Tumgik
anajauharoh · 4 years
Text
Hidup akan tetap berjalan
meski apa yang menjadi harapanmu masih jauh dari angan, jangan pernah hentikan langkahmu..
Mungkin saja di ujung jalan sana akan kau temui keindahan yang sudah Tuhan siapkan untukmu..
untuk setiap hati yang terluka
Untuk setiap rasa yang ternoda
Untuk setiap cita yang patah
Serta harap yang pupus
Jangan buang waktumu untuk terus meratap, tetaplah melangkah karena kehidupan akan terus berjalan..
2 notes · View notes
anajauharoh · 4 years
Text
Mulutmu harimaumu.
Seringkali "kata" diibaratkan sebagai senjata yg mampu menjatuhkan atau membuai orang.
Namun tak selamanya begitu..
Bagi orang yang sudah cukup terlatih, "Kata" tak ubahnya menjadi omong kosong jika hanya mampu diucapkan tanpa bisa dibuktikan
Bagi orang yang sudah cukup terlatih, "Kata" tak ubahnya menjadi omong kosong jika hanya mampu diucapkan tanpa bisa dibuktikan.
Bagi orang yang sudah cukup terlatih, "Kata" tak ubahnya menjadi omong kosong jika hanya mampu diucapkan tanpa bisa dibuktikan.
Dan sebagian dari mereka yang terlatih sudah cukup pandai menelan omong kosong dan mengabaikan rasa yg ditimbulkan.
2 notes · View notes
anajauharoh · 4 years
Text
Percakapan aku dengan ego:
Aku: apa yg sedang kamu lakukan?
Ego: membangun tembok
Aku: untuk apa?
Ego: untukmu, agar kamu bisa menyembunyikan apa yg tidak ingin kamu perlihatkan, agar segala tangis dan sedihmu tdk menjadi tontonan, agar yg tampak pada dunia adalah dirimu yang baik2 saja.
ego ialah pelindung dari kerasnya dunia.
5 notes · View notes
anajauharoh · 4 years
Text
Hati itu tempatnya rasa, maka baik-baiklah kamu meletakkannya agar bukan sakit yang kamu rasa.
3 notes · View notes
anajauharoh · 10 years
Text
cerpen: Keajaiban Asmaul Husna
“Ya Rahman.. Ya Rohim.. Ya Malik..’’ lantunan Asmaul Husna yang kami hafalkan bersama-sama di kelas. Karena pelajaran Akidah Akhlak kelas X materinya tentang Asmaul Husna, Pak Kholik guru kami mewajibkan kami untuk menghafal dan mengamalkannya. Namaku Nisa, usiaku saat ini 16 tahun. Aku anak terakhir dari 4 bersaudara, semua kakak-kakakku adalah lulusan SMA, karena memang orang tuaku tidak mampu menyekolahkan hingga ke perguruan tinggi dan mungkin aku juga harus melepas impianku di SMA ini. Aku berharap keajaiban sehingga aku bisa kuliah dan menjadi seorang sarjana. Aku adalah orang yang terobsesi menjadi siswa terbaik di kelas, di kenal guru-guru dan diandalkan teman-teman. Aku menghafalkan 99 Asmaul Husna selama beberapa minggu untuk mewujudkan obsesiku itu. Mungkin aku menghafal Asmaul Husna ini ikhlas karena Allah, aku hanya menuruti obsesiku saja. Tapi itu adalah cara agar aku lebih termotivasi dalam belajar. Semoga Allah tidak membenciku dan suatu saat nanti aku yakin bisa berubah, bisa lebih ikhlas dalam melakukan sesuatu karena Allah.
Hari ini adalah hari untuk setor hafalan Asmaul Husna di hadapan pak guru. Teman-temanku terlihat cemas dan sibuk menghafal. Aku sih tenang-tenang saja karena aku sudah menghafalnya jauh-jauh hari. Aku hanya mengamati teman-temanku satu-satu, memperhatikan ekspresi mereka yang beragam. “Nis, kamu udah hafal ya? Kok tenang banget sih?” Tanya Rina temanku sebangku. “udah dong..” jawabku mantap. “wah.. hebat kamu. Bisa menghafal segitu banyaknya dalam waktu singkat”. Aku tersenyum mendengar pujiannya, dalam hati aku sangat senang mendapat pujian dari orang.
“assalamualaikum…” suara yang sudah sangat kami kenal, suara yang lembut dan penuh kasih sayang. Serentak seluruh penghuni kelas menghentikan hafalannya dan menoleh ke pintu. Sosok yang bersahaja dan raut wajah yang selalu menebarkan senyum telah berdiri di depan pintu dan mengamati kami semua. Dialah pak Kholik guru favorit kami semua yang selalu mengajar dengan penuh kesabaran dan selalu memberikan kisah-kisah tauladan di tengah pelajaran. “waalaikum salam pak…” jawab kami serempak. Beliau memasuki kelas, meletakkan tasnya di atas meja kemudian duduk, sebelum memulai pelajaran beliau akan mengamati kami satu per satu. Kami pun hanya akan diam menunggu beliau. Itulah kebisaannya yang selalu kami ingat. “gimana hafalannya anak-anak? Sudah pada hafal kan? Tanya beliau. “Beluuuuumm paaaak….” Jawab teman-teman serempak “mungkin ada yang sudah hafal boleh maju duluan” Aku dengan mantab langsung mengacungkan tangan dan beranjak ke depan kelas. Diiringi dengan gumaman teman-temanku. Entah itu gumaman kekaguman atau malah ejekan. “tuh Nisa aja udah hafal masa kalian ngga sih..” kata pak Kholik. “ayo Nisa silakan dihafal” lanjutnya. “baik pak” jawabku tanpa ragu. “Ya Rohman, Ya Rohim, Ya Rohim, Ya Malik, Ya Kuddus, Ya Salam……”. Dengan lancar aku menghafalnya dan semua mata pun tertuju padaku (serasa jadi artis hehe). “Ya Rosyid.. Ya Shobur.. azzajalla dzikruhu..” aku menyelesaikannya dengan baik. “bagus Nisa, kamu anak yang pintar” puji pak Kholik kepadaku. Aku tersenyum penuh rasa bangga. Aku kembali ke tempat duduk dengan perasaan yang sangat bahagia karena aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan, pujian teman dan guru. Kemudian pak Kholik meneruskan pembelajaran. Beliua menerangkan satu per satu makna Asmaul Husna. Dan diakhir pembelajaran ada kata-kata beliau yang membuatku merasa begitu hina. “anak-anak, jangan jadikan hafalan ini sebagai beban. Jadikanlah ini sebagai kesempatan untuk beribadah kepada Allah. Jangan sampai kalian menghafal ini karena nilai. Harus kalian ingat, dalam melakukan segala sesuatu harus diniatkan untuk beribadah kepada Allah dan untuk mendapatkan ridho-Nya agar apa yang kalian lakukan itu dirahmati Allah dan bermanfaat bagi kalian. Jika kalian melakukannya untuk sesuatu selain Allah, maka yang kalian dapatkan hanya sesuatu yang kalian inginkan itu tapi kalian tidak mendapatkan manfaatnya. Sama halnya dengan hafalan Asmaul Husna ini. Jika kalian menghafalnya karena nilai pelajaran Akidah Akhlak maka yang kalian dapatkan hanya nilai yang bagus tapi tidak mendapatkan manfaat dari itu semua. Berbeda jika kalian menghafalnya Karena ingin beribadah kepada Allah maka kalian akan mendapatkan Ridho Allah dan rahmat-Nya, dan Insya Allah itu akan bermanfaat seumur hidup kalian”. Kata pak Kholik penuh wibawa. Kata-kata itu bagaikan virus yang masuk lewat telingaku, mengalir ke pembuluh darahku, langsung menyerang otakku dan mereset ulang pemikiranku tentang obsesi-obsesiku selama ini. Ternyata aku salah, ternyata yang ku lakukan itu sia-sia di mata Allah, aku tak lebih baik dari teman-temanku yang lain. Aku sangat naïf, melakukan sesuatu hanya karena pujian. Sungguh pikiranku sangat dangkal. “ karena waktunya sudah habis, bapak cukupkan sekian ya pembelajaran hari ini”. “assalamualaikum..” “Waalaikum salam.” Suara teman-teman membuyarkan lamunanku.
Mulai hari itu aku mencoba introspeksi diri. Aku tata ulang niatku selama ini. mulai dari sekarang aku niatkan segala perbuatan yang kulakukan hanya untuk beribadah kepada Allah. Mulai dari belajar, membantu orang tua, membantu teman, membantu guru dan yang lainnya, semua aku niatkan karena Allah bukan karena imbalan ataupun pujian. Aku tanamkan dalam pikiranku bahwa sesuatu akan bermanfaat jika diniatkan kepada Allah. Aku tidak mau apa yang kulakukan selama ini sia-sia dan tidak bermanfaat sama sekali, maka aku niatkan semuanya karena Allah.
Pada minggu berikutnya teman-teman sudah siap menguji hafalan Asmaul Husna di hadapan pak Kholik, begitu juga dengan Rina. Ia terlihat sangat bahagia bisa menghafalnya. “ tau ngga sih Nis, 3 hari terakhir ini aku ngebut menghafal Asmaul Husna. Mungkin karena melihat aku yang tidak hafal-hafal akhirnya ibu berdakwah padaku yang intinya jangan jadikan sesuatu yang mulia itu sebagai beban tapi jadikan ia sebagai media untuk beribadah kepada Allah. Jadi hafalan Asmaul Husna ini jadikan kesempatan untuk beribadah, misalnya kamu bacalah berulang-ulang setelah sholat insya Allah kamu akan hafal dengan sendirinya. Begitu kata ibuku Nis”. Tutur Rina dengan muka polosnya. “kata-kata ibumu mirip banget sama kata-kata pak Kholik ya Nis. Tapi mereka benar, aku sendiri sudah membuktikannya”. Lanjutnya. Dalam hati aku bicara “aku juga akan membuktikan semua kata-kata pak Kholik”. Setelah tes hafalan selesai, pak Kholik berpesan kepada kami semua: “kalian harus terus mengamalkan Asmaul Husna ini. jangan sampai kalian melupakannya. Minimal bacalah setelah sholat fardlu Insya Allah kalian akan dimudahkan oleh Allah dalam menghadapi masalah”. Aku catat kalimat-kalimat itu dalam hati dan pikiranku. Akan aku amalkan dalam setiap langkahku, semoga Allah selalu memudahkan jalanku.
Dua tahun telah berlalu, kini aku duduk di bangku kelas 3 SMA, namun aku tak lupa untuk selalu mengamalkan Asmaul Husna seperti pesan pak Kholik. Selama ini memang setiap aku mendapat masalah aku selalu mendapat kemudahan untuk mengatasinya, seperti ketika aku harus melunasi biaya sekolah tetapi orang tuaku belum mempunyai uang, tiba-tiba ada rezeki datang, ibuku mendapatkan arisan. Selain itu ada perubahan yang kurasakan setelah melakukan amalan tersebut, aku sekarang lebih berpikiran positif. Aku percaya segala sesuatu yang terjadi padaku adalah kehendak Allah dan aku yakin itu adalah yang terbaik yang Allah berikan kepadaku.
Tak terasa ujian nasional sudah di depan mata. Aku tak lagi seobsesif dulu yang selalu mengejar nilai, biarlah Allah yang menilai yang penting aku berusaha semampuku. Aku mulai berpikir kemana tujuanku setelah ini. Mungkinkah aku bisa melanjutkan kuliah sementara kondisi orang tuaku serba kekurangan? Ataukah aku harus menghentikan impianku untuk menjadi seorang sarjana dan bekerja untuk orang tua?. “Ya Allah berilah aku pilihan yang terbaik” dalam hati aku memohon. Bagi anak yang orang tuanya berkecukupan, mungkin mereka tak pernah ambil pusing masalah masuk perguruan tinggi, asal ada uang mereka bisa masuk universitas mana saja yang mereka inginkan. Sedangkan bagi orang tidak mempunyai uang yang lebih untuk mengikuti seleksi masuk saja belum tentu bisa. Tiap malam sehabis belajar aku mengadu kepada Allah, mendirikan sholat hajat dan membaca Asmaul husna seraya berdoa kepada Allah semoga selalu memberiku kemudahan dan kebaikan. Aku serahkan semuanya kepada Allah. Wallahu a’lam.
Hari ini adalah hari pertama ujian. Rasanya hatiku campur aduk. Agak sedikit tenang karena kurasa belajarku selama ini sudah cukup maksimal, tapi ada sedikit rasa ragu dalam hatiku, takut jika sesuatu yang tak terduga terjadi. Huft, aku sudah mulai berpikir negatif lagi nih. Sepanjang perjalanan ke sekolah aku terus membaca Asmaul Husna untuk menenangkan hatiku dan mengharap kemudahan dari Allah. Setelah beberapa minggu berlalu tibalah hari pengumuman ujian nasional. Aku agak sedikit was-was untuk melihat pengumuman tersebut. Aku sudah berdiri di depan papan pengumuman berdesak-desakan dengan teman-teman yang lain yang sama-sama ingin melihat pengumuman tersebut dengan segera sehingga terjadi saling dorong diantara kami semua seperti melihat kejadian antri sembako di TV. Dengan membaca bismillah aku membuka mata dan mencari namaku di antara ratusan nama-nama yang lain, ku telusuri satu satu nama-nama tersebut, dari satu lembar ke lembar yang lain, dari bawah ke atas. Mataku berhenti ketika melihat nama yang tertulis diurutan paling atas. HAH?? Itu namaku?? Tak salah cetak kah mereka?. Aku menjadi lulusan terbaik tahun ini? Subhanallah... Alhamdulillah.. terima kasih Ya Allah.
Tak lama kemudian ada pengumuman dari guru lewat pengeras suara bahwa murid-murid yang masuk dalam 3 lulusan terbaik diperintahkan unutk segera menghadap kepala sekolah. Aku langsung lari meluncur ke ruang kepala sekolah. “assalamualaikum” aku mengucap salam sambil mengetok pintu. “waalaikum salam, silakan masuk” kata suara seseorang yang berada dalam ruangan. Aku membuka pintu dengan hati dan berjalan masuk dengan perlahan agar terkesan sopan. Ternyata dua orang yang lain sudah duduk di sana dengan ekspresi muka yang susah ditebak. Aku sudah menerka-nerka dalam hati, mungkinkah aku dituduh membeli jawaban sehingga aku mendapat nilai bagus?. “silakan duduk” suara pak kepala sekolah membuyarkan lamunanku. “i..iya pak” jawabku gugup. Pak kepala sekolah mulai berbicara, sebelum ke inti masalah, biasalah kalau ada pendahuluan terlebih dahulu tentang ini itu. Huft, membuatku semakin tegang saja. Akhirnya sampailah beliau ke inti masalah. Aku memperbaiki posisi dudukku. “jadi begini anak-anak.. bapak bangga memiliki murid-murid seperti kalian. Dan bapak sudah mendiskusikan usulan bapak ke wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan beliau mendukungnya. Usulan bapak adalah sekolah akan memberikan beasiswa kepada kalian untuk melanjutkan kuliah karena prestasi kalian. Kalian akan mendapatkan beasiswa selama 4 tahun, itu artinya beasiswa itu berlaku hingga kalian lulus S1”. Mataku berkaca-kaca mendengar berita ini. Tak henti-hentinya aku bersyukur kepada Allah atas nikmat yang tak terkira ini. Aku langsung teringat kata-kata pak Kholik 2 tahun yang lalu, jika kita mau mengamalkan Asmaul Husna setiap hari dan melakukannya dengan niat untuk beribadah maka Allah akan selalu memberikan kemudahan dan jalan untuk kita. Al-Qodir, Allah maha kuasa atas segalanya, termasuk mengubah takdir kita semua.
0 notes
anajauharoh · 10 years
Photo
Tumblr media
masih hangat dalam ingatan keseruan dalam mengikuti IPB Goes to Field 2014 di Bojonegoro. semangat teman-teman ikut menyulut semangatku untuk memberi usaha yang terbaik dalam pelaksanaan program kami yaitu mekanisasi budidaya padi, khususnya mekanisasi dalam proses panen. kami menjadi sukarelawan untuk memperkenalkan mesin-mesin panen padi selama kurang lebih 2 minggu di desa Prigi, kecamatan Kanor, kabupaten Bojonegoro. pada hari pertama kami berkenalan dengan perangkat-perangkat desa, mempersiapkan mesin yang akan kami perkenalkan ke petani, dan berkeliling desa terutama ke sawah-sawah. teman-teman dari kota yang jarang melihat sawah nampak sangat menikmatinya. sedangkan aku yang notabene berasal dari kampung, melihat pemandangan sawah merupakan hal biasa seperti nasi putih yang sudah menjadi makanan sehari-hari.
hari kedua merupakan hari pertama kami untuk berinteraksi langsung dengan petani. kami semua nampak bersemangat. senyum mengembang di setiap wajah-wajah penuh keikhlasan untuk mengabdi. menyapa para petani dan memperkenalkan diri. pada awalnya para petani welcome dengan kehadiran kami sehingga menambah beberapa watt semangat dalam diri. namun setelah mereka mencoba sendiri mesin yang kami bawa, ternyata mereka tidak puas dan terkesan menghina. mungkin bukan bermaksud menghina, namun memang kebiasaan orang desa terutama orang jawa timur yang suka berbicara blak-blakan apa adanya. sisi positif dari mereka adalah kejujurannya, walaupun kadang menyakitkan. namun sebenarnya itu kami butuhkan untuk membangun mental kami. kami pulang dengan lesu, tak ada lagi semangat. aku dan beberapa teman lain yang dari jawa timur mencoba menghibur teman-teman dari provinsi lain bahwa itu memang sudah menjadi kebiasaan orang jawa timur untuk berbicara jujur, blak-blakan, apa adanya, dan tanpa kiasan. tetap semangat untuk hari-hari berikutnya!!!
0 notes