Tumgik
amaliaarizki · 11 days
Text
Capek. Muak.
0 notes
amaliaarizki · 11 days
Text
Pendidikan tersier
Seminggu terakhir di beberapa sosial media riuh soal tingginya UKT pasca SK Kemdikbud yang baru launching dan pernyataan staff Kemdikbud soal Perguruan Tinggi itu termasuk pendidikan tersier, bukan wajib 12 tahun SD-SMA.
Mari kita lihat datanya. Per 2017, hanya 9.35% lulusan Universitas (D3/D4/S1/S2/S3), 8 tahun kemudian, menjadi 10.15% di 2023.
See? Dalam 8 tahun, hanya naik 0.75% dari total penduduk. HANYA 0.75%, menuju Indonesia Emas 2045. Itu pun dengan sistem UKT yang belum naik 4-5x lipat seperti sekarang.
APBN pendidikan 20%, setara 665 T. Yang didapat Universitas? hanya 1,2% atau 8 T, dibagi ke 184 PTN, tergantung besar-kecil PTN tersebut.
Info nya juga, 50% dari 665 T angggaran pendidikan diberikan ke Dinas Pendidikan daerah. Padahal kalau Universitas dapat porsi 10% saja, itu sudah sangat membantu.
Tapi, the gov is not willing to improve it. Bukan prioritas :) tapi bikin patung api 335 M bisa, bikin rumah menteri 14 M x 36 menteri ada, tunjangan DPR seumur hidup ada, lucu memang.
Katanya 10 juta genZ tidak sekolah juga tidak bekerja, tanggapan orang pajak apa? "beresiko rendah penerimaan pajak", ya gak salah sih, kan orang pajak, memang kaum middle class hanya diharapkan untuk support negara, tapi negara is not willing to support them first. What do you expect? Golden era in 2045? :)
Memang mencerdaskan bangsa adalah tugas muhammadiyah.
18 Mei 2024
210 notes · View notes
amaliaarizki · 12 days
Text
Yuk kuat, yuk.
1 note · View note
amaliaarizki · 2 months
Text
Dulu aku kerap mempertanyakan bagaimana doa bisa bekerja jika takdir sudah termaktub? Sampai akhirnya aku paham bagaimana konsep dari takdir itu sendiri dan bagaimana kekuatan sebuah doa dapat mengubahnya. Maka, berdoalah.
Aku teringat dengan sebuah tulisan yang pernah kubaca "tangan yang menengadah ke langit tidak akan kembali dalam keadaan hampa". Artinya, semua yang telah dipanjatkan pasti selalu punya jawaban. Maka, berdoalah.
Berdoalah dan meminta kepada-Nya untuk segala hal apapun yang nampaknya mustahil. Sebab Dia dapat mengubah sebuah kemustahilan menjadi keniscayaan. Maka, berdoalah.
218 notes · View notes
amaliaarizki · 2 months
Text
Kepalaku riuh, tetapi lidahku kelu.
Kemana semua kata-kata yang kurangkai setengah mati itu?
4 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Tapi jujur sekarang liat persyaratan masuk PPDS Anak kok ya jd minder sendiri. Kayak yang....pesimis aja gitu..
Dikubur lagi saja mimpinya kah?
Tiap lagi jaga terus ada pasien anak tuh rasanya ketemu hal yang disuka. Sama kayak liat anak sendiri gitu, bawaannya senang.
Semoga Allah mudahkan. Bismillah.
4 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Hal yang mungkin terlewat..
Kala ada satu hari dalam hidupmu dimana kamu mungkin tidak bisa menaiki satu tangga agar dengan harapan kamu bisa melihat kehidupan yang lebih baik, tak apa, tetaplah ditempatmu.
Kala ada hari dimana kamu ingin sekali berlari dengan kencang agar sampai pada tujuanmu namun kamu malah terjatuh dan kesakitan, tak apa, nikmatilah proses jatuh dan sakitmu itu.
Kala ada waktu dimana kamu ingin sekali tersenyum tanpa rasa khawatir namun kebalikannya kamu menangis seperti anak kecil yang kehilangan balonnya, tak apa, menangis lah sampai perasaanmu terasa begitu lega.
Kala ada hari kamu mencintai seseorang dengan begitunya namun perasaanmu tak pernah sampai kepadanya, tak apa, tak semua kapal harus bertemu dengan dermaganya.
aku percaya dalam hidup ini hidup kita pada hari ini tidak akan selamanya demikian. Yang jatuh tak selamanya akan terus jatuh dan merasakan sakit. Yang berbahagia tak selamanya akan diatas dan terus merasakan rasa bahagia. Hidup ini seperti halnya roda berputar. Adakalanya memang harus dibawah dan terinjak, dan ada waktunya akan diatas mencapai puncaknya. Karena memang demikianlah sejatinya dunia.
Kala dimana kamu begitu terpuruk dengan sesuatu yang kamu tuju, percayalah kelak kamu akan bertemu pada sesuatu yang mungkin pernah kamu inginkan di masa dulu namun baru terwujud dan mungkin kamu pun lupa tentang keinginan itu. Padahal Allaah tak pernah lupa tentang rasa sakitmu saat itu, Allaah tidak pernah lupa tentang airmata yang pernah kamu jatuhkan dengan sebegitunya.
Maka jalan terbaik dari seluruh rasa sakit adalah mengembalikan semuanya dengan rasa ikhlas dan memupuk rasa syukur. Syukur sebab masih ada kesempatan untuk tetap hidup dan memperbaiki pada hal-hal yang bisa kita perbaiki dengan kemampuan kita yang terbatas ini.
Tak ada yang sia-sia pada penciptaanNya, tak ada kehidupan yang terlewati dengan sia-sia tanpa hikmah. Baik aku ataupun kamu, siapapun itu tak akan pernah tahu nasib masa depan bukan? Jadi, alih-alih terjerembab pada satu masa yang suram. Mengapa tak mencoba untuk menyudahinya meski mungkin dengan tertatih.
108 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Pernah Gak Terpikir Kenapa Rumah Tangga Itu Dinamain ‘Rumah Tangga’?
Rumah + tangga
Rumah itu berarti setelah menikah kamu dan pasangan ‘punya’ rumah yang kalian pegang kendali penuh di situ. Rumah di sini tak selalu dimaknai rumah fisik, melainkan juga bangunan abstrak bernama keluarga yang terbentuk setelah sahnya pernikahan.
Sedangkan tangga itu berarti tahapan. Bayangkan tangga darurat sebuah gedung pencakar langit. Seperti itulah ‘tangga’ dalam rumah tangga. Harus dilalui selangkan demi selangkah, dan rasanya lebih berat daripada berjalan di bidang datar.
Tangga inilah yang harus dilalui jika ingin rumahmu tumbuh jadi rumah yang besar, aman, dan nyaman.
Ingat, ini rumah tangga, bukan rumah eskalator atau rumah elevator. Gak ada jalan pintas untuk naik dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Setiap anak tangga harus dilalui satu demi satu. Harus ada effort. Harus ‘capek’ seperti naik tangga yang bikin kita ngos-ngosan. Tidak seperti orang naik eskalator yang hanya perlu melangkah satu kali, lalu dalam satu menit kurang lebih sudah sampai di lantai berikutnya.
Jadi apa artinya? Artinya jangan cuma bayangkan bagian enaknya berumah tangga. Sadari pula bahwa begitu detik pertama kamu menikah, peran dan tanggung jawab lebih besar sudah dipikul. Kamu bukan hanya kamu sendiri, tapi kamu adalah penghuni sebuah rumah yang harus terus kamu jaga, rawat, dan terus bangun sampai akhir hayat.
Jangan bayangkan bahwa tangga yang harus dilalui itu hanya yang sifatnya materil saja seperti punya anak, punya kendaraan, punya rumah, menyekolahlan anak, dan punya uang banyal, melainkan juga tangga-tangga kualitas seperti kebahagiaan dan kedewasaan kita yang harus terus naik nilainya.
Semakin lama kamu menikah kamu akan merasa cinta itu semakin abstrak, sedangkan yang kongkrit adalah tanggung jawab. Dan pada akhirnya kita akan jatuh cinta sekali lagi kepada kesungguhan dan tanggung jawab pasangan kita dalam menjalani perannya dengan sebaik-baiknya. Dari sini, keutuhan rumah tangga itu dipertahankan bukan dengan cinta, tapi dengan kesungguhan dalam menjaga tanggung jawab.
Berangkat dari kesadaran ini saya menyadari bahwa sangat mungkin rumah tangga ini kelak akan dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak ideal. Karena itu, ikhtiar paling logis yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga ini adalah dengan mengisi peran saya sebagai suami, kepala keluarga, dan ayah sebaik-baiknya.
Meski kadang rasanya lelah juga, sering patah juga, tapi menyempurnakan ikhtiar dalam mengisi peran setidaknya akan memperkecil probabilitas datangnya penyesalan di kemudian hari.
@taufikaulia
351 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Tiap lagi jaga terus ada pasien anak tuh rasanya ketemu hal yang disuka. Sama kayak liat anak sendiri gitu, bawaannya senang.
Semoga Allah mudahkan. Bismillah.
4 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Terimakasih, Pak Anies.
Barangkali, itu kalimat pertama yang ingin aku ungkapkan, jika ditanya tentang kesan di Pemilu 2024.
Terimakasih ya Pak, sudah berjuang untuk maju, menjadi salah satu calon presiden yang membuat kontestasi Pemilu terasa lebih ada 'ghirah'nya.
Jujur, di 2014 dan 2019, rasanya jengah sekali. Setiap membuka medsos, isu-isu SARA yang menjadi bahasan. Kampanye yang begitu-begitu saja, membuat bosan untukku pribadi melihat perjalanan kampanyenya. Karena paling ya, begitu saja tren-nya. Blusukan ke warga-warga, kampanye di atas pentas sembari bermonolog di bawah terik matahari, juga bagi-bagi amplop *eh.
Di 2024, Pak Anies dan tim menciptakan atmosfer yang berbeda. Desak Anies dan Slepet Imin, menjadi model kampanye yang berani tampil beda di sejarah pesta demokrasi Indonesia.
Dalam Desak Anies dan Slepet Imin, terjadi dialog antara capres-cawapres, dengan audiens. Audiens bisa menanyakan apa pun, bahkan mengadukan keresahan apa pun.
Ini menarik.
Melihat bagaimana para calon pemimpin kita berdialog dengan rakyat biasa maupun para mahasiswa, yang penuh dengan keluhan dan kritik yang beraneka ragam. Gaya kampanye ini meruntuhkan gaya konservatif, dan aku tidak bisa bilang tidak, gaya kampanye ini adalah gaya yang mendidik rakyat.
Buatku pribadi, ini mengagumkan. Bagaimana capres-cawapres bahkan memperhatikan bagaimana strategi dalam berkampanye. Memperhatikan bahwa proses pesta demokrasi, bukanlah sekedar pesta untuk yang akan maju mencalonkan diri. Tapi senyatanya, pesta demokrasi haruslah dirasakan sebagai 'pesta' oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Meski tidak bisa langsung mengikuti agenda Desak Anies, aku adalah salah satu pendengar setia rekamannya di Youtube. Pak Anies selalu menyampaikan di setiap dialog, bahwa Desak Anies adalah cara paslon 01 menawarkan 'cara berpikir' mereka. Menurut beliau, rakyat harus tahu bagaimana cara pemimpinnya membuat keputusan, dimana keputusan lahir dari cara berpikir. Menurut beliau lagi, pemimpin itu tugasnya membuat keputusan, maka sudah seharusnya rakyat memilih pemimpin dengan cara berpikir yang paling relevan. Aku semakin kagum dengan strategi beliau.
Terbayang, menghadiri berbagai dialog pasti adalah hal yang menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi jika ada kritik-kritik yang perlu dijawab, betapa melelahkannya. Tapi Pak Anies dan segenap tim, tetap memilih proses yang 'out of the box' ini demi mendidik rakyat dalam proses pemilu. Selain juga pasti ada misi menjaring suara.
Pak Anies, kuakui adalah sosok yang memiliki kelebihan dalam public speaking nya. Beberapa pihak bersentimen negatif, menyebut kelebihan ini sebagai 'omon-omon' belaka, atau 'janji manis' tanpa eksekusi nyata. Beberapa juga berpandangan, orang yang ucapannya manis di mulut, tidak selalu baik dalam bekerja. Tapi, kurasa itu logika yang tidak selalu benar dan tidak bisa dipukul rata. Kecerdasan berbicara tidak berarti payah dalam kerja nyata. Tidak bisa dihakimi begitu saja. Dan lagi, rekam jejak selama Pak Anies menjabat Gubernur Jakarta pun dapat kita pelajari di berbagai platform media sosial.
Ada lagi yang menarik menurutku. Performa Pak Anies saat debat. Aku kebetulan menyimak debat ketiga secara live via Youtube. Disana, Pak Anies tampak begitu 'menyerang'. Jujur, sebagai orang yang tidak suka dengan konflik, aku agak jengah menonton serangan demi serangan tersebut. Tapi, secara jernih aku mencoba berpikir. Acaranya ini judulnya debat, lagipula saat itu temanya adalah pertahanan, dimana salah satu paslon adalah juga menteri pertahanan. Wajar kalau terjadi kritik yang pedas, dan harapannya yang bersangkutan piawai dalam menjawab. Namun, seperti yang kita lihat dan saksikan sendiri, yang terjadi justru sebaliknya. Ah, sepertinya tidak perlu kujelaskan, netizen bisa menilai sendiri dengan mindsetnya masing-masing :)
Aku tersadar, bahwa saat itu Pak Anies sedang menjalankan peran, sebagai seorang kontestan yang berdebat. Terimakasih Pak, sudah menjalankan peran sesuai dengan situasinya.
Lalu tentang visi-misi. Aku belum membaca dokumen visi-misi paslon secara lengkap. Tapi beberapa kali, aku melihat postingan yang mengutip visi-misi dari para paslon. Dan, aku melihat hampir di setiap aspek, Pak Anies selalu memiliki visi-misi yang digagas. Di isu kesehatan, ekonomi, sampai diaspora pun beliau tuangkan gagasan. Dokumen visi-misi yang lengkap ini amat membantu jika kita ingin mencari isu yang menjadi fokus kita. Dan rata-rata mostly isu-isu tersebut ada di dokumen paslon 01.
Tidak hanya itu, muncul juga berbagai gerakan organik seperti aniesbubble, humanies, senimanbersatu, dll yang mendukung perjalanan kampanye Pak Anies. Pak, rasanya saya susah membayangkan gerakan-gerakan seperti itu terbentuk jika tidak ada ketulusan (apalagi tanpa bayaran), karena satu tujuan menginginkan perubahan.
Oh ya, aku juga respect dengan para pendukungnya yang tetap objektif meski mendukung paslon AMIN. Contohnya, pada saat debat cawapres. Patut diakui Cak Imin masih sangat blunder ketika itu. Tapi, para pendukung mengkritik dan menasihati, bukan menutup mata atas kekurangan itu. Dan alhamdulillah, Cak Imin pun terbuka dan menerima kritik. Di debat berikutnya, performanya lebih baik daripada sebelumnya. Membayangkan Indonesia dengan pempimpin yang terbuka, berkepala dingin, mampu memproses (bukan hanya menampung lalu jadi angin lalu) kritikan, luar biasa sekali rasanya.
Pak Anies, aku berharap, apapun yang terjadi selepas Pemilu, Pak Anies tetaplah menjadi Pak Anies yang seperti ini. Pak Anies yang menginspirasi, dan terus menyuarakan suara rakyat, terlepas apa pun pilihan politik Pak Anies. Aku sudah di titik pasrah dengan hasil Pemilu. Pak Anies terpilih ataupun tidak, Allah sudah mengaturnya, bukan.
Namun, setidaknya rakyat mendapat pendidikan yang berharga sepanjang perjalanan pesta demokrasi ini. Dan semoga, terus terdidik dan naik kelas demokrasi di Indonesia.
Pak Anies, terimakasih karena banyak kalimat Pak Anies yang menggugah dan terngiang di banyak orang. Aku jadi teringat salah satu ayat Al Quran,
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim ayat 24).
Salah satu kalimat yang aku ingat dari Pak Anies adalah saat Pak Anies membicarakan prinsip kebijakan. Kata beliau, "Membesarkan yang kecil, tanpa mengecilkan yang besar.". Maknanya, dalam sekali. Dan kalau itu menjadi basis dari setiap kebijakan, rasanya Indonesia Adil Makmur untuk semua bisa terlaksana.
And, the last. Terimakasih Pak Anies, sudah menggerakkan saya untuk menulis. Baru pertama ini, saya mendukung dan memilih calon pemimpin sampai dituangkan dalam sebentuk tulisan.
Semoga, Allah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
274 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Your Silent Treatment Is Killing Me
Silent treatment itu cuma 'bagus' untuk cooling down, tapi gak akan menyelesaikan apapun. Kalau ada masalah ya diobrolin. Bilang aja kalau gak suka, kecewa, atau marah. Orang yang kamu diemin itu bukan cenayang.
Silent treatment itu gak kayak diemnya orang yang mau nenangin diri. Diam itu gak akan jadi bahaya selama diamnya kamu itu untuk menenangkan dan menyiapkan diri untuk membuka obrolan yang sehat dan setara setelah kamu tenang.
Diam itu jadi masalah—toksik, ketika kamu diam untuk mengontrol dan menunjukkan bahwa kamu punya kuasa dan kekuatan yang lebih besar dalam sebuah hubungan. Di sini diammu tidak menyelesaikan masalah, melainkan hanya akan memanipulasi orang yang kamu diamkan untuk merasa bersalah. That's it. In the end, orang yang kamu diamkan itu akan bingung, frustasi, merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Silent treatment is abussive. Inilah mengapa silent treatment justru hanya akan memudarkan ikatan-ikatan emosional.
Komunikasi adalah kunci. Komunikasi dengan kata-kata ya, bukan komunikasi dengan sandi morse. Maka dari itu, bila ada masalah dengan siapapun, silakan diam untuk menenangkan diri, tapi jangan lari dari masalah.
Siapkan dirimu untuk mendengarkan dan bicara. Setelah kamu tenang, jangan pendam dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja.
Jangan ragu untuk bilang, “Hei, we need a talk.”
—@taufikaulia
816 notes · View notes
amaliaarizki · 3 months
Text
Support System (?)
Menikah itu berarti siap menjadi support system untuk pasangan. Lebih tepatnya, menikah itu berarti SALING menjadi support system satu sama lain.
Harus mulai dari mana?
Mulai dari apa yang jadi kewajiban masing-masing. Kewajiban istri adalah hak suami. Kewajiban suami adalah hak istri.
Hak itu bisa berarti kebutuhan. Tidak terpenuhinya hak bisa berarti pula tidak terpenuhinya kebutuhan. Dan tidak terpenuhinya kebutuhan akan menimbulkan rasa ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan membuat seseorang ragu untuk bilang yes saat ditanya, “Are you happy?”
Saat seseorang merasakan ketidakbahagiaan dalam pernikahannya, ini jadi alert agar perlu waspada. Dan membiarkannya berlarut-larut tanpa ada penyelesaian malah akan menjadi bom waktu.
Bagaimana bisa menjadi supporting system bila hal-hal dasar yang menjadi hak saja tidak terpenuhi?
Berangkat dari logika sederhana. Penuhi hak pasanganmu, perjuangkan hakmu. Selebihnya, adalah perkara mudah untuk menjadi supporting system satu sama lain dalam hal apapun.
Intinya, berangkatlah dari sadar akan kewajiban.
320 notes · View notes
amaliaarizki · 4 months
Text
Tumblr media
Jangan lupa, tubuhmu juga butuh istirahat...
120 notes · View notes
amaliaarizki · 4 months
Text
Dikira ngurus anak dan ngurus rumah tuh ga cape apa?
1 note · View note
amaliaarizki · 4 months
Text
Have you ever been this lonely?
0 notes
amaliaarizki · 5 months
Text
Jujur, berat rasanya. Terlalu banyak faktor, terlalu banyak persimpangan untuk ke tujuan. Terkadang harus merelakan satu dua bahkan ribuan jutaan hal. Bukan, bukan mengorbankan. Atau memang dikorbankan?
Semoga Allah kuatkan. Titik.
1 note · View note
amaliaarizki · 5 months
Text
SEMAKIN KUSUUUTTTT
0 notes