dijabarkan. Meskipun aku tau, kehidupan ku juga masih susah payah dalam belajar sunnah. Aku masih belajar dan akan terus belajar, insyaAllah.
Dan pada akhirnya Allah kabulkan harapan tersebut. Tanpa menunggu waktu lama, mudah sekali bagi Allah menggerakkan kaki ini menujunya dan ternyata tidak perlu cari jauh-jauh, dia juga ada di sekitar.
Alhamdulillah.
9/1/22
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#10
Setiap bus tranjakarta yang ku tumpangi lewati daerah pemakaman umum, ku sempatkan untuk menoleh dan berpikir, "suatu kepastian kelak aku akan berada di alam itu. Lalu apa yang sedang engkau siapkan, Aina?"
7/1/22
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#9
Ada yang orang tuanya setuju, tapi si anak ngga setuju. Ada yang anaknya setuju, tapi orang tuanya ngga setuju. Entah apapun alasan dari ngga setujunya itu, ketahuilah itu salah satu indikasi bahwa dia bukan yang terbaik. Selalu ada hal yang menghalangi dan mempersulit seremeh apapun alasan itu. Tugas kita percaya, akan ada waktu dimana orang tua kita ridha dan kita pun ridha. Entah kapanpun itu, semoga Allah segerakan, ya.  Habis dengar curhat seorang Ibu satu jam lebih tentang anak dan pilihannya. 28/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#8
Jika pada akhirnya ditebas, untuk apa kamu sibuk menanam, untuk apa kamu lelah memupuk, untuk apa kamu rutin menyiram, dan untuk apa ia bertumbuh?
27/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#7
Nanti kalau aku meninggal, siapa ya yang bakalan doain aku setiap hari, setiap waktu, setiap saat? Dan jadi penasaran di akhirat nanti mau tanya sama Allah, siapa ya selama di dunia yang tulus doakan ku? 25/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#6
Siapapun yang dikasih taufiq untuk bisa atur waktu antara maisyah (kerjaan) dan menuntut ilmu agama itu another level of gratefulness. 24/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#5
"Selamat," ucapmu kepadanya yang kamu kira akan menjadi tujuan dan ternyata bukan menjadi akhir.
Aku tau, dia pun sangat ingin menjadikanmu akhir dari tujuannya. Menjadikanmu satu-satunya tempat untuk pulang, mengisi ruang sudut rumah dengan hangatnya pembicaraan, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan bersama menuju tujuan dan akhir yang hakiki.
Namun, ikatan restu ternyata tidak berpihak kepada kalian. Entah apapun alasannya, bisa jadi perihal umur, dan lain sebagainya.
Beberapa tempo lalu kamu terganggu dengan mencari rangkaian jawaban dari kata tanya mengapa yang mungkin alasan itu tidaklah masuk akal bagimu. Mengganggu waktu tidurmu, mengacaukan pola makanmu, dengan trauma yang begitu hebatnya.  
Tapi tunggu.
Lihatlah dirimu yang sekarang.
Aku lihat, atas izin Allah kamu bisa dengan cepat pulih. Terima kasih ku ucapkan kepada Allah Yang Maha Pengasih, bahwa Dia telah menguatkanmu sampai sejauh ini, memberimu taufiq untuk bisa kuat dan tegar, mengingatkanmu melalui banyak perantaraNya. Ku mohon, bertahanlah dulu, ya? Sebentar lagi. Sebentar lagi.
Tidak sekaligus, namun perlahan, kelak kamu akan paham hikmah semua ini. Hingga tiba nanti kamu dengan tegas berucap, alhamdulillah, untung aku ngga jadi sama dia.
23/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#4
"Adek baru pulang kerja Ka, lagi nyuci baju, belum ngucapin hari Ibu ke Mama," obrolan Mama di malam hari dengan Kakak yang jauh di sana lewat telepon whatsapp---Mama sambil mengharap sebentar lagi pasti aku ucapkan.
Jujur aku sedih. Karna meskipun Mama itu orangnya ceria, aku tau Mama juga pasti sedih karena ekspektasinya aku bakalan ucapin. Tapi aku lebih sedih lagi semisal ikut-ikutan hal ini, pasti ucapan ku hanya formalitas kayak yang udah-udah sebelumnya. Karna bagi ku, Mama itu mulia setiap harinya--walau aku belum berbakti secara utuh. Walaupun belum bisa balas sama hal apapun, minimal aku baru bisa mendoakan Mama.
Well, yang mau aku garis bawahin disini adalah kita emang ngga bisa pilih dilahirin sama orang tua yang kayak gimana. Bersyukurlah bagi kamu yang dihadirkan Allah sosok orang tua yang udah menjalankan segalanya sesuai aturanNya. Kamu dididik dengan aturan itu, tanpa perlu terombang-ambing dulu, futur dulu, jatuh dulu, terperosok dulu, kelam dulu, dan lain-lain (kecuali yang Allah berikan hidayah dan taufiq).
Dan juga bersyukurlah bagi kamu sebagai anak yang udah dikasih Allah taufiq untuk belajar. Jadilah pemutus rantai dari ketidaktahuan aturan itu untuk anakmu kelak serta jangan pernah sesekali kamu salahkan keadaan, apalagi orang tua. Semua atas izin dan takdir Allah. Kalau kamu salahkan keadaan, aku khawatir itu menyalahkan ketentuan Allah.
***
Kembali perihal orang tua dan ucapan Hari Ibu.
Kita harus perbanyak lagi sabarnya. Jangan serta merta kita baru belajar, dengan gampang mudah judge orang tua. Kalaupun orang tua tanya, tentu ada metodenya lagi dan harus hati-hati perihal pemilihan diksi.
Konteks aku ini bukan perihal fiqh hukum mengucapkan Hari Ibu. Hal itu di luar batas kemampuan ku, kalian bisa cari sendiri dengan guru. Konteks aku adalah kesalahan ku ketika ucapkan Hari Ibu, aku merasa ucapan itu sekedar formalitas, mengkhususkan hari, yang padahal kalimat-kalimat sweet itu bisa diucapkan setiap hari. Dan aku merasa belum sehebat itu dalam mengamalkannya. 
Dan kalau di posisi demikian, ga bisa serta merta juga bilang, "adek ngga merayakan itu Ma. Karna blablabla." Tahanlah dulu. Diamlah dulu. Nasehat dari Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri (حفظه الله) dalam tanya jawab, untuk mengambil hati orang tua dan mengubah dari suatu kebiasaan yang mengakar itu butuh metode. Misal kita mau Ibu paham perihal ini atau ada hajat yang kita inginkan namun Ibu belum merestui, coba sering-sering dulu kasih hadiah, beliin tas, beliin baju, pulang kerja bawa makanan, sering-sering transfer uang, dan lain-lain. Ini bukan sogok dan bukan berarti orang tua matre, bukan. Tapi ini sedikit metode untuk mengambil hati. Dibuat senang dulu, wanita mana yang ngga suka dikasih hadiah?
Kalau udah senang, kita bisa sedikit kasih tau atau sampaikan hajat kita, beliau (حفظه الله) menasehati.
Karna sekarang sedang di posisi belum bisa kasih hal ini itu, yang baru bisa ku lakukan adalah diam dahulu, tahan dahulu, sabar dahulu, dan kasih surprise sesuai kemampuan, bi idznillah.
22/12/21
1 note · View note
anvhrn · 2 years
Text
#3
Beberapa hari ini aku lagi ikut kelas tentang persiapan marriage. Beberapa materi di antaranya itu perihal dandan atau tampil cantik di depan suami, persiapan menu makanan, homemade dekorasi rumah, ide bermain anak, menjadi Ibu penuntut ilmu, dan lain-lain.
Aku sadar, awalnya melihat itu semua bagi ku berat, karna belum tau ilmunya dan belum pernah dengar pembahasan mendalamnya. Dan setelah dengar pembahasan dari webinar lain oleh Teh Karina Hakman, beliau bilang yang intinya jangan dipersulit dengan pikiran-pikiran yang sulit. Dan aku gabungkan nasehat itu dengan guru ku (hafizhahullah) dalam pelajaran bahasa Arab, “dibuat enjoy (happy) saja belajarnya.” Simpel dan sebenarnya cocok untuk semua hal dan semua bidang. Pun, dari buku Atomic Habits, salah satu dari beberapa hal yang bikin new habit atau habit baru kita bisa konsisten adalah tentu yang pertama taufiq dan pertolongan dari Allah, kemudian kita ngejalanin itu dengan bahagia dan insyaAllah terbentuklah repetisi. 
***
Sorotan pertama, perihal dandan.
5 bulan lalu aku baru mulai belajar skincare. Seumur hidup, aku baru pakai sunscreen wajah itu mulai bulan Juli 2021, itupun ikutan gara-gara melihat teman. Dulu aku secuek itu sama perawatan diri. Cukup cuci muka, body lotion, udah. Tapi alhamdulillah atas izin Allah, aku ga pernah jerawat yang mengganggu, ga sedikit juga teman-teman tanya aku pakai skincare apa. Dulu pakai lipstik pun kalau sempat, karna dulu terlalu sibuk organisasi. Dan menurut aku saat itu, uangnya mending buat hal bermanfaat lain daripada numpuk produk skincare dan make-up. Jadi kesimpulannya, dulu menurut ku perawatan itu ngga ada manfaatnya hahaha maafkan. Dan Juli-September 2021, aku baru cari tau dan baru paham jenis-jenis suncreen, moisturizer, primer, bedak, dan lain-lain. Bulan September 2021, sampai di tahap aku nemu produk yang cocok di kulit. Aku mulai beli serum, sunscreen, bedak, eyebrows, pencil eyeliner, eyeshadow, dan lain-lain. 
Oktober 2021 atau baru sebulan suka sama proses perawatan diri, tiba-tiba aja di sosmed ketemu dengan salah satu coach yang dia concern di produk make up dan skincare natural ingredients. I mean, the real natural ingredients. Qadarullah.. Qadarullah..
Ternyata paham fungsi skincare aja ngga cukup, ya. Harus tau isinya alias komposisi dari produk itu. Karna kata beliau (semoga Allah menjaganya), skincare atau make up yang dijual di pasaran itu banyak kandungan yang ngga baik. Aku yang baru aja suka perawatan, tiba-tiba aja langsung batin, “ini mau lepasin aja apa gimana ya, ini ga baik buat aku. Rasanya mau berpindah ke produk yang aman dan baik untuk tubuh.” Alhamdulillah qadarullah, walaupun belum semua, ada beberapa produk yang udah aku langsung lepas karna setelah cek di website skincarisma.com, komposisinya itu bahaya banget! 
Dan sebetulnya ada poin dari kacamata lain yang ingin aku sampaikan dan ini hikmah yang luar biasa banget buat ku. Betapa Allah benar-benar bantu hambaNya yang ngga tau apa-apa tentang perawatan diri, apa bahayanya, apa kandungannya. Ternyata sempat cuek untuk perawatan di masa lalu itu ada manfaatnya juga. Bisa pending waktu dari terlalu banyak masuknya bahan kimia ke tubuh. Aku ngga bilang dulu aku bebas dari bahan kimia. Dulu aku juga pakai lotion, deodorant, sabun, shampoo dari merk yang tentu banyak bahan kimianya di pasaran---bahkan sekarang juga, seperti yang aku bilang belum lepas semua karena bahan natural itu tentu mahal. Tapi poin ku disini adalah, ketika aku mulai buka diri untuk perawatan, ternyata dipertemukan sama produk yang salah, dan lebih-lebih itu membahayakan. Ternyata dipertemukan sama produk yang salah juga bisa jadi hikmah. Yang pada akhirnya belajar, cari tau apa buruknya dan dimana salahnya, dan berniat menuju perawatan yang lebih baik, insyaAllah.
Cerita ini fakta, sekaligus analogi dari fakta yang lain. Semoga Allah memaafkan segala ketidaktahuan ku, kecerobohan ku, kesalahan ku. Aamiin.
***
Sorotan kedua, perihal meal preparation. 
Aku belum terlalu passion masak. Tapi alhamdulillah, setiap aku masak selalu diapresiasi. Bahkan Mama sampai bilang, “tuh ade bisa masak kok,” dan sering dilanjut dengan kalimat, “nanti kalau punya suami, harus sediain masakan untuknya ya. Makanan harus selalu ada untuk suami.” It means, adek harus lebih rajin lagi nanti masaknya. 
Dan bagiku untuk mengawalinya adalah belajar manajemen food preparation. Ditulis detail budget, belanja sesuai list untuk kebutuhan per-minggu, dipotong rapi, dipisahkan di satu wadah dan dimasak sesuai jadwal Senin-Minggu. Seru sekali. 
Semoga Allah mudahkan untuk terus belajar dan diamalkan.
21/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#2
Bismillah.
Kita ngga akan pernah bisa ngontrol orang lain untuk bisa ngikutin sesuai standar atau ekspektasi kita.
Yang kita bisa adalah kontrol diri dan pikiran kita ketika orang lain ternyata di luar dari ekspektasi kita.
Kalo misalnya, kita naruh ekspektasi ke orang, contoh si Z itu dikenal dengan orang yang baik dan ekspektasi kita pasti dia ga pernah ngelakuin kesalahan terus tiba-tiba realitanya dia missed di satu hal, entah itu biasa aja, buruk atau buruk banget. Maka yang kita bisa lakuin adalah kontrol diri kita ketika si Z itu diluar ekspektasi yang udah kita buat sendiri sebelumnya. Kita kasih banyak udzur kalau itu terjadi.
Bukan malah sebaliknya, kadang secara ga sadar kebanyakan kita malah nyalahin si Z itu, seakan nuntut harus selalu sesuai standar ekspektasi kita tentang dia. Ketika dia salah, kita langsung jadiin bahan omongan alias ghibah, dianggep 'harusnya dia ga gitu....', 'eh gila ya gue ngga nyangka masa dia....', dan lain-lain. 
Yang perlu kita inget, manusia bukan malaikat, ngga ada manusia yang luput dari kesalahan. Bisa jadi, orang yang di-ghibahi itu udah Allah ampuni, dan kesombongan kita yang anggap orang lain rendah itu justru Allah hukumi.
(Terlalu banyak curhatan yang masuk dan bagi ku sangat berat kalau isi cerita tersebut bukan ikhtiar mencari solusi tapi lebih mengarah ke ghibah. Aku mohon teman-teman, jangan pancing diri ini untuk melakukan hal demikian. Padahal bisa jadi aku lebih buruk dari orang yang kalian adukan--semoga Allah ampuni).
Aku minta maaf pasti ada juga hal dimana aku bicarakan orang lain. Teruntuk kalian yang pernah mendengar hal demikian dari aku di masa lalu atau di masa sekarang, aku minta maaf dan semoga kita bisa saling mengingatkan.  
20/12/21
0 notes
anvhrn · 2 years
Text
#1
Bismillah.
Aku lihat, banyak dari sekeliling ku yang membawa dampak bermanfaat untuk sekitarnya, atas izin Allah. Namun ketika aku melihat ke diri sendiri, aku masih jauh dari hal demikian. Bahkan, manfaat untuk diri sendiri saja sepertinya masih jauh, masih jauh dari mendapatkan ilmu yang bermanfaat--semoga Allah beri aku hidayah. Oleh karenanya, dengan izin Allah aku mencoba untuk menulis di laman tumblr ini, dengan tujuan semoga bisa bermanfaat sebagai pengingat diri pribadi. 
Diri ini hanya manusia biasa yang banyak salah dan dosa, semoga Allah ampuni diriku dan kita semua.
Mohon didoakan semoga tulisan di halaman ini ada manfaat terutama untuk diri sendiri, menjadi pengingat pribadi dikala futur, di saat hilang arah atau bahkan tersesat. 
......كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ 
“Semua bani Adam sering melakukan kesalahan......” (HR. Ibnu Majah)
Mohon didoakan semoga diri ini selalu dalam naungan hidayah Allah. Jika diketahui aku melakukan salah, mohon diingatkan dan mohon didoakan semoga diri ini bisa kembali kepada Allah dan Allah mengampuni dan menerima taubat ku. 
“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) doa anak shalih.” (HR. Muslim)
Selamat datang.
Selamat datang di halaman yang mungkin ini juga salah satunya yang akan tersisa ketika aku wafat nanti.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّابِ
0 notes