Tumgik
annisamsyaf · 3 months
Text
Dulu Kami Tidak Belum Tahu
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, kehidupan terasa sangat menyenangkan. Meskipun harus ditempuh belasan km perjalanan dan puluhan km pulang-pergi, memiliki banyak teman bergaul dari berbagai sirkel membuatku senang. Salah satu temanku dulu saat SMA adalah dia, yang sekarang menjadi suamiku.
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, tepatnya pertama kali bertemu, aku sedikit lupa. Seharusnya kami pertama kali bertemu saat kumpul dalam regu ospek yang sama, yaitu Gugus 4. Dulu ada sebuah buku yang harus diisi biodata teman seregu dan ada data suamiku di sana, berarti dulu kami pernah bertukar biodata 😅
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, 5/6 masa sekolah kami, kami habiskan menjadi teman sekelas. Awal-awal sekelas pun kami tidak terlalu sering berinteraksi karena tempat duduk kami jauh. Kami pun tidak saling memperhatikan. Hanya tahu bahwa kami sekelas.
Selang tahun-tahun berikutnya, aku dan suamiku sekelas lagi. Kami mulai sering berinteraksi karena bangku kami berdekatan. Kami juga suka mengobrol hal-hal receh, bermain game SOS bersama, makan bekal bersama, sehingga kami membuat geng gendok ceria bersama teman kami lainnya.
Meskipun kami intens berinteraksi saat itu, setelah kami saling konfirmasi pasca menikah, kami tidak pernah sekalipun menaruh perhatian lebih satu sama lain. Murni berteman. Kira-kira percakapan kami seperti ini:
🧕 ayang, kayanya dulu aku ga pernah kepikiran deh bakal suka sama ayang, soalnya ayang bukan tipeku. Jadi aku ngerasa bebas jadi diri sendiri, gak takut mau dinilai macem2 karena ga pernah tertarik sama ayang untuk jadi pacar/pasangan.
👨🏻 iya sama, aku juga gitu. Aku juga engga ngerasa harus bersikap gimana karena ayang juga bukan tipeku. Ya mungkin emang karena kita jadi diri sendiri makanya berjodoh akhirnya. Karena aku bisa menjadi diri sendiri dan ayang juga.
Saat percakapan itu terjadi, aku jadi berpikir kembali. Iya juga ya. Dulu aku sangat tidak membangun image apapun di depan suamiku. Ya apa adanya saja. Riweuh sebagai remaja, yang mana suamiku sebenarnya sukanya yg kalem. Aku tidak berusaha menjadi kalem karena akupun tidak suka pada suamiku, jadi aku tenang karena “ah ga mungkin dia suka sama aku yang riweuh ini”.
Dia juga sama. Dia orang yang sangat introvert, fokus kalau belajar, tapi suka menjadikan aku tempat curhat tentang cewek yang dia suka. Kan aku jadi tahu ya tipe dia seperti apa. Dia juga merasa bebas menjadikan aku tempat cerita yang pas karena dia pun tidak merasakan perasaan lain selain teman biasa.
Lucu kalau dipikir-pikir.
Justru berawal dari pikiran kami yang sama-sama “ah ga mungkin juga dia suka, aku juga ga suka dia” malah ujungnya jadi suami 🤣 . Saat lamaran, kami bilang ke keluarga bahwa kami sudah kenal sejak SMA, memang teman biasa. Eh pada tidak percaya 🥲 padahal semurni itu pertemanan kami. Sampai-sampai kadang aku suka merasa risih kalau dulu berinteraksi terlalu dekat karena takut disukai dia 🤣 . Maaf ya suamiku 🤣🙏🏻
Kami betulan teman, teman yang baik, dan tidak pernah berpikir atau berharap akan melangkah jauh sampai hari ini.
Saat Papapku meninggal, dia melayat ke rumahku, mewakili teman-teman katanya. Kata dia (setelah menikah baru cerita), dulu gak tahu kenapa dia merasa harus melayat, karena merasa aku adalah temannya. Aku dulu juga berpikir, kenapa dia yah yang jadi wakil teman-teman buat datang, padahal rumahku dan rumahnya ujung ke ujung, tapi aku pikir, mungkin memang iya dia satu-satunya teman cowok yang dekat denganku (karena sering berinteraksi).
Akupun waktu itu datang ke wisudanya, tidak mengkhususkan untuk dia saja, tapi karena yang lain wisuda juga. Dia tak datang ke wisudaku tak apa, tak ngaruh juga. Kalau tidak salah saatku wisuda dia sudah ke Jakarta untuk bekerja. Pernah waktu itu kami bercanda seperti ini.
🧕 parah lah ayang ga dateng wisuda aku, padahal aku dateng wisuda ayang loh
👨🏻 wkwk lah orang ga dikasih tau kapan wisudanya
🧕 iya juga sih wkwk
Dulu, kami benar-benar tidak tahu apa-apa. Pertemanan ini terlalu murni. Tidak mengharapkan apa-apa. Jika dulu disodorkan pertanyaan, mungkin gak cewe dan cowo bersahabat? Ya mungkin aja ini aku sama dia bersahabat doang, ga lebih. Justru kalau lebih, ga ada sama sekali pikiran kami (waktu itu).
Sampai akhirnya kami sadar, di umur kami yang 26, kami saling teringat akan diri masing-masing. Sejauh pencarian, kami telah menemukan orang yang menjadi tempat kembali. Dulu kami belum tahu jika ujungnya akan seperti ini. Dari orang yang tidak pernah kami harapkan jadi pasangan, kami mulai ini sama-sama, sejak tahun 2021.
Tentu banyak penyesuaian karena dulu hanya murni berteman. Kami perlu saling mengenal lebih dalam dan alhamdulillah, kami masih berproses hingga hari ini.
Aneh kalau dipikir-pikir.
Dari sekian banyak orang yang pernah melintas di hidupku, mereka hanya lewat saja, hanya satu orang yang benar-benar berhenti dan meminta izin pada Mamahku untuk melamarku. Orang yang tidak pernah juga mengira aku (yang bukan tipenya ini) yang akan jadi istrinya.
Pada akhirnya, tipe hanyalah tipe. Asalkan keduanya mau berusaha beradaptasi dan memahami satu sama lain, berbeda dari tipe awal bukan masalah.
Sekarang aku bersyukur sekali suamiku dia. Walaupun harus pindah KTP ke Cibiru 🤣
1 note · View note
annisamsyaf · 4 months
Text
Menyesal atau Tidak
Melihat updatean kawan-kawan yg baru menikah biasanya honeymoon ke Bali, Yogya, atau bahkan luar negeri, aku jadi sedikit terpikir. Berhubung kami menikah di masa pandemi, kami memutuskan untuk tidak honeymoon jauh-jauh, tetap di Bandung saja selama beberapa hari. Selain karena pandemi, rasanya masih malu waktu itu merencanakan honeymoon dalam kondisi belum menikah, terasa terlalu privat wkwk.
Bahkan kalau melihat kondisi sekarang dan beberapa waktu ke depan, kami belum tentu bisa melakukan honeymoon lagi, bahkan jarak dekat sekalipun.
Lalu barusan aku bertanya pada sibapa
Aku: Yang, ayang menyesal ga waktu itu engga maksain honeymoon ke Bali atau ke mana gitu?
Sibapa: Engga kok
Aku: Terus ayang ada penyesalan apa selama kita menikah?
Sibapa: Menyesal kenapa menikahnya engga lebih cepat 😁
Wkwk, ada-ada aja.
0 notes
annisamsyaf · 8 months
Text
A Flashback
21 September 2023, pukul 09.19.
Tepat 86 hari pasca pengunduran diriku dari tempat kerjaku selama kurang lebih 5,5 tahun. Sembari merenungkan masa lalu bagaimana aku bisa ada di sana, apa saja yang sudah aku lalui, hingga akhirnya pagi ini aku bisa ada di tahap melakukan apa pun yang aku inginkan.
Kembali ke awal November 2017
Tentu saja diri ini ada malunya, sudah lulus sejak Agustus, tapi sampai hari ini belum dapat kerja. Lebih tepatnya belum cari kerja. Aku berpikir untuk rehat dulu beberapa bulan sampai hari wisuda datang dari segala hiruk pikuk pengerjaan skripsi ini. Memang pula belum ada yang cocok lowongan-lowongan yang ada untukku.
Hingga akhirnya hari wisuda datang, di awal November, hari yang begitu membahagiakan. Akhirnya secara resmi aku menjadi massa pascakampus dan merasa sudah cukup pulih untuk mulai masuk ke fase bekerja.
Sebuah pesan masuk saat itu. Rupanya dari seniorku di kampus. Beliau menawarkan sebuah pekerjaan. Menjadi seorang guru di sebuah bimbel dekat rumahku. Bukan bimbel besar seperti yang aku cita-citakan untuk menjadi tempat kerja, tapi ini dekat rumahku. Menurutku, tidak ada salahnya mencoba. Toh inginku sejak awal lulus adalah menjadi guru bimbel, mengajar. Belakangan aku tahu bahwa saat itu tawaran datang karena sang senior memang mendapat penawaran di tempat lain sehingga memerlukan pengganti.
Aku diminta menyiapkan berkas lamaran. Saat itu belum harus pakai surel, sehingga lamaranku aku titipkan pada seniorku tersebut. Entah mengapa saat itu aku berharap sangat ingin diterima, mungkin tadi, karena aku merasa malu jika menganggur terlalu lama.
Beberapa hari berselang aku diminta menemui pemilik bimbel. Harap-harap cemas diriku, takut ada yang salah dengan pembawaan diri, tetapi aku mantap menghadap. Aku melakukan interview singkat dan diminta menemui seniorku tadi. Ternyata aku diberi pengarahan. Aku ingat ditanya saat itu tentang bagaimana cara mengajarkan KPK dan FPB, tetapi aku tak diminta mengajar. Hanya menjelaskan bagaimana caranya, masih ingat atau tidak. Aku sebetulnya tidak terlalu excited karena niatku ingin menjadi guru Biologi. Namun ternyata, aku diterima dan diminta menjadi guru serbakelas yang memang aku dirancang untuk menangani kelas-kelas yang akan seniorku tinggalkan. Beliau membekali beberapa buku untuk aku pelajari di rumah dan perjuanganku dimulai saat itu.
28 November 2017, seingatku pukul 08.00 pagi
Adalah hari pertamaku bekerja di sana. Cukup menegangkan. Seperti kebanyakan momen pertama kali dalam hidup.
Aku ditunjukkan kelas oleh pemilik bimbel mana yang harus aku ajar. Ternyata hari dimulai dengan mengajar anak SD kelas 6. Seru juga ternyata, anak-anaknya welcome. Kebetulan aku alumni dari SD mereka jadi bisa sedikit bernostalgia. Banyak juga aku diberi kelas, ada yang reguler ada yang privat. Awalnya kaget, bukan capek, mungkin karena excited juga.
Sorenya di lain waktu aku mulai merambah kelas SMP. Aku langsung diminta mengajar IPA Kelas 9. Dengan percaya diri aku melompat bab ke bab Biologi, padahal saat itu di sekolah sedang belajar Fisika. Aku bilang pada muridku, mungkin guru Fisika nanti yang akan mengajarkannya. Namun ternyata aku salah, sampai lulus mereka belajar IPA denganku. Fisika, Kimia, Biologi. Aku pun harus mengejar kesulitan mengajar selain Biologi, tapi Alhamdulillah tidak terlalu sulit. Aku ingat waktu awal aku mengajar Fisika mereka, mereka bilang pada seniorku bahwa aku ada kesalahan dalam mengajar dan aku terima. Maklum belajar Fisika terakhir semester 1 kuliah dan babnya pun tidak berhubungan dengan apa yang aku ajar.
Mulai juga merambah ajar kelas Biologi SMA, kelas yang awalnya aku inginkan. Tidak semudah itu ternyata. Beberapa hal aku lupa lagi, bahkan yang aku ingatpun tak menjamin aku bisa mengajarkannya. Padahal saat itu aku mengajar kelas 12, sangat darurat.
Perjalananku mengajar berbagai jenjang secara serentak dan mendadak ini diperparah dengan adanya pekan intensif. Pernah suatu hari aku marathon mengajar dari jam 08.00-18.00 tanpa ada jam istirahat. Untuk sholat pun aku curi-curi, izin pada muridku. Semua ini karena ada penumpukan jadwal, belum lagi aku harus menghandle juga jika ada guru yang berhalangan hadir.
Tak kusangka, murid disini banyak juga. Namun lama-lama aku terbiasa pontang-panting dari pagi sampai magrib, bahkan sampai malam. Aku juga yang mengunci bimbel. Mamah sempat khawatir dengan kesehatanku, apakah aku lelah, apakah aku kuat. Namun saat itu, aku sangat senang mendapat rutinitas baru ini, aku bilang Mamah tak usah khawatir.
Setelah beberapa bulan berlalu
Aku mulai mengerti situasi di tempat kerjaku. Bisa ada kelas dadakan karena handle guru lain, menggabung kelas, sampai numpang belajar di masjid depan bimbel karena siswa sudah terlalu banyak. Rekan/rekanku baik, meski awalnya canggung luar biasa. Kami suka makan siang bersama dan masak bersama. Jujur aku merindukan saat-saat itu. Waktu istirahat satu jam sangat cepat berlalu. Kami suka saling curhat, menceritakan murid-murid, becanda juga. Pemilik bimbelku pun sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
Lama-kelamaan, sedikit-sedikit aku juga mengerjakan hal lain selain mengajar. Mulai diberi amanah lain. Sekalipun harus bekerja (sedikit) kuli. Diberi tugas menservice printer, membeli printer dan laptop baru, mengantarkan kunci ke rumah pemilik. Tak jarang aku harus pergi ke kota di sela-sela waktuku mengajar. Pulang-pulang harus handke kelas lagi. Namun aku senang, setidaknya aku merasa dipercaya. Mamah sempat keberatan, mengapa tugasku jadi seperti itu, seperti tugas office boy, tapi aku bilang tak apa, mungkin seperti ini cara aku memulai karierku. Aku menikmati prosesnya.
Dua tahun berselang
Sedikit banyak suaraku didengar oleh pemilik bimbel. Aku sering diminta pertimbangan ini itu. Mungkin karena akupun percaya diri dan cukup vokal untuk menyuarakan sesuatu. Kalau kata beliau, beliau percaya padaku karena aku berani mengatakan hal terburuk sekalipun kepadanya, tidak perlu bermanis-manis. Aku pun mulai mengkoordinir berbagai sesuatu seperti menyusun acara buka bersama, menjadi MC, membuat desain medsos atau brosur. Apapun aku kerjakan.
Hingga saatnya aku mulai diberi amanah untuk mengelola modul bimbel. Dari amanah ini aku jadi belajar banyak hal. Menjadi pemimpin project, menyusun laporan keuangan penjualan buku, sampai tahu tempat percetakan buku dan tempat jualan buku yang lebih murah. Aku mengerjakannya sebaik mungkin hingga akhirnya aku merambah amanah lain di penanggung jawab Try Out. Awalnya aku berdua dengan rekanku, tapi karena rekanku tak lanjut bekerja, jadilah aku sendiri.
Aku mulai merancang program yang ingin aku laksanakan. Dari dua amanah ini pun aku belajar, tak bisa kita jadi orang yang terlalu idealis, tapi untuk bertahan pada pemikiran kita, kita hanya perlu sedikit “keukeuh” dan mau susah payah menjelaskan.
Di beberapa waktu, aku pun merangkap menjadi HR amatir. Aku melaksanakan kegiatan rekrutmen guru baru. Aku biasanya mengontak kandidat, melakukan microteaching (khusus IPA dan Biologi) dan mengumumkan hasil prosesnya pada kandidat.
Akhir tahun 2019
Saat itu kami punya acara besar. Perayaan 10 tahun bimbel kami. Awalnya aku agak diminta untuk menjadi ketua pelaksana, namun karena aku mungkin sedikit terlihat keberatan, posisi ini diberikan kepada rekanku yang lain. Jujur, aku takut merasa tak sanggup karena di waktu ini aku mulaimerasa aku mengerjakan terlalu banyak hal, mulai dari yang remeh sampai yang besar. Namun pada akhirnya aku menyetujui untuk menjadi ketua seksi acara dimana aku menangani langsung penyelenggaraan Try Out Akbar bersama satu rekanku yang lain lagi, yang dilaksanakan di suatu mall, sambil menyusun perlombaan lainnya. Suatu kebanggaan juga aku diminta untuk memberikan hadiah bagi pemenang secara langsung di atas panggung.
Aku bersyukur acara berlangsung dengan lancar, namun ternyata amanah lain menunggu: penanggung jawab Try Out. Amanah ini kudapatkan pada tahun 2020 bersama rekan try outku yang tadi, namun karena beliau tak lanjut bekerja, jadilah aku sendiri yang menangani divisi ini.
Masa pandemi Covid-19
Tak dipungkiri, semua bisnis kelimpungan menghadapi situasi ini, termasuk kami. Awal mula pandemi kami masih “tutup mata”, tetap buka seperti biasa. Hingga akhirnya banyak yang jatuh sakit di lingkungan kami dan kami harus tutup sementara. Itu sekitar bulan kalau tidak salah Mei, saat anak-anak sebentar lagi akan ujian kenaikan kelas.
Beberapa pegawai karena tak mendapat jadwal yang pasti akhirnya berhenti. Pemilik memutar otak bagaimana agar bimbel ini bisa tetap beroperasi karena banyak orang yang menggantungkan hidup disini. Beliau mengajakku berdiskusi. Akhirnya setelah menawari murid peganganku untuk belajar online dan mereka setuju, kelas online pertama hadir. Ya, hanya aku yang saat itu mengajar. Senang juga bisa dipercaya jadi orang yang pertama.
Kelas onlineku kami pantau. Berkembang atau tidak yang ternyata berjalan dengan baik dan anak-anak tetap antusias walau sinyal kadang buruk juga. Akhirnya kelas-kelas online lain mulai dibuka setelah beberapa guru dirumahkan untuk beberapa waktu tanpa ada kegiatan kerja.
Peminat kelas online semakin banyak. Kami membuka lebih banyak kelas. Bahkan kami juga buat video di youtube untuk promosi cara kami mengajar. Akhirnya kami bisa bangkit lagi dan mulai kelas onsite kembali di bulan Agustus/September, dengan protokol kesehatan. Meski harus bergantian yang sehat dan yang sakit karena ya ini sudah keputusan kami. Kondisi mulai membaik seiring berjalannya waktu walau masih masa pandemi.
Akhir tahun 2021
Aku memutuskan untuk menikah pada Desember 2021. Pusingnya ada banget menyiapkan pernikahan sembari memegang dua amanah tadi. Aku mohon keringanan untuk tak mengambil jam ngajar di hari Jumat untuk keperluan mengurusi perintilan pernikahan, terutama WO. Karena gajiku dihitung perjam, pemilik bimbel tak keberatan untuk mengosongkan jadwalku di hari Jumat. Hanya saja aku harus bersusah payah menolak secara halus jika diminta mengajar oleh rekanku yang lain karena mereka tak tahu aku sedang mempersiapkan pernikahanku. Harus sedikit ngeles karena aku tak mau mengumbar kabar ini.
Sejak aku menikah, aku luar biasa menyesuaikan pola hidupku. Dari yang biasanya pulang malam karena terkadang diskusi dulu dengan rekan, sekarang sudah tak bisa. Bagaimanapun sekarang ada suami yang harus aku urus. Suamiku sebetulnya memperbolehkanku bekerja, hanya saja aku cukup tahu diri. Aku sudah berjanji, jika aku tak bisa mengatur waktu, aku akan pertimbangkan untuk resign. Suamiku setuju.
Namun karena jam kerjaku memang fleksibel, ditambah lagi kontrakanku sangat dekat tempat kerja, aku bisa mengatasi itu. Aku bisa mulai siang hari setelah pekerjaan rumahku selesai.
Tahun ajaran 2022/2023
Aku mendapat tawaran menjadi pegawai full-time sekaligus koordinator bidang SMA dan masih tetap menjabat sebagai penanggung jawab Try Out. Kupikir ini kesempatan baik, secara gaji pun ini jauh-jauh lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja model pekerjaannya seperti di kantor, gaji bulanan flat untuk 40 jam/pekan. Aku meminta persetujuan suamiku. Beliau membolehkan.
Pada awalnya aku sangat semangat. Kupikir ini saatnya bisa ikut andil langsung mengubah sistem yang menurutku sudah saatnya diperbaiki. Aku sampaikan beberapa ideku terkait beberapa perubahan. Aku bersama empat pegawai full-time lain menginisiasi digitalisasi administrasi seperti rekap jam mengajar, to do list harian, time table.
Awal-awal transisi ini sangat sibuk. Ditambah lagi pendaftar makin banyak. Seringkali sampai rumah aku sudah terlalu lelah. Mungkin aku saja yang payah ya, tapi kenyataannya begitu.
Aku coba atur jam kerja. Awalnya aku idealis mau mulai jam 08.00 supaya bisa pulang jam 17.00, tapi ternyata tak bisa karena kelas jam 17.00-19.00 bisa dibilang harus aku yang handle pada saat itu. Jadilah aku ganti jam kerjaku jam 10.00-19.00, namun karena biasanya kelas malam terpotong sholat magrib, alhasil kelas bubar pukul 19.20. Ujung-ujungnya karena kagok, aku baru bisa pulang jam 20.00. Sudah sangat ambruk.
Pagi-pagi pun aku merasa sangat tidak segar. Mungkin karena aku juga jarang berolahraga. Tahu-tahu sudah harus masuk kerja lagi dan kembali ke rutinitas itu lagi setiap hari. Belum lagi terkadang aku harus melayani pertanyaan orangtua di luar jam kerja. Kurasa sudah terlalu full aku bekerja sampai akhirnya aku merasa tugas rumahku sedikit terbengkalai. Kasihan suamiku.
Beliau suatu saat cerita bahwa beliau melihatku sudah super sibuk, jarang ada “waktu” di rumah. Inginnya beliau agar aku punya lebih punya banyak waktu di rumah. Bukan tanpa alasan sebetulnya. Beliau sudah seperti recycle binku setiap pulang kerja. Beliau yang tahu pasti ceritaku, marah-marahku, kekesalanku soal pekerjaan. Beliau ingin aku bisa lebih fresh, tak terlalu banyak beban.
Akhirnya, awal bulan Desember 2022, setelah 5 bulan menjadi pegawai full-time, aku mengundurkan diri dan kembali mengajukan menjadi pengawai part-time saja. Sebetulnya saat itu aku sudah ada kepikiran untuk resign juga karena aku rasa aku sudah cukup disini, tapi sulit untuk mendelegasikan beberapa pekerjaanku di tengah tahun ajaran seperti itu. Aku tahu itu karena aku pun sering mendapat limpahan tugas dari teman-temanku yang resign di waktu-waktu tanggung. Aku berencana akan resign mulai tahun ajaran baru. Suamiku setuju.
Beberapa bulan sebelum resign
Aku kerjakan tugasku sebaik mungkin. Di awal transisi kepegawaianku, aku jujur merasa jadi tidak solid dengan koordinator yang lain. Mungkin karena akupun tak banyak menghabiskan waktu bersama mereka lagi. Aku pun lebih banyak menghabiskan waktu kerjaku sebagai koordinator di rumah. Hanya datang saat ada jadwal mengajar, itupun sore ke malam karena aku sudah minta berhenti mengajar anak SD di siang hari karena sudah merasa tak sanggup. Aku bisa fokus di SMP dan SMA saja.
Aku handle acaraku sendiri. Pembekalan SNPMB 2023. Aku sudah merancangnya, namun karena bentrok dengan acara koordinator lain, sudahlah aku mengalah, jadi diselenggarakan secara online. Aku sudah di fase tidak mau cari ribut, sudah tak seidealis dulu. Aku berusaha mengerjakan sisa-sisa tugasku secara maksimal. Aku rancang program persiapan SNPMB untuk siswa kelas 12. Alhamdulillah pada akhirnya mereka mendapat hasil yang baik.
Bisa dibilang aku push myself to the limit, betul-betul sampai batas kemampuanku menyelesaikan amanah ini. Setelah berdiskusi dengan suamiku, aku setuju untuk resign di bulan Juni, tepat setelah tahun ajaran berakhir. Selain karena aku sudah merasa cukup, kami ada rencana untuk pindah ke kota lain mengikuti pekerjaan suami.
Akupun mulai membicarakan itu pada pemilik bimbel dan ketua yayasan. Mereka menyetujuinya karena alasan resignku pun cukup kuat. Beberapa hari sebelum resign, setelah jadwal-jadwal mulai berkurang, aku sempatkan untuk mentoring dan coaching dengan koordinator yang baru.
Hingga akhirnya tiba hari dimana semua guru berkumpul untuk evaluasi. Bisa dibilang itu adalah hari terakhir agenda kantor karena setelahnya hingga hari resign aku sudah tak ada jadwal. Aku berpamitan pada rekan-rekanku. Tak ada acara farewell seperti kebanyakan kantor dan akupun tak ambil pusing. Lebih cepat resign lebih baik kupikir.
Hari terakhir sebelum resign
Aku pergi ke kantor untuk membereskan segala barangku. Aku ambil buku ajar milikku. Membereskan lokerku. Mengembalikan segala barang kantor, kecuali kartu pegawai (kupikir untuk apa mereka menyimpan itu) dan seragam (tak akan diberikan untuk guru lain juga). Aku berpamitan lagi dengan rekan-rekan yang masih bertugas dan mulai bersiap melepas pekerjaanku dan titelku dari bimbel tersebut.
——
Epilog
Perjalanan 5,5 tahun bukan waktu yang singkat untuk pekerjaan yang awal mula dilakukan hanya sebagai batu loncatan saja, namun ternyata tetap bertahan. Bimbel itu (dulu) hanya bimbel rumahan, kebanyakan konsumennya orang-orang sekitar. Banyak juga dari kalangan tidak mampu sampai ada yang harus membayar dengan tumpukan uang recehan. Memang bimbel itu menggunakan sistem bayar bulanan, jadi mungkin lebih ringan bagi kaum menengah ke bawah.
Aku menikmati itu sebagai proses pengabdian juga. Gajiku mungkin tak seberapa, tapi ada kepuasan tersendiri mengajar anak-anak tersebut.
Hingga saatnya bimbel ini tumbuh berkembang, lebih banyak dikenal, menghadapi perubahan disana-sini, selamat dari pandemi covid (tak semua lembaga bisa), bimbel ini kurasa tak sama lagi. Konsumennya sekarang sudah beragam. Kebanyakan dari sekolah swasta, bermobil, dll.
Bahkan sekarang alhamdulillah sudah memiliki 2 gedung agar bisa menampung siswa lebih baik lagi. Namun aku cukup disini, menyaksikan dia merangkak, berdiri, berjalan, hingga sekarang sudah bisa berlari dan bersaing dengan bimbel besar di sekitar kami. Aku cukup senang dan puas bisa menjadi bagian dan saksi pertumbuhan dan perubahan bimbel ini, hanya saja rasanya untuk lanjut mungkin sudah tak bisa. Mungkin sudah saatnya aku mencari tempat lain untuk aku bisa mengembangkan diri lebih baik lagi.
Dan kini, aku di rumah. Menanti masa-masa kepindahanku ke ibukota yang tinggal beberapa minggu lagi. Akhirnya suamiku sudah dapat kepastian untuk pindah. Rasanya excited untuk memulai hidup yang baru.
Aku bertanya pada suamiku, apa yang beliau rasakan setelah aku resign. Katanya kita jadi jarang berantem dan rumah lebih rapi dan makanan terjamin 😅
Dasar aku, si tidak pandai multitasking, harus resign dulu agar suami terurus 😅
Terima kasih untuk mantan kantorku, benar-benar aku belajar dari nol, dari kecil, dari susah. Terima kasih juga atas kepercayaannya, izin pamit untuk terbang lebih jauh lagi, lebih tinggi lagi. 👋🏻
1 note · View note
annisamsyaf · 9 months
Text
Benar adanya manusia adalah makhluk yang senantiasa mengeluh. Kalau dibayangin, lucu juga.
Belum dapet kerja ngeluh, udah kerja juga ngeluh
Belum dapet anak ngeluh, udah punya anak juga ngeluh
Belum nikah ngeluh, udah nikah juga ngeluh.
Dan kondisi lainnya.
Memang apa-apa yang dikeluhkannya berbeda, tapi jika mengingat-ingat kita mengeluh sambil berjuang, berdoa banget banget untuk mendapatkan A, lalu Allah kabulkan A ini, kita menjalani A, ngeluhin kalau A ini begini begitu, kita seperti lupa bahwa bukankah ini yang dulu kita inginkan?
Pantesan suka ada yang bilang
Apa yang kamu miliki sekarang harus disyukuri karena bisa jadi kondisi inilah yang orang-orang inginkan.
Yang belum kerja, punya banyak waktu luang, mungkin dipengenin sama yg sibuk kerja.
Yang udah kerja, punya duit buat jajan, mungkin dipengenin sama yang lagi cari kerja.
Yang baru resign, punya kembali waktu bersama keluarga dan melakukan hobi, mungkin juga dipengenin sama yang sekarang lagi burn out kerjaan di kantor.
Yang belum nikah, nikmati masa-masa lajang yang bebas. Raih segala mimpi yang sekiranya kamu pikir kamu akan sulit melakukannya jika nanti sudah nikah atau punya anak. Beberapa dari yang sudah menikah bahkan punya anak tak sedikit yang berpikiran ingin kembali ke masa lajangnya.
Yang udah nikah, nikmati momen bersama pasangan, saling pacu potensi bersama. Bisa banyak menghabiskan waktu berdua, tanpa ada yang harus diurusi makannya, minumnya, pakaiannya, segalanya. Yang sudah punya anak mungkin akan kangen kondisi ini.
Yang udah punya anak, nikmatilah masa tumbuh kembang anak. Menghadapi dunia bersama. Hidup sebagai keluarga yang bahagia. Entah berapa banyak pasangan yang menantikan buah hati tapi tak kunjung diberi, ini impian mereka, dan kalian sudah mendapatkannya.
Sabar dan syukur memang kombinasi yang pas untuk menjalani kehidupan ini. Keinginan untuk mengeluh itu hampir pasti bisa mengenai semua orang dalam semua kondisi, tapi kita juga punya pilihan untuk tidak mengeluh, sabar dengan prosesnya, syukuri keadaannya, manfaatkan kondisinya, dan lakukan yang terbaik.
Mudah memang kalau hanya bicara, tapi mari kita coba.
3 notes · View notes
annisamsyaf · 9 months
Text
Cicak dan Sibapa
Mungkin orang-orang yg kenal aku atau yang pernah melalui persinggungan masa-masa kehidupan bersamaku tahu bahwa aku takut banget sama cicak. Sejak dulu pun kalau ada cicak di rumah pasti ga berani ngatasin sendiri. Ada cicak di kamar mandi, ada cicak di kamar, ada cicak di sana dan sini pasti minta tolong papap (karena kalau minta tolong si ade pasti malah dikasihin atau minta tolong mamah, mamah pun ga berani).
Sampai-sampai seniorku di kuliah pun pada tahu kayanya aku takut sama ini binatang. Waktu praktikum Vertebrata, aku ga berani megang sama sekali bahkan ga mau liat dia ada di hadapan. Syukurnya, pas ujian sesiku, asdosnya baik-baik, hewannya diganti gambar. Sesi lain pakai cicak asli 🥹🤪
Singkat cerita, setelah menikah pun ketakutan ini masih aja terus ada, tetapi sasaran minta tolongnya sekarang ganti. Sibapa.
Kalau ada cicak yg mengganggu, Sibapa pasti sigap menyergap hingga mereka mati tak berdaya. Terlihat sangat berani menjadi pembunuh berdarah dingin. Sampai suatu ketika aku bertanya.
Yang, ayang kok berani sama cicak?
Lalu jawaban beliau sedikit mengagetkan
Sebenernya aku juga takut tau. Cuma kalau aku takut dan ayang takut, gimana, siapa yang mau bunuh. Ayang kan pasti gamau dan takut banget.
Huhuhu. Beliau ternyata takut juga tapi mau memberanikan diri melindungi aku dari ketakutanku. Ini salah satu hal yang harus disyukuri dari menikah denganmu, Bang. 😭🫶🏻
Kalau dengan yang lain belum tentu lah mereka mau 🥹
0 notes
annisamsyaf · 11 months
Text
Which one is better? Idk. Mari bersyukur saja.
Setengah tahun pasca kuretase. Aku merasa beberapa plus minus ya terutama untuk siklus haidku.
Mungkin aku bahas plusnya dulu ya:
1. Panjang siklus haid relatif normal.
Sekitar 30 harian, not more than 35 days. Sebelum hamil dan kuret, kalau haid tuh siklusku bisa dibilang panjang sampe 38-40 hari, tapi memang segitu terus tiap bulan. Pernah sih 3 bulan ga haid tapi itu karena nyiapin acara yg menguras bgt otot dan otak sih dan pas maghribnya acaranya beres langsung haid masa. Beneran pengaruh stress kayanya.
2. No more terrible cramps
Dari kecil sampai sebelum hamil, kalau haid tuh kramnya suka parah banget, sampe kek ingin pingsan gitu loh padahal darah engga seberapa banyak banget (banyak sih tapi banyak aja lah, paling kalau banyak gerak/malem banyaknya). Pernah waktu itu tiba2 haid pas lagi praktikum (praktikum gaboleh bolos sekalipun btw, boleh sih tp susulannya superribet dan lebih baik tidak yah), aku berusaha minta izin tp gadibolehin gt, akhirnya aslabnya berbaik hatilah menyuruh aku duduk aja gpp gausah bolos. Sampai duduk dilantai meluk perut karena gakuat sakitnya. Pernah juga pas mau pergi kuliah, lagi jalan ke pangkalan ojek tiba2 sakit banget kram sampe aku balik lagi dan ga kuliah. Ya segitunya lah ya bayangkan, tapi biasanya intensitas tinggi setiap 2 bulan sekali like bulan ini sakit bgt, bulan depan sakit aja, bulan depannya sakit bgt lagi.
Nah habis kuret tuh aku malah ngerasa, jarang bgt kram, kayanya minim lah kalaupun ngerasain kram engga sampe kek mo meninggoy gt lagi, alhamdulillah. Bisa lebih fleksibel beraktivitas.
Nah sekarang mari kita bahas minusnya:
1. Volume darah haid banyak
Nah habis kuret tuh masa pemulihan (habis darah bener2) tuh cukup lama ya tp masih di batas masa nifas, cuma aku sampe ke dokter lg karena bingung knp ini masih keluar darah terus.
Beberapa waktu berselang aku mulai haid lagi dan setelah kuret tuh setiap haid (terutama beberapa bulan kebelakang) tuh kerasanya banjir banget. Biasanya banyak aja sih dan cukup pake pembalut yg panjang aja itu engga terlalu sering ganti. Nah pas abis kuret, ini pembalut panjang bisa sampe berkali-kali ganti karena beneran penuh sampe bener2 ga betah ingin langsung ganti. Ini masih berlangsung sampai haid terakhir.
2. Sakit kepala hebat di masa PMS
Nah kalau dulu pas masa PMS tuh ga ngerasain hal2 berubah secara signifikan, tapi habis kuret ini tuh tiap mau deket tgl haid tuh mesti sakit kepala yang berat banget gitu. Bener2 sekepala sakitnya, bukan migren, tapi kadang sampe demam jg. Jadi biasanya kalau pusing bgt gitu aku tiduran/minum paracetamol biar bisa kerja, mayan ngefek yah minimal aku ga sakit bgt kalau ngajar.
Segitu sih yg mau aku ceritain. Aku kepikiran terus dan ingin nulisin ini supaya bisa diingat dan sharing jg ke yg lain. Hehehe, tp skrg masih ada yg baca tumblr ga sii?
2 notes · View notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Pasha
Itulah nama salah satu muridku. Pertama kenal tahun 2021, di kelas Biologi. Waktu itu masih murid baru. Semua murid saat itu di mataku mungkin sama, sama-sama baru mengenal “biologi” sebagai mapel yang terpisah dari “IPA”, namun melihat Pasha ini berbeda.
Sejak awal belajar Pasha terlihat sangat antusias. Biasanya orang-orang belajar biologi tuh hanya dengerin ceramah dan mencatatnya, Pasha selalu banyak pertanyaan. Membuatku tertantang dan tak sabar menunggu minggu depan untuk mengajarnya lagi.
Ingat waktu itu sedang belajar cabang ilmu biologi, sekalian aku promosi bahwa biologi itu luas banget. Dia banyak pertanyaan mengenai cabang ilmu itu.
Waktu demi waktu terlewati, belajar bersama Pasha bukan tanpa tantangan juga. Pernah suatu ketika, aku melihat dia terus-terusan bermain hp saat aku menerangkan, di saat teman2 lain belajar dengan serius. Saat dia bertanya sesuatu, aku menjawab dengan ketus karena kesal, dan dia balas ketus juga.
Di sisa waktu belajar, aku merasa bersalah. Tidak seharusnya aku bilang seperti itu. Untungnya hal tersebut tak jadi panjang karena aku mulai paham dan mengerti bagaimana sifat dia. Padahal pernah ada kejadian di kelas Bahasa Inggris, dia ditegur dan tidak mau masuk kelas itu lagi hingga akhirnya harus ganti guru. Lantas aku bertanya “Kalau biologi perlu diganti ga gurunya?” Lalu dia jawab “Oh jangan atuh miss” bahkan katanya aku jangan hamil dulu biar tetep bisa ngajar dia.
Kalau dia main hp terus, berarti dia bosen, dan itu tandanya dia sebetulnya udah paham.
Itu yang aku ambil sepanjang 2 tahun ini mengajar Pasha sehingga aku mulai terbiasa.
Aku pernah bertanya dia mau masuk kuliah jurusan apa, lalu dia menimpali dengan bertanya “Biologi tuh nanti kerjanya jadi apa miss?”
Senangnya ada yang mau masuk biologi karena dari hati, bukan pelemparan pilihan 2 seperti aku 🥹
Dengan senang hati aku jelaskan pengalamanku selama kuliah, prospek ke depan seperti apa, dll.
Kemarin aku mengajar dia lagi, sendirian karena dia mau ujian. Biasalah awalnya ngantuk2 karena dia cape juga mungkin habis latian band, tapi akhirnya dia antusias lagi dan banyak bertanya lagi. Terlihat dia bertanya karena ingin tahu dan ada ada saja pertanyaannya.
Bagiku, murid yang bertanya itu membuat kelas lebih hidup. Membuat aku merasa dihargai sebagai seorang guru. Membuat guru merasa dipercaya untuk menjadi tempat mencari tahu.
Besok-besok dia akan jadi siswa kelas 12, sayangnya aku memutuskan untuk resign di tahun ajaran baru.
Sempat sedih ketika aku berpikir tentang resign dan teringat Pasha.
Dengan siapa nanti dia belajar?
Bagaimana kalau dia banyak tanya pada guru baru? Akankah tetap antusias atau tidak.
Entahlah, yang ku bisa hanyalah mendoakan supaya kelak menjadi apa yang dia inginkan dan terbaik untuk masa depannya.
4 notes · View notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Rachel Goddard
Aku: Yang, aku mau nonton ah *play Rachel Goddard*
Ayang: Ooh nooo! Rachel Goddard!!! I dont like Rachel Goddard!
Aku: Kenapaaa?
Ayang: So riweuuuh~
🥲🥲🥲🥲
1 note · View note
annisamsyaf · 1 year
Text
Hari yang Menyenangkan
Bandung, 18 Februari 2023
Hari itu adalah hari Sabtu. Rencananya keluargaku dan keluarga suamiku akan pergi bersama ke Gunung Papandayan. Senang sekali dalam anganku jika dapat melihat keluargaku dan keluarga suamiku berlibur bersama, berada dalam satu bingkai yang sama, ya selain waktu kami menikah hehehe.
Namun qadarullah, perjalanan ini tidak jadi karena satu lain hal. Sebagai gantinya, aku mengajak ibuku berjalan-jalan santai. Sudah lama juga tidak bepergian berdua ibuku setelah aku menikah.
Pagi itu sebetulnya cukup kurang fit, mungkin karena malamnya tidur terlalu larut. Alhasil aku terlalu lama leyeh-leyeh dan saat jam 7.00 aku cepat-cepat membuat sarapan untuk suamiku, beberes sedikit, dan langsung mandi.
Singkat cerita, aku pergi ke rumah ibuku dan menjemputnya. Tujuan pertama kami ke Kupat Tahu Gempol kesukaan ibuku.
Tumblr media
Bumbunya perasaan lebih kental dari biasanya dan lebih ENAK! Hahaha. Namun seperti biasalah, penuh yah ngantri banget.
Habis itu, kami ke toko kerudung Alisha. Ibuku mau beli kerudung warna pink. Seperti biasa, warna pink bagiku adalah peach bagi ibuku 🤣 sehingga aku menyerah jika memberi saran tentang warna pink dan gradasinya 😅 tapi kusenang karena aku dibelikan bergo yang sangat nyaman, saking senangnya langsung aku pakai karena kerudung bawaanku memang terlalu pendek juga dan tidak nyaman. Terima kasih Mah! Hehe.
Pulangnya dari situ, kami ke Yogya Kepatihan. Wah ramai ya. Sebetulnya niatku kesitu mau beli sendal. Sendalku sudah sangat mengkhawatirkan, sudah di tahap bingung pakai apa kalau mau pergi. Literally tidak ada lagi pilihan. Jadi ini waktunya aku beli. Lagian aku mau bayar pakai voucher yang merupakan honorku waktu jadi moderator 2 pekan lalu hehe. Alhamdulillah, cuma ibu-ibu tetaplah ibu-ibu. Rencana beli A, yang dibeli A-B. 🥲 hasilnya ya totos, tak hanya voucher, namun duit ikut melayang 🥹
Sekalianlah kami mampir ke toko tas kulit di Kings. Takut tidak ada waktu lagi untuk beli kado ultah untuk ibu mertuaku nanti tanggal 28 Februari. Ibuku ikut memilihkan.
Ibu-ibu mah yang gini atuh… (sambil nunjuk dompet yang ukurannya panjang)
Yasudah aku menurut sebagai yg lebih muda wkwk. Sebetulnya aku sedikit memikirkan, apakah ibuku tidak apa-apa, tak ikut aku belikan sesuatu dari toko itu? Lantas aku tawari terus-terusan, barangkali beliau ingin beli apa.
Ga usah, kan udah dibeliin waktu kemarin mamah ulang tahun, buat apa banyak-banyak.
Ya betul sih, Oktober lalu baru aku belikan juga tapi tetap saja seperti ada rasa tidak enak 🥲 tapi yasudah berakhir tidak membeli apa-apa lagi.
Setelah itu, kami makan siang di Ibu Imas, kesukaan kami. Ibuku hanya makan nasi dan ikan mas goreng kering. Katanya bosan makan ayam. Yasudah gapapa, yang penting mau makan ya.
Terakhir kami ke Uwa ambil rambutan hasil panen dari Subang. Banyak sekali.
Dan sampailah kami di rumah ibuku. Aku cepat pulang karena hari akan hujan, suamiku juga kasihan ditinggal sendiri hehe. (Memang gamau ikut katanya, biar aku dan ibuku santai).
Hmm, sepanjang perjalanan senang sekali. Menghabiskan waktu bersama ibuku, bercerita banyak hal, berdiskusi banyak hal seperti dulu, mendengarkan ceritanya. Terasa seperti tidak nyata. Setelah menikah sesulit itu punya waktu bersama orang tua di sela sibuk kita, yang mungkin hanya sanggup mampir nginap besok pulang 🥹
Dan ini kata ibuku.
Tumblr media
Jujur, aku ngerasa berubah. Untukku, saat ini, gausah gengsi-gengsi lagi sama orang tua. Bilang terima kasih sebanyak-banyaknya selagi bisa. Ekspresikan sayang kita dengan cara apapun yang kita bisa. Doakan juga, itu yang paling penting.
Sehat terus Mamah! Luv u! 💕
15 notes · View notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Titik Jenuh
Semua ada masanya.
Semua ada titik jenuhnya.
Tepat kemarin sore, menuju malam.
Jenuh ini sudah diambang batas.
Setelah enam tahun berlalu.
Akhirnya aku jenuh juga.
Mungkinkah aku lari?
Bisakah sekarang?
Ada yang punya jawaban?
0 notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Semenjak Bersama
Setelah kurleb satu tahun menjalani pernikahan bersama sibapa, ada banyak hal yang terjadi, baik positif maupun negatif. Yin dan yang lah ya kehidupan ini.
Merasa cobaan hidup makin meningkat intensitas maupun bobotnya, tapi bedanya sekarang ada yang nemenin. Apapun bentuk kehadiran sibapa kerasa berarti banget, sebaliknya pas beliau ga ada kok hidup kaya hampa banget yah? Haha.
Menjalani kehidupan bersama emang ga mudah. Harus menyelaraskan nilai kehidupan di sana sini karena masing-masing punya nilai yang dibawa sejak kecil, bawaan keluarga.
Aku mungkin gini, tapi sibapa kok gitu? Sabar.
Sibapa maunya ini, aku maunya itu? Belajar nerima.
Keluargaku sama keluarga sibapa beda? Toleransi.
Tapi semua itu terasa, yasudah nanti juga lewat, dilewati bersama kerasa aja lebih mudah.
Puncak-puncak kesulitan itu pas kemarin, ga nyangka sibapa se-care dan se-helpful itu. Mau ngurus ini itu, sedangkan kalau di rumah apa-apa aku yg urus biasanya (meski ada juga bagian sibapa). Allah sayangi aku dengan mengirim sibapa ke hidup aku untuk menemani perjalanan selanjutnya. Bersyukur 🥹🙏🏻
Walaupun tekanan ada dari sana sini, tapi sibapa selalu mau dengerin aku. Kalau aku gamau, sibapa coba pahami dari sudut pandang aku. Ga peduli orang lain mau bilang apa karena ya kita jg yg menjalani. Ya kan pak?
0 notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Surat Kecil untuk Buah Hatiku
2 Januari 2023
De, apa kabar? Senangkah disana? Lagi apa? Mudah-mudahan senang ya De. Hari ini Papa udah masuk kantor lagi, meeting jam 9. Mama masih belum banyak gerak dan belum aktif lagi supaya pendarahannya cepat berhenti.
Nak, Mama mau menuliskan cerita kita di beberapa waktu ke belakang ya agar Mama dan Papa selalu ingat bahwa Dede pernah ada di hidup kami berdua. Mudah-mudahan Dede disana bisa ikut membaca dan merasakan bahwa Mama dan Papa sayang sekali dengan Dede, tapi Allah lebih sayang.
Sore itu, Jumat, 18 November 2022
Sekitar jam 16.00, Mama merasa tidak enak badan De. Sebetulnya pagi-pagi Mama sempat ke kantor, ada janji interview dan harusnya Mama mengajar sore itu. Namun Mama tidak kuat dan langsung pulang setelah interview itu. Sorenya, Papa meminta agar Mama segera tes kehamilan, pakai tespack yg sebetulnya sudah lama Papa beli karena Mama sudah telat sekitar 2 pekan. Akhirnya kami coba tes saja De dan menunggu hasilnya beberapa detik. Kemudian inilah yg kami lihat.
Tumblr media
De, ini betulankah? Ada Dede di perut Mama 🥹 De, Mama sebetulnya tidak terlalu kaget karena merasa memang badan Mama agak sedikit aneh belakangan ini, namun Mama lebih ke tidak percaya, apakah ini betulan?
Papa juga sama. Papa kaget De, agak tidak percaya karena setiap Mama telat haid, ujung-ujungnya suka haid juga. Namun ini tidak De, Mama tidak kunjung haid setelah itu. Papa lantas memeluk Mama dengan kondisi kami sama-sama belum yakin. Kami harus ke dokter secepatnya.
Kalau tidak salah ingat, kami ke dokter De setelah itu. Kami berikan tespack itu, dokternya sebetulnya tidak seyakin itu kelihatannya, tetapi beliau kasih Mama asam folat dan beberapa obat terkait sakitnya Mama dan menyarakan agar kami mengunjungi dokter kandungan di pekan ke 8-12 supaya saat di USG terlihat dengan jelas. Memang, kalau dihitung, saat itu baru memasuki pekan ke-6.
Papa sempat mengabari keluarga Cibiru tentang kehamilan ini. Mereka antusias namun belum 100% yakin juga dan meminta segera ke dokter kandungan. Nenek dan Om Sukamenak diberitahu secara langsung mengingat memang malam itu Papa dan Mama akan menginap di Sukamenak karena esoknya kami semua akan menghadiri undangan keluarga Leles. Nenek Sukamenak kami beri tespacknya maksudnya agar kejutan, tapi Nenek terlihat bingung, maksudnya apa katanya. Setelah diberi tahu bahwa Mama hamil, Nenek langsung berkaca-kaca De, senang sekali dan sangat menanti kehadiran Dede. Ingin dipanggil Nenek katanya 🥹
Sabtu, 19 November 2022
Pagi itu, kami segera pergi ke Garut. Disana sudah banyak keluarga yang hadir. Mereka seperti biasa, seperti netizen, bertanya Mama sudah hamil atau belum, karena melihat perut Mama yang memang besar kali ya hehe. Kali ini Mama bisa menjawab “InsyaaAllah doakan aja ya”🥲. Mereka mengelus perut Mama dan mendoakan Dede. Sepanjang acara, Mama tidak dibiarkan banyak jalan-jalan oleh Nenek dan Papa. Memang saat itu Mama merasa mudah sekali lelah dan engap, tapi mungkin itu normal ya? Lalu kami pulang lagi ke Bandung siang harinya.
Beberapa hari sebelum tanggal 30 November 2022
Mama dan Papa menjalani hari-hari seperti biasa De. Alhamdulillah jam mengajar Mama bisa dikurangi, sudah tidak ngajar SD lagi, karena Mama sudah mengabari Miss Ranny sepertinya Mama tdk bisa mengajar banyak-banyak. Hari pertama jadwal baru saja, Mama mengajar 4 jam seperti terengah-engah, padahal biasanya di kantor rata-rata 8 jam Mama kuat De. Gapapa mungkin memang Mama harus adaptasi ya De. Papa juga lagi lumayan sibuk, biasa akhir tahun, kejar target proyek De. Kadang dari pagi sampai malam Papa masih di depan laptop De. Kalau Dede tahu, Papa sangat passionate dengan kerjaannya sebagai programmer De, sangat bekerja keras. Mama beruntung menikah dengan Papa yang sangat bertanggung jawab. Mama yakin Papa bisa jadi Papa yang baik juga untuk Dede.
Sehari-hari juga Mama mengalami beberapa perubahan De. Pagi-pagi Mama suka mual, tapi engga sampai muntah. Lemes banget rasanya De, pingin di kasur terus. Akhirnya Mama merasakan bagaimana rasanya hamil karena dulu teman-teman Mama pun banyak izin kalau hamil muda. Mama juga mulai cari tahu dos and donts saat hamil terutama makanan. Yaa Allah ini godaan terbesar De. Mama suka banget makan sate, batagor, steak, yang ternyata harus Mama stop dulu De, tapi Mama gapapa De karena kesehatan dan perkembangan Dede di dalam kandungan itu lebih penting menurut Mama. Harus Mama tahan dulu.
Pagi itu, Rabu, 30 November 2022
Alhamdulillah, kami bisa meluangkan waktu de untuk cek kandungan pertama kali ke dokter kandungan. Kami cek di RS Unggul Karsa Medika untuk bertemu dengan dr. Rizna. Kami sepakat untuk memilih dokter kandungan perempuan De karena Papa sungkan katanya kalau Mama dipegang-pegang dokter laki-laki 😅 dan memang lebih nyaman aja ya jika ada aurat terbuka karena sesama perempuan. Alhamdulillah ada dr. Rizna.
Sebelum masuk ke ruangan, Mama sempat cek tensi dan saturasi serta diwawancara berbagai pertanyaan hehe alhamdulillah lulus hasilnya bagus De. Lalu kami masuk ke ruangan dan ditanya keluhannya apa. Kemudian Mama diminta berbaring dan mulailah proses USGnya. Dokter mengoleskan gel USG ke perut bawah Mama dan menekan alatnya, agak menekan karena ternyata sulit terlihat karena sebelumnya Mama pipis dulu. Kata dokter kalau mau USG sebaiknya engga pipis dulu supaya pemantulan dr kantung kemih ke rahim terlihat. Tapi alhamdulillah Dede terlihat di dalam kantung kehamilan. Sekarang Papa dan Mama yakin bahwa Dede benar-benar telah hadir di hidup kami. Mama berkaca-kaca karena senang De. Papa karena tidak biasa menangis jadi tidak menangis, hanya saja Mama tahu, Papa pun senang dengan kehadiran Dede. Ini foto USG Dede yang pertama
Tumblr media
Yaa Allah, ini ternyata betulan. Sepanjang perjalanan pulang Mama masih percaya tidak percaya sih, ada sesuatu di perut Mama. 🥹 Selama ini ada ketakutan kalau Mama tidak bisa punya anak, tapi alhamdulillah ini ternyata hanya soal waktu. Di usia pernikahan kami yang hampir satu tahun Allah percayakan Dede untuk menjadi anak kami yang pertama.
Kami diminta kembali kontrol bulan depan untuk melihat perkembangan Dede selanjutnya. Berarti tanggal 30 Desember 2022. Mama dibekali beberapa obat de. Ada Ondasetron untuk mual (yang akhirnya tidak Mama habiskan karena Mama merasa tdk mual lagi akhir-akhir ini), Premaston untuk penguat kandungan, dan Asam Folat. Mama berusaha tidak skip minum obat De karena Mama takut terjadi sesuatu pada Dede 🥺. Setiap makan pun Mama jadi merasa lebih mindful, perhatian terhadap makanan apa yang masuk, lebih ingat untuk berdoa, supaya sejak dalam kandungan Dede tdk dimasuki makanan yang tidak baik 🥲. Mama takut banget De, di dalam sana Dede kurang gizi, Dede kemasukan makanan haram atau tdk thoyyib, sehingga Mama berupaya banget untuk lebih perhatian dengan apa yang Mama makan. Searching dulu ini boleh atau engga. Kalau boleh sesekali, Mama merasa senang sekali akhirnya bisa makan makanan kesukaan Mama. Tapi kalau yg gaboleh bgt gapapa Mama hrs lebih sabar. 🥹👍 susah juga ternyata ya De menjadi ibu. Perjuangannya dari awal kehamilan. Mama tdk pernah menyangka, oh begini ternyata rasanya jadi ibu. Merasa banyak dosa banget sama Nenek De, merasa Mama belum menjadi anak yang baik dan berbakti bgt untuk Nenek. 😰 ya selama hamil ini memang jd banyak merenung 🥺
Sabtu, 24 Desember 2022
Pagi itu, Mama dan Papa diajak Nenek Cibiru untuk ke IKEA karena keluarga Cibiru katanya belum pernah. Sebetulnya Mama ragu-ragu karena malamnya Mama ada agenda juga, harus datang ke undangan yang memang sudah ada dari jauh-jauh hari. Mama takut kecapean, tapi karena sayang momennya, keluarga Cibiru memang pada sibuk, mumpung pada bisa, Mama iyakan untuk ikut ke IKEA. Pikir Mama lumayan juga untuk refreshing.
Disana kan memang jalan-jalan ya, keliling-keliling. Sekalian makan-makan syukuran ulang tahun Papa yang sebetulnya hari kemarin De. Mama dan Papa senang bisa menemani keluarga Cibiru kesana walaupun pulangnya tepar banget De. Mama ngerasa cape banget karena ternyata sore juga pulangnya. Pergi jam 10 pulang jam 4 sampai rumah. Mama langsung tertidur, bahkan tak sempat pamitan dengan keluarga Cibiru sebelum pada pulang.
Tidak lama dari situ Mama bangun dan harus siap-siap lagi ke undangan. Cape banget sebetulnya tapi gimana ya, malah ini agenda yg udah jauh-jauh hari. Kami harus pergi. Kami pesanlah grab yang taunya dicancel. Kami nekat ke rumah Sukamenak pakai motor karena waktu udah mepet banget, gamungkin kalau pesen mobil lagi. Papa berusaha nyetir sepelan mungkin supaya Mama tidak terlalu terguncang. Lalu sampailah di Sukamenak. Nenek Sukamenak agak marah melihat kami naik motor, takut Dede kenapa-kenapa.😰 tapi kami berusaha menjelaskan kenapa naik motor dan kami dinasehati agar tidak naik motor lagi.
Singkat cerita, kami sampailah di Grand Asrillia. Jalan dari parkiran ke venue agak jauh. Mama sebetulnya udah agak gakuat jalan tapi mau bagaimana lagi. Pas di undangan pun kami kehabisan makanan. Mama hanya bisa ambil sayur lodeh dan mie goreng karena makanan lain adalah makanan yang hrs dihindari saat hamil. Pas mama makan, mie gorengnya juga agak asam, sedih juga hanya makan sayur lodeh 😅 untung aja masih ada sate padang setelah itu. Mama lihat satenya tdk terlalu dibakar lama jadi Mama berani makan karena lapar banget belum makan sejak terakhir di IKEA dan sayur lodeh itu. 🥲
Kami pulang agak larut. Lagi, harus jalan ke parkiran. Sampai di rumah kami langsung tidur karena tepar 🥹
Minggu, 25 Desember 2022
Paginya, kami pamit dari Sukamenak untuk pulang ke rumah kami. Tidak ada hal-hal aneh, biasa saja De. Hanya cape lalu istirahat. Malamnya kami terkejut karena Papa melihat bekas darah di paha Mama. Mama minta Papa melihat apakah darahnya banyak atau tidak. Ternyata tidak mengalir, hanya membekas. Lalu Mama pakailah pembalut supaya keliatan kalau pendarahan lagi. Ini pendarahan pertama selama hamil. Kami berusaha tidak panik walaupun Mama nangis juga takut Dede kenapa-kenapa. Papa berusaha menenangkan Mama, memeluk, meyakinkan ga akan terjadi apa-apa, semoga.
Senin, 26 Desember 2022
Sebelum shalat subuh, Mama melihat ada bercak darah yang lebih banyak dari sebelumnya. Memang saat tidur Mama merasa sakit di bagian bawah perut sehingga tidur pun merasa tdk maksimal. Karena takut, kami putuskan untuk kontrol ke RS lebih cepat dari jadwal. Kami lihat ada jadwal praktik dr. Rizna hari ini. Kami bergegas pagi-pagi pesan grab dan sampailah di RS. Sebetulnya harusnya Mama ada agenda makan-makan sama teman kantor De hari itu, tapi Mama batalkan. Yang Mama pikirkan hanya Dede saat itu.
Qadarullah ternyata dr.Rizna sedang cuti. Saking panik dan tidak kuat (Mama pakai kursi roda saat itu), Mama minta untuk konsul ke dokter siapa saja yang ada. Mama dan Papa sudah pasrah karena dr.Rizna adalah satu-satunya dokter kandungan perempuan di RS tsb, sehingga sudahlah tidak apa-apa sama dokter laki-laki juga 😰
Ada dr. Aloy. Dipersilakan masuk ke ruangan. Kami diwawancara sedikit dan Mama diminta berbaring untuk USG. Saat USG, Mama agak waswas saat melihat ke layar. Dede masih ada kah disana? Mama takut Dede sudah tidak ada 😭
Inilah hasil USG kedua saat itu
Tumblr media
Dokter Aloy bilang bahwa Dede masih ada, hanya saja detaknya lemah. Kantung kehamilan terpantau masih ada. Mama didiagnosis Abortus Imminens. Dokter Aloy menyarankan Mama bedrest dan rawat inap di rumah sakit. Kami tidak berpikir apa-apa saat itu, kami iyakan saja. Tidak ada persiapan apapun, tidak bawa apapun. Tidak pernah urus rawat inap sebelumnya, kami agak bingung.
Dibawalah Mama ke IGD oleh suster. Ditempatkan di suatu bed sambil Papa mengurus administrasi. Mama mulai disuntik untuk diinfus dan diambil darah dan juga swab antigen. Kondisi Mama saat itu sudah agak tidak karuan. Pusing, lemas, dan sakit perut. Mama baru dapat ruangan sekitar pukul 13.00, alhamdulillah itu juga dapat ruangan. Mama merasa darah mengalir sesekali. Mama diminta bedrest tidak ke kamar mandi. Jika mau pipis katanya pakai pispot atau pakai pembalut dewasa. Papa pulang dulu untuk membawa beberapa perlengkapan untuk menginap. Sesungguhnya Mama lapar sekali, kirain akan dikasih makan siang taunya jam makan siang sudah lewat. Jadi Mama menunggu Papa untuk beli makan siang. Mama pesan ayam lada hitam, Papa pesan fuyunghai. Kami makan dengan lahap karena kelaparan. Mama sebetulnya agak khawatir katanya ibu hamil tdk boleh makan lada hitam, tapi Mama cari lagi katanya boleh tapi tdk terlalu banyak. Jadi Mama makan saja karena sudah sangat lapar.
Hari itu sebetulnya adalah hari Anniversary kami yang pertama De. Kami senang sekali di tahun pertama menikah kami sudah dikaruniai Dede, tapi kami juga sedih ternyata hari Anniversary ini harus kami lalui di rumah sakit, untuk memperjuangkan Dede. Kami gapapa De, yang penting Dede sehat.
Keluarga pun mulai berdatangan dari siang hingga malam. Disana sepertinya tidak ada jam besuk, hanya saja pembesuk dan penjaga dibatasi 1 orang/pasien. Saat dibesuk, mungkin Mama merasa senang dan lupa bahwa Mama harus bedrest. Merasa agak baikan, Mama sempat duduk saat makan dan mengobrol. Namun ternyata, setelah itu perut Mama sakit sekali De. Suster bilang itu karena Mama duduk. Mama sungguh menyesal De kenapa Mama tidak tiduran saja 😭 mungkin Dede terganggu ya dengan itu 😭🙏🏻
Malamnya sebelum tidur, Mama sempat ganti pembalut. Darahnya cukup banyak ternyata. Papa dengan sabar mengganti pembalut Mama, membantu Mama pipis pakai pispot, mengusap Mama saat sakit, memeluk Mama di bed sebelum tidur, membacakan doa-doa untuk kita. Papa orang yang sangat baik De, sangat menyayangi Mama dan Dede. Mama beruntung sekali di saat-saat seperti ini ada Papa yang menemani Mama 😥
Selasa, 27 November 2022
Adzan Shubuh pun tiba. Papa membangunkan Mama untuk shalat. Seingat Mama, sebelum shalat Mama ingin pipis sehingga Papa bantu dulu. Setelah itu kami shalat shubuh berjamaah.
Tidak disangka setelah shalat shubuh, perut Mama sangat sakit De. Ini lebih-lebih dari kemarin. Papa panggil suster, kemudian suster menyuntikkan obat cair ke infusan. Setelah penyuntikan itu, mulut Mama terasa asam (kata suster memang obatnya agak asam). Mama masih merasa sakit perut yang hebat itu. Mama sedikit mengejan tapi suster melarang Mama, lebih membimbing Mama untuk bernapas panjang agar lebih rileks dan Mama kunjung membaik saat itu.
Beberapa waktu berselang, sakit perut itu datang lagi. Sakit haid Mama selama ini serasa tidak ada apa-apanya De 😖 kali ini lebih lebat karena disertai pusing dan mual. Sampai Mama muntah, Mama merasa ada aliran darah yang cukup deras ke arah pembalut. Mama tak bisa berpikir apa-apa. Mama muntah lagi, kali ini muntahannya lebih kuat dan menekan rongga perut Mama. Saat itu Mama merasa akan ada gumpalan yang keluar dari perut Mama ke arah pembalut. Mama takut itu Dede. Mama berusaha tahan agar tidak keluar 😣
Mama memeluk Papa. Takut kalau Dede sudah tidak ada. Takut sebenarnya Dede sudah keluar. Papa menenangkan Mama bahwa Papa sudah ikhlas dengan apapun yang terjadi. Mama pun saat itu mencoba pasrah saja, ikhlas jika terjadi sesuatu pada Dede walaupun berat De rasanya 😭 Mama sudah sangat menyayangi Dede yang beberapa bulan ini selalu menemani Mama kemana-mana 😭 berat rasanya jika Dede harus meninggalkan Mama.😭🫣
Dokter datang pagi itu. Yang datang adalah dr. Roland. Dokter yang menangani Mama sejak Mama di ruang inap. Dokter Roland baik sekali. Menenangkan orangnya. Mengingatkan bahwa pagi ini akan ada USG lagi untuk pengecekan. Mama bilang bahwa Mama muntah dan merasa ada yang mengalir. Dokter Roland terlihat pasrah juga namun tetap berusaha membesarkan hati Mama, berusaha untuk memperjuangkan Dede.
Lalu saat USG pun tiba. Ini foto Mama dan Papa sebelum berangkat USG De. Maaf ya De kami suka malu menunjukkan wajah asli kami 🥲
Tumblr media
Saat bangun dari tempat tidur, seperti ada darah dan gumpalan yang mengalir ke pembalut. Apakah itu Dede? 😭 gumpalan yang aku tahan agar tidak keluar akhirnya keluar juga saat aku berdiri dari bed. Tidak tertahankan 😰 darah pun mengalir hingga menetes ke lantai. Mama menangis. Mama merasa gagal mempertahankan Dede, namun Mama masih berpositif thinking gumpalan yang keluar itu hanyalah gumpalan lain.
Saat USG, dr. Roland memperlihatkan layarnya. Ternyata memang kantung kehamilannya memang sudah tidak ada 😭😭😭😭 hanya tersisa sedikit-sedikit gumpalan yang harus dikeluarkan. Mama menangis saat itu juga. Merasa gagal mempertahankan Dede 😭 Mama tak memperhatikan muka Papa saat itu. Mama didiagnosis akhir Abortus Incomplete. Dengan demikian, Mama harus menjalani kuretase siang nanti. De, Mama sungguh ga percaya, kemarin-kemarin masih gapapa, hari ini Dede udah ga ada 😭😭😭.
Mama diantar Papa dan Nenek menuju ruangan. Kursi roda Mama didorong suster sehingga Papa dan Nenek tertinggal di belakang. Mama masuk duluan ke ruang ranap. Ternyata di ruang tunggu, Papa menagis terisak memeluk Nenek. Rasanya sesak katanya, tapi Papa tidak mau menangis di depan Mama. Papa merasa gagal menjaga Mama. Nenek menenangkan Papa saat itu. 😭 engga apa-apa katanya.
Setelah ada di ruang ranap, Mama diminta puasa untuk persiapan kuret. Suster mengecek pembalut Mama, ingin melihat gumpalan apa yang ada di pembalut Mama.
Ternyata itu Dede, bersama plasenta. Mama tak sanggup melihat wujudnya, bahkan sampai tulisan ini dibuat. 😭 Suster mendokumentasikannya dan melaporkannya pada dr. Roland.
Sambil menunggu jadwal kuret, Mama putuskan untuk tidur De supaya Mama tidak larut dalam kesedihan karena mental pun harus disiapkan. Yaa Allah, Mama ternyata harus mengalami juga yang namanya keguguran dan mengalami juga kuretase. Mama serahkan saja semuanya kepada Allah karena Mama tidak bisa memikulnya sendiri 😭.
Momen Kuret, Selasa Siang
Jam 12.00, saat itu Papa sedang shalat dzuhur. Mama dibangunkan suster untuk persiapan kuret. Katanya kita akan ke ruang operasi setelah Papa selesai shalat.
Singkat cerita Mama dibawa suster, disusul Papa dan Nenek, menuju ruang operasi. Kami berpisah di pintu kaca. Hanya Mama dan suster yang boleh masuk. Sejak saat itu Mama tidak bertemu lagi dengan Papa dan Nenek sampai operasi selesai.
Mama ganti baju operasi. Di dalam dingin sekali De. Ternyata Mama baru mulai operasi jam 14.30. Sambil menunggu, Mama degdegan. Masuklah Mama ke ruang operasi. Disana sudah menunggu beberapa dokter residen dan dokter muda yang siap membantu dr. Roland yang memimpin operasi kuret ini.
Mula-mula Mama dibaringkan di meja operasi. Kedua lengan Mama direntangkan, dipantau tekanan darah dan saturasi. Cairan infus yang bergabung dengan darah dibersihkan agar tdk menyumbat. Kedua kaki Mama dilebarkan dan ditahan di suatu alat agar memudahkan proses operasi nanti. Tiba-tiba, seorang dokter meminta izin untuk memasangkan selang oksigen. Saat selang oksigen itu dipasangan, Mama merasa ada gas menyegarkan keluar dari situ dan seketika Mama tidak ingat apa-apa lagi.
Singkat cerita, mata Mama terbuka. Ada Papa di sebelah Mama, terlihat cemas katanya takut Mama tidak bangun lagi 🥲. Mata Mama masih berat dan Mama pun tertidur lagi. Baru beberapa saat kemudian, Mama sempurna sadar dan dilepaskanlah selang-selang sisa operasi dan Mama didorong bednya menuju ruang ranap kembali.
Malamnya pukul 20.00, Mama diperbolehkan pulang alhamdulillah. Kondisi Mama baik-baik saja, tidak terasa sakit. Namun Mama masih hrs pakai kursi roda untuk menghindari guncangan akibat jalan kaki.
Mama pamitan pada penghuni baru Kamar Bagja 1, Bu Alfiah, yang baru saja melahirkan anak ke-4 secara sesar. Bu Fiah membesarkan hati Mama, akan ada Dede selanjutnya setelah ini, mudah-mudahan. Mama belum berpikir ke arah sana De. Mama dan Papa masih membutuhkan waktu untuk itu. Biarlah Allah ya De yang menentukan.
Saat sampai rumah, Mama istirahat dan Papa pergi ke rumah Nenek untuk menguburkan Dede dan plasenta Dede. Sedih sekali kata Nenek saat menguburkan Dede disana. Maaf De, Mama belum menengok Dede lagi di rumah Nenek karena belum bisa banyak bepergian.
Hari-hari Setelahnya hingga Hari Ini
De, ternyata sulit ya, kehilangan untuk kedua kalinya. Mama pernah kehilangan Kakek, sulit sekali sembuh, barangkali sampai hari ini masih terbayang rasa sedihnya. Sekarang kehilangan Dede, Mama juga masih sedih jika tiba-tiba teringat lagi Dede.
Kemarin-kemarin, Mama lihat aplikasi pemantau Dede di HP, Mama tiba-tiba menangis. Mama ingat Dede, biasanya sambil lihat aplikasi itu, Mama sambil mengelus perut Mama. Papa memeluk Mama, menenangkan bahwa tidak apa-apa, sudah jalannya.
Hari ini, Mama ingin menuliskan kisah ini agar Mama bisa ingat setiap detail yang pernah terjadi. Untuk mengenang bahwa Dede pernah ada dan selalu ada dalam hidup Mama, walaupun Dede sekarang sudah ada di tempat yang lebih baik. ✨
De, maafkan Mama bila selama Dede ada di perut Mama, Dede kurang nyaman. Mama masih kadang suka jajan makanan yang mungkin Dede tidak suka. Mama masih banyak gerak-gerak yang mungkin buat Dede tidak nyaman. Mama masih kurang belajar untuk mempersiapkan kehadiran Dede, mungkin ini jadi pelajaran untuk Mama dan Papa agar lebih siap lagi jika nanti ada adik baru.
De, makasih banyak ya sudah mengizinkan Mama merasakan jadi Mama. Sudah mau tinggal di perut Mama walau sebentar. Mama sungguh senang dan sangat menyayangi Dede sampai-sampai kadang Papa berpikir kayanya Mama akan lebih sayang Dede daripada Papa 🥹.
Kami berdua sayang sama Dede, untuk itu kami ikhlaskan kepergian Dede. Selamat main-main disana ya De. Sampai ketemu lagi. Nanti lambaikan tangan ya kalau Dede melihat kami di sana, semoga Dede bisa menjadi tabungan syurga juga bagi kami yang masih banyak kurangnya ini.
Sampai jumpa lagi De. Titip Dede yaa Allah, hingga nanti kami bertemu dengannya lagi 🤍
11 notes · View notes
annisamsyaf · 1 year
Text
Ga pernah terlintas di pikiran sih ternyata se “waw” ini. Bener2 ujian kesabaran tuh datang di saat aku ngerasa “ga berdaya”. Cuma minta dikuatin disehatin dimampuin aja ngejalaninnya 💪
0 notes
annisamsyaf · 2 years
Text
Dodol
Aku: Yang, maafkan istrimu yg dodol ini 🫣
Sibapa: Pantesan, kan dari Garut.
Aku: ………. 🥲
Masih sama seperti 10 tahun lalu, gejenya 😂
0 notes
annisamsyaf · 2 years
Text
Bekal Suami
Aku: Wah yang liat, tar kalau ayang ke kantor mau aku bekelin juga ah.
Sibapa: Yang bener?
Aku: Yaiyalah, selama ini juga aku bekelin tapi semejikom 😂
Sibapa: Wkwk iya juga ya 😂
Begitulah balada istri kantoran dan suami WFH-entah-sampai-kapan 😂
0 notes
annisamsyaf · 2 years
Text
Terhitung mulai hari ini, Selasa, 28 Juni 2022 aku memulai kontrakku sebagai pegawai penuh waktu. Hmm, begini ya ternyata kerja “kantoran” 🥹 wish me luck aja bismillah ya.
2 notes · View notes
annisamsyaf · 2 years
Text
A Bunch of Happiness
Akhir semester ini alhamdulillah Engkau kasih banyak kabar bahagia atas prestasi anak-anak didikku. Kutulis agar aku ingat aku pernah jadi seorang guru, pernah jadi teman belajar anak orang, dan semoga ini semua bisa jadi motivasi kelak saat aku akan mendidik anakku sendiri.
1. Alethea Jeihan (Rank 4 Kelas 5)
2. Moch. Farrell Rhezky (Rank 4 Kelas 8)
3. Alisya Khumaira (Rank 8 Kelas 7)
4. Adhwa Rizki (Rank 3 Kelas 8)
5. Teza Bhaskara Wardhana (Rank 2 Kelas 8)
6. Intan Ramadhan Nuraisyah (Lolos PPDB ke SMAN 1 Margahayu)
7. Meisya Rezky Putri (Rank 1 Kelas 8)
8. Keysha Aurelia Firdaussa (Rank 1 Kelas 8)
9. Cheryl Azaria Sabila (Rank 2 Kelas 5)
10. Clara Davina Irawati (Rank 5 Kelas 10)
11. Satrio Putra P.S. (Rank 2 Kelas 5)
12. Sarah Khoerunnisa (Lolos SBMPTN ke SITH ITB)
13. Hana Nur Sina (Lolos SBMPTN ke Fisika Unsoed dan Seleksi Poltekkes Tasikmalaya)
14. Waode Shafa Salsabilla Saleh (Lolos SBMPTN ke SITH ITB)
15. Kirana Amanah N.J. (Lolos SBMPTN ke SBM ITB)
16. Abdurrahman Hafizh (Rank 8 Kelas 11)
17. Shafa Griselda (Juara Umum 1 Kelas 6)
18. Alif Danish (Juara Umum 2 Kelas 6)
19. Sulthan Latif Fathurrahman (Juara Umum 4 Kelas 6)
Yaa Allah terharu atas segala prestasi yg Engkau berikan kepada murid-muridku. Semoga perjalanan mereka menuntut ilmu selalu engkau ridhai dan lindungi, menjadikan ilmunya berkah, dan menjadi bekal untuk kebaikan ei dunia dan akhirat. Aamiin.
0 notes