Tumgik
aisyahgis · 4 years
Text
Dalam Semua Keadaan, Kau Selalu Dicintai
Tumblr media
Tentu muara dari segala ini adalah usaha.
Seberapa tahan engkau menghadapi penat Sejauh apa engkau sanggup berjalan menanggung beban
Seberapa kuat kau mengalahkan dirimu sendiri untuk tak tunduk menjadi orang yang duduk
Dan tentang hasil, bukankah ia adalah hak Allah? Tugasmu adalah berupaya meluruskan niat dan menggencarkan doa
Bila akhirnya berhasil, kau diuji untuk bersyukur Bila akhirnya belum menyenangkan, kau dikaruniai kesempatan untuk bersabar
Dan tiada yang lebih menyenangkan daripada dibersamaiNya dengan cintaNya yang adil..
11 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Gak Papa, It’s Okay, I Love Myself!
Aku yang seperti ini, sudah sangat cukup bagi diriku.
Aku punya banyaaaak sekali milia di wajah. But its okay, i still love my face bahkan jika aku gak secantik orang lain.
Aku telat lulus setahun. But its okay, aku tetep bahagia bisa lulus and I'm proud of myself karena tidak menyerah dengan keadaan yang ada.
Aku punya kepribadian tertutup dan gak bisa ngedeketin orang lain. But its okay, aku memutuskan berhenti menekan diri sendiri untuk menjadi seseorang yang bukan aku. Dan aku sangat mencintai diriku yang super introvert ini.
Kalau mau diitung, tentu baaaanyak sekali kekurangan yang bisa dijadikan alasan untukku membenci diri sendiri. Dulu kalo ada orang mengkritik, rasanya pengen bilang, "kamu gak perlu buang-buang energi, aku udah kritik diriku tiap saat kok. I hate myself"
Tapi sekarang aku memilih untuk mencintai aku apa adanya. Aku bahagia dengan fitrah yang Allah berikan, dengan challenge-challenge hidup yang dirancang Allah khusus buat aku, juga dengan rezeki senang dan susah yang sudah ditakar Allah dengan adil.
Aku juga menerima diriku apa adanya. Bukan cuma atas kebaikan-kebaikan yang pernah aku capai, tapi juga kesalahan-kesalahan yang gak mungkin aku hapus. Dengan syarat, penerimaan itu harus disertai dengan komitmen untuk meningkatkan kebaikan dan menghapus kesalahan dengan perbaikan ekstra keras.
Kalo mau dibandingin, tentu aja di dunia ini banyaaaak sekali orang yang lebih hebat, lebih baik, dan lebih segalanya dari aku (and I hope I can be as great as them or even more). Tapi aku memutuskan untuk tidak membanding-bandingkan diriku dengan orang lain, karena bagaimana pun, hidupku tidak pernah sama dengan orang lain. Kalau aku mau bersyukur, ya bersyukur aja. Gak perlu terlebih dulu membandingkan kesulitanku dengan orang yang lebih sulit. Kalau aku mau bahagia, ya bahagia aja. Gak perlu terlebih dulu ngeliat orang yang lebih sengsara dari aku. Kalau aku mau do something, ya just do it. For me.
Selama aku mastatho'tum dalam segala hal, saat itulah aku pantas menghargai diriku, apapun hasilnya dan bagaimana pun keadaannya.
Meminjam perkataan lugu seorang babycat, Kirana, dengan semua hal yang ada pada diriku, aku ingin memanjatkan segala puji bagi Rabbku yang telah menciptakanku dengan sebaik-baiknya.
Rabbi, terimakasih sudah menciptakanku sesempurna ini dengan ke tidak sempurnaanku. Gak papa, its okay, I love myself!
Tumblr media
9 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Membuktikan Keimanan
Tumblr media
Katanya beriman kepada Dzat Yang Maha Baik, tapi ketika menemu kesulitan masih jua terbersit keluhan. Lupa bahwa Allah takkan memberi kecuali kebaikan dan takkan mengganti kecuali dengan yang lebih baik. 
Katanya beriman pada Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Mengabulkan, tapi sudah berdoa pun masih saja khawatir tidak terkabul. Padahal tidak ada satu pengharapan pun, meski yang remeh temeh dan selintas di dalam hati, yang akan Allah sia-siakan.
Katanya beriman pada Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar, tapi masih sering berlaku dan berkata seenaknya seakan Dia tidak ada dan mengawasi. Padahal yang sekecil biji dzarrah pun akan dipertanggungjawabkan hisabnya.
Katanya berimana pada Dzat Yang Maha Memelihara, tapi rasa khawatir dan cemas tentang hidup kedepan masih saja dikembangbiakkan. Padahal kita adalah hambaNya yang tidak mungkin luput dari pemeliharaanNya.
Katanya beriman pada Dzat Yang Maha Kuasa, tapi masih saja merasa dan bersikap lemah. Padahal tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika berjuang bersama Allah. Padahal Ia menanamkan tsabbat, mujahadah dan mastatho’tum sebagai kekuatan ummat ini.
Katanya beriman pada Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Mencukupi, tapi masih khawatir bagaimana rizki esok lusa. Padahal rizki telah ditakar dan dicatat dengan penuh kebijaksanaanNya.
Mengakunya hamba dari Rabb Yang Maha Pemaaf, tapi memaafkan kesalahan orang lain masih saja sulit dilakukan. Padahal dosa padaNya luar biasa banyaknya, tapi untuk membagi karunia pemaaf itu pada sesama, kita masih saja enggan.
Mengakunya hamba dari Rabb Yang Maha Lembut, tapi kepada orang lain masih sering acuh dan keras. Padahal tidaklah Allah mengajarkan keras pada sesama, bahkan bagi Fir’aun yang begitu durhaka, Allah memerintahkan Musa untuk berlemah lembut.
Astaghfirullah wahai diri, jadi kamu benar-benar yakin pada Allah atau tidak?
10 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Manusia dan Perihal Kemerdekaannya
Tumblr media
Apakah dalam kehidupan ini, manusia tidak diciptakan untuk merdeka?
Ketika menjadi anak, tak ada keputusan yang bisa purna diambil sendiri tanpa melibatkan orang tua. Banyak hal yang bagaimana pun harus terselip dalam list pertimbangan; “Apakah mereka menyutujui?” “Apakah mereka meridhoi?” Atau bahkan, sebagian dari kita sebetulnya tak punya pilihan. Mau tak mau harus mengekor pada sudut pandang ayah-ibunya.
Ketika menikah pun, kita tak bisa sepenuhnya menjadi diri sendiri. Kita hidup untuk pasangan. Memenuhi keinginannya, berupaya mencapai ekspektasinya. Tak lupa pula menyesuaikan diri dengan mertua dan keluarga besarnya. Lalu, bertahun-tahun sampai akhir hayat, menghabiskan seluruh daya upaya untuk membesarkan generasi.
Tapi, bukan berarti manusia sedang terjajah. Melainkan karena cinta dalam diri manusia jauh lebih besar dari egonya. Itulah sejatinya kemerdekaan, bebas dari diri sendiri, telah selesai dengan ego dan selfsentris.
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak sesederhana terdefinisi sebagai makhluk yg membutuhkan makhluk lain untuk hidup. Namun juga makhluk yang sadar bahwa kehidupan tidak berputar hanya pada dirinya. Pada setiap keputusan, pada setiap sikap, tak hanya akan berpengaruh pada dirinya, namun juga orang-orang di sekitarnya. 
Itulah sebabnya Islam, agama yang mengutamakan kebersamaan dalam berjama'ah dan persaudaraan atas tauhid, menempatkan itsar sebagai puncak ukhuwahnya. Mendahulukan saudara di atas kepentingan sendiri adalah puncak kemerdekaan dalam kehidupan sosial.
Manusia dan perihal kemerdekaannya; bukan berarti bebas lepas semau-maunya keinginan diri, melainkan menjalankan tanggung jawab sosial dengan menghargai dan memenuhi hak orang lain. Mengisi diri dengan kesadaran penuh, bahwa hidup ini, tak hanya tentang “aku dan diriku”.
45 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
toleransi
toleransi mana yang ingin kau pamerkan. Ada orang pake baju islami kau bilang kearab araban dan tidak nusantara. Giliran ada orang pake baju super minim gaya eropa kamu bilang kebebasan ber ekspresi.
Orang panggil saudaranya akhi ukhti dibilang tidak menghargai bahasa lokal. Katanya kita itu islam tp gak perlu sok sokan ke arab araban pake bahasa arab. Jangan kamu diganti antum, sob diganti akhi. Tapi giliran sok akrab sama yang mirip cina manggilnya koko sama cici. Situ nggak ke cina cina an? Ngomong “yang mana” aja di ganti “which is” situ nggak kebarat baratan? Mana nusantara dan ke arifan lokal?
Orang pengen negakin aturan yang sesuai dengan prinsip hidup islam dibilang islamisasi, dibilang pengen negakin khilafah, ideologi asing lah dll. Demokrasi harga mati.. Cuiihhhh., emang demokrasi itu tata kelola negara asli nusantara? Tata kelola negara nusantara itu kerajaan. Mau balik lagi jaman kerajaan kerajaan? Ngelawan raja di penggal pala lu. Gak bisa lagi kritik kritik pemerintah. Gak bisa ngajuin kepala negara karena bukan keturunan raja. Itu yang lu mau? Giliran budaya lain masuk dibilang pembaharuan. Giliran islam yang masuk dibilang kolot dan membahayakan. Duh dek cuci muka dulu deh biar nggak kusem.
Tapi memang pejuang pejuang islam kadang suka kurang arif dalam menyeru. Mau ngubah sistem yang tidak reliable kerjaanya cuman teriak teriak dipinggirjalan. Semua masalah jawaban nya kembali ke Al qur'an dan sunah. Ya kalau balik ke Qur'an dan sunah di sebutin dong yang mana dalil nya. Yang mana contoh nya. Mana ijtihadnya. Mana jumhur ulama nya. Contohin pake gerakan sosial, misal nggak sepakat sama bank konven, bikin bank syariah yang reliable sama jaman. Banyak bank bank syariah atau BMT yang bertumbangan karena cuma ngandelin “dogma"anti riba dan sistem islam. Tapi dibelakangnya pelayanan jelek, Sistem keuangan nggak akuntable, nggak simple dan terkoneksi sama satu dan lain hal.
satu lagi. Kadang umat ini juga gak toleran sama mereka yang berbeda. Belum apa apa sudah dihujat "kafir” “cina” “pki”. Nabi dulu dakwah ke paman nya kayaknya gak pake kata kata “dasar pamanku yang kafir quraisy” ini belum ngomong islam udah tertolak dulu. Bukan hati nya keras tertutup hidayah. Tp kita yang membuat hatinya panas dan menutup jalan hidayah dari kita. Dalil nya sih “hanya sekedar mengingatkan”. Coba kalau bener mengingatkan caranya diganti jadi di DM. Bukan di kolom komentar yang semua orang lihat kalau kita seperti menghakimi. Niatnya memberitahu atau menjatuhkan?
Jangankan beda agama. Beda mazhab aja sering kita saling tahdir dan saling menyalahkan. Gimana umat lain mau lihat kedamaian islam kalau mereka lihat kita aja saling serang di depan umum. Coba lah sedikit bertoleransi. Minimal di depan publik. Simpan rapat rapat perbedaan di ruang privasi saja. Kalau levelnya sudah musrik dan mensekutukan Allah baru lah kita menyeru. Tp caranya harus santun karena kita ini sebagai orang islam a.k.a muslim ini etalase berjalan aplikasi agama islam. Kalau masalah furu ya anggep aja islam ini beragam dan bervariasi. Toh mazhab saja ada banyak. Dan tiap mazhab punya hujah nya masing masing.
Karena beberapa pribadi pribadi seperti saya ini belum bisa dijadikan contoh tentang islam itu sendiri. Sering nyampein ayat tp lingkungan sosialnya buruk. Komunikasi sama saudara nggak ada. Tetangga nggak kenal. Ini yang dinamakan al islamu mahjubil muslimin, islam itu tertutupi prilaku orang islam nya.
Saya berharap perdebatan dan diskusi tentang hadist dan fiqih kembali di majelis majelis ilmu. Bukan di masjelis sosmed yang berakhir dengan perdebatan dan dzon alias sangka prasangka.
Dan semoga saya tidak termasuk orang orang yang ikut memperkeruh citra islam ini.
98 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Meneladani Akidah dari Ismail
Tumblr media
“Wahai anakku, aku diperintah Allah untuk menyembelihmu, nak!” Ucap sang ayah pada anaknya.
Bayangkan, Ayah yang jarang ditemui sang anak itu tiba-tiba datang dan memberi kabar akan membunuhnya. Apa ya yang akan dikatakannya? Apakah ia akan memprotes, “menyembelih? Memangnya Ayah tidak sayang padaku? Aku kan anakmu, kenapa begitu tega?!”
Tapi tidak! Ismail, sang anak, justru berkata dengan mantap, “jika itu perintah Allah, laksanakanlah wahai Ayah. Mudah-mudahan engkau menemuiku sebagai orang yang sabar...”
Maasya Allah.
Sesungguhnya, apakah yang membuat Ismail begitu taat dan patuh menghendaki dirinya disembelih oleh Ibrahim, sang ayah? Apakah yang membuat tidak ada satu keluhan pun keluar dari bibirnya? Apa pula yang mengukuhkan hatinya hingga tidak sedikit pun terbersit gugatan atas perintah Allah tersebut? 
Dari jawaban Ismail, dapat kita rasakan bahwa kepatuhannya menerima perintah itu bukan sekedar karena ketaatannya pada Ibrahim. Melainkan karena ketaatannya pada Allah!
Itulah kekuatan akidah, pondasi dasar yang menentukan kokoh dan rapuhnya bangunan Islam seseorang. Akidah yang kokoh dan lurus membuat hati dan akal terbuka dan tunduk untuk menaati syariat bagaimana pun bentuknya.  
Meski Ismail tahu perintah itu bisa saja akan menyakitinya. Meski ia tahu bahwa dengan mentaatinya ia akan mati di tangan ayahnya. Namun rasa cinta Ismail pada Allah melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Sebagaimana cinta Ibrahim pada Rabbnya mengalahkan rasa cinta pada sang putra yang telah lama ia damba-dambakan kehadirannya.
Sungguh begitulah, yang beriman akan tenang. Sesulit apapun yang terjadi, hati akan selalu yakin, di balik semua itu ada kebaikan yang hendak Allah beri. Segalanya akan dilakukan untuk keridhoan Rabbnya semata. Hanya tinggal menunggu tabir-tabir hikmah itu terbuka. Dan kokohnya iman akan memetik buah manisnya.
53 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Kecukupan
Tumblr media
Ibrahim tak tau jika api akan menjadi dingin dan melembut ketika ia dilempar dalam bara
Musa tak tahu jika lautan akan terbelah ketika terhimpit kejaran Fir'aun
Yunus tak mengira akan diselamatkan oleh paus ketika dibuang ke tengah laut dari atas kapal
Ismail tak tahu jika ia akan digantikan dengan domba ketika merelakan dirinya disembelih.
Nuh tidak mengira bahwa akan ada air bah melanda negerinya saat diperintahkan membuat bahtera.
Yang mereka tahu, Allah bersama mereka.
Yang mereka tahu, Allah akan melindungi hamba-Nya yang berupaya taat.
Tak satu pun peluh dan usaha yang luput dari perhitunganNya. Takkan ada yang disia-siakan.
Mereka mengalahkan kelemahan mereka sendiri, seperti takut, sedih, marah, khawatir dan menggantinya dengan prasangka baik bahwa Rabbnya takkan memberi apapun kecuali kebaikan.
“Hasbiallah”
Cukuplah Allah bagiku.
Maka Ibrahim dengan lapang dan tegar merelakan anak yang telah ia nantikan kehadirannya begitu lama.
Maka Yunus dengan sabar merelakan dirinya terjun ke dalam lautan lepas.
Maka Musa dengan yakin mengetukkan tongkatnya.
Maka Nuh dengan taat mengabaikan cacian yang datang dan tetap giat membangun bahtera besarnya.
Sungguh, meski hari ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi, selama Allah menjadi pelindung kita percayalah bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Mungkin sekarang kita tengah diuji dengan kehilangan, kesabaran, atau kesulitan yang belum nampak jalan keluarnya. Tapi bersabarlah, bersabarlah.
“Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nasir.”
Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung.
Berprasangka baiklah padaNya sebab kelak kau akan mengetahui bahwa kesulitan itu termasuk bentuk cintaNyA. Bahwa dibalik semua itu, Allah tak pernah meninggalkanmu meski hanya sedetik.
Hingga kelak, kau menemukan akhir yang baik. Tentang cerita seberapa agung cintaNya padamu dan seberapa tangguh kau berupaya mempersembahkan cinta padaNya.
34 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Idaman. Membangun kebudayaan literasi 👍🏻
Perjalanan (selalu) Membawa Berkah
Setiap perjalanan tentu membawa banyak hikmah dan pelajaran. Tesirat maupun tersurat. Terkadang menohok bahkan menampar dengan keras. Namun itulah hikmah dan ibroh, seringkali didapat tanpa ada kesengajaan, dan biasanya didapat dari kawan-kawan perjalanan dan menjadi berkah bagi kita selama beberapa hari. Berkahnya berupa hikmah, ibroh dan pelajaran yang amat sangat berharga. Dan itulah yang kurasakan saat ini, masih terekam jelas pertemuan dan perjalanan selama hari senin kemarin.
Kedatangan tamu dari negeri seberang (Malaysia), membuatku sedikit grogi. Siapa aku? Lulus belum, jarang-jarang diminta tolong mengantar keliling kota Semarang dan tetiba menjadi guide dadakan bagi mereka. Namun sebagai tuan rumah yang baik, tentu aku tak melewatkan kesempatan berharga untuk menjadi guide bagi wisata mancanegara. Kapan lagi? Ya mudah-mudahan kedepannya masih bisa. And the adventure is begin! Keliling Semarang dimulai dari wilayah Kota Kuno (candi Gedong Songo), hingga ke Kota Lama peninggalan Hindia-Belanda.
Perjalananku bermembawa berkah. Itulah yang kurasakan selama sehari penuh bersama mereka. Bagaimana tidak? Aku yang menjadi guide mereka, namun justru aku yang mendapat banyak pelajaran dari mereka. Ironisnya, ada satu orang dari rombongan mereka yang justru lebih paham sejarah Nusantara daripada guidenya sendiri. Malu? Ya! Tertampar? Banget bro! merasa jadi debu dan merasa diri ini bodoh dan perlu belajar banyak lagi. Ditambah lagi, dia berkata, “aku ni warga negara Malaysia, tapi hatiku Nusantara”, kecintaannya pada Indonesia mungkin lebih tinggi dari yang kurasakan. Tamparan yang luar biasa
Mereka adalah kawan-kawan komunitas Literasi, jadi ya tidak jauh-jauh dari sejarah, napak tilas, diskusi, dan senantiasa tenggelam dengan buku-buku. Ada sebuah kesempatan aku menemani mereka mampir ke toko buku Gramedia Semarang, dan lagi-lagi aku mendapat pelajaran dari mereka: “jangan pelit untuk ilmu!”, disaat kita masih berpikir panjang untuk membeli sebuah buku, mereka dengan mudahnya membeli buku dengan alasan: “ini semua untuk ilmu pengetahuan”. Dan yang membuatku terkejut adalah, di tempat asal mereka, setiap keluarga setidaknya wajib memiliki perpustakaan. Kita? Mungkin sebuah buku pun belum tentu ada dilemari-lemari kita. Lagi-lagi tamparan yang luar biasa.
Lalu ada lagi yang membuatku terkejut dan terheran-heran. Mereka adalah penggemar tokoh-tokoh Indonesia. mulai dari Buya Hamka dengan karya-karyanya yang masterpiece, Kartini sebagai sosok perempuan inspiratif sehingga mereka rela jauh-jauh datang dari Malaysia hanya untuk melakukan pengembaraan intelektual dan menapaktilas jejak sejarah seorang Kartini. Belum lagi sosok penulis legendaris Indonesia semacam Pramoedya, karya-karyanya juga digandrungi oleh generasi muda di Malaysia. Coba, pernahkah kita sebagai pemuda Indonesia mengagumi karya-karya beliau dan menjadikannya tokoh inspiratif? Barangkali membaca satu karyanya pun belum. Lagi-lagi aku merasa ‘ditampar’ agar betul-betul mencintai bangsa ini dengan paripurna.
Sungguh, perjalanan kemarin adalah perjalanan paling berharga selama aku hidup diatas bumi-Nya. Serpih-serpih hikmah dan pelajaran perlahan diberikan-Nya kepadaku agar aku benar-benar menjadi seorang pembelajar sejati. Syukuri setiap perjalanan dengan siapapun, maka kau akan mendapat berkah yang begitu berharga dan tak akan dapat ditukar bahkan dengan gunung emas sekalipun.
Perjalanan akan selalu meninggalkan jejak, dan jadikan jejak itu sebagai tarbiyah untuk diri kita dan orang lainnya #JejakTarbiyah
“Kita boleh menengok kebelakang untuk melihat sejarah dan belajar, tapi bukan untuk kembali”,
-Kang Mus-
Tumblr media
46 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Bicarakan
Tumblr media
Barangkali, beberapa orang tidak berhenti menanyakan, membicarakan, atau melakukan hal-hal yang sensitif bagimu karena mereka tidak tahu bahwa itu melukai perasaanmu.
Barangkali, bagi mereka menanyakan pertanyaan pasaran seperti “bagaimana skripsinya?” “kapan menikah?” “mana calonnya?” “sudah hamil belum?” “kerja dimana?” adalah sekedar basa-basi untuk dapat membuka perbincangan denganmu.
Barangkali, mereka sama sekali tidak punya niat menyakiti. Mereka hanya sedang menunjukkan kepedulian akan kehidupanmu. Hanya saja tidak dengan cara yang tepat bagimu.
Kalau begitu, alih-alih menghindar dari silaturahmi, atau diam-diam menimbun luka dan prasangka, bagaimana jika kau sampaikan saja?
Katakan pada mereka dengan lembut, “Jangan bahas skripsi dulu ya, karena bikin aku stress. Insya Allah aku selalu berusaha melakukuan yang terbaik untuk menuntaskannya” “Gimana kalau kita ngomongin topik lain aja? Aku nggak nyaman membicarakan rencana nikah” “Ah maaf ya, aku kurang suka membahas hal itu. Bahas yang lain aja yaa” :Maaf ya, aku kurang nyaman kalau kamu melakukan itu. Bisa gak kalau jangan dilakuin lagi?”
Jangan takut mengakui bahwa kamu bisa terluka atas sesuatu. Jangan takut menunjukkan bahwa kamu bisa terganggu akan perbuatan yang tidak mengena di hati. It’s okay, we’re all human. Sebagai makhluk yang diciptakan dengan hati, menunjukkan bahwa kita memiliki perasaan tidak berarti egois. Tidak ada yang salah dengan baper selama tidak berlarut. Jangan sampai munculnya kata “baper” menjadi alasan manusia tidak lagi memanusiakan manusia.
Yang terpenting, sampaikanlah dengan ucapan yang baik dan akhlak yang lembut. Insyaa Allah, dengan komunikasi yang baik, mereka akan mengerti dan menghargai. Silaturahmi tetap terjaga, prasangka pun meniada.
Jadi, bicarakanlah. Agar mereka tahu cara membersamaimu dengan tepat.
63 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Keluar dari Persembunyian
Aku menyukai hal-hal yang sunyi. Seperti makan seorang diri waktu ke restoran, menikmati suasana perpustakaan yang hening, me time sewaktu di toko buku, juga tak lupa berdiam diri di masjid.
Tetapi, ada kalanya aku merasa aku harus keluar, melakukan sesuatu yang berbeda dan tidak membuatku nyaman. Semisal saat aku harus berada dalam keramaian acara, aku berusaha menyesuaikan diri, berusaha untuk ramah dan menyapa lebih dulu. Hal-hal seperti itu, menguras tenagaku. Kadang, aku berpikir untuk apa aku harus bersusah payah seperti itu bila aku bisa nyaman dengan diriku sendiri.
Waktu berlalu.
Aku akan menjalani peran-peran baru yang mungkin tidak pernah ku sangka. Menjadi orang tua adalah salah satunya. Hidup sebagai bagian dari masyarakat, bertetangga, dsb. Aku tidak bisa terus menerus bersembunyi di bilik kamar. Segala sesuatunya, memang seringkali baru kita pahami setelah bertahun terlewati.
Aku masih menyukai kesunyian. Seperti saat aku bisa merebahkan badanku, bermimpi bahwa aku bisa menjadi sagalanya, seperti saat anak-anak. Saat aku hanya mau berbicara dengan ibu dan ayah, tidak semua orang. Saat aku bisa membaca buku seharian dan hidup dalam duniaku.
Tapi, dunia ini meminta kehadiranku untuk berperan. Aku membuka pintu, dunia yang riuh ini benar-benar sesuatu yang selama ini kuhindari, tapi aku tahu menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apapun :)
Hai, dunia. Aku tahu kamu tidak akan berbaik hati kepadaku, maka aku akan keras terhadap diriku sendiri sebelum kamu bersikap keras terhadapku. 
©kurniawangunadi
1K notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Matahari Peradaban
Tumblr media
Kartini adalah sosok menyejarah yang menjadi salah satu bukti peran perempuan dalam peradaban. Ia yang melepas gaun kenyamanan untuk berjuang secara anggun demi kemerdekaan kaumnya kini sentiasa dikenang. Namun, apakah hakikat sebenarnya dari emansipasi yang diperjuangkan Kartini?
Dalam penggalan suratnya kepada Prof. Anton pada 4 Oktober 1902, Kartini menuliskan
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi, karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Ya, peran pendidikan memang sebegitu pentingnya bagi kehidupan manusia tanpa memandang gender. Maka jika yang diinginkan adalah kesamaan kesempatan, sesungguhnya Islam telah menjadi pintu bagi keadilan ini. Islam telah mengangkat derajat wanita dari masa jahiliyah yang penuh penghinaan, menuju masa kemuliaan. Islam memberikan kesempatan bagi wanita untuk duduk setara dalam majelis, untuk turut berdiskusi dan memecahkan persoalan, untuk saling mengingatkan saling memberi wasiat tentang kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Bahkan, begitu diistimewakannya seorang muslimah hingga Allah meletakkan surga di telapak kakinya ketika berpredikat sebagai ibu.
Emansipasi yang diperjuangkan Kartini adalah tuntutan yang tidak melupakan kodrat istimewa wanita. Namun, jangan salah kaprah memandang peran wanita hanya sekedar pada dapur, sumur dan kasur, atau terbatas menjadi istri dan ibu semata.
Jika menilik pada kehidupan shahabiyah, kita mengenal Khadijah, seorang pebisnis ulung, wanita terhormat yang terpandang di kaumnya. Terkenal pula Nusaybah, seorang muslimah tangguh yang berjaya di medan perang. Pun Asy-Syifa binti Abdullah, seorang dokter pada zamannya. Tiada sekat pada agama ini yang melarang muslimah untuk berperan dalam kehidupan sosial, selama kewajiban utama telah ditunaikan dengan baik.
Islam, agama yang menjadikan keadilan sebagai salah satu pokok ajarannya. Ia mampu menghadapi semua tantangan zaman dan menjawab setiap pertanyaan. Sehingga tidak perlu lagi kita mengambil paham-paham lain yang bisa menyesatkan.
Bukankah telah Allah sampaikan dengan lembut dalam sebuah surat yang berarti perempuan, yaitu An-Nisaa: 32
“Dan janganlah kalian merasa iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian di antara kalian atas sebagian yang lain. Bagi para laki-laki terdapat bagian atas apa yang mereka kerjakan, dan bagi para wanita pun terdapat bagian atas apa yang telah mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Teruntuk semua perempuan, selamat menikmati kesempatan dan keistimewaanmu. Menjadi matahari peradaban dengan ilmu dan pengetahuannya yang luas dan adabnya yang luhur. Menjadi pencerah tak hanya bagi keluarga, namun juga masyarakat.
Minadzdzulumati ilannur.
Door Duisternis Tot Licht.
Habis Gelap, Terbitlah Terang. 
24 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Quote
Aku musti pergi Sebab anak muda takdirnyalah merantau dengan sunyi Mencari sesiapa jiwa dalam tubuhnya Mencari kepingan-kepingan hidup dari cinta yang berantakan..
Tapi suatu hari nanti, aku jua kan pulang
11 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Photo
Tumblr media
Aku ingin bicara padamu sembari meramu dingin di sudut malam, karena kehadiranmu di ujung bangku akan menyalakan api di tengah kabut yang turun lamat-lamat
Aku ingin bicara sembari melihat matamu, seakan di dalamnya seluruh dunia telah termaktub sehingga aku tak perlu lagi berjalan jauh
Aku ingin tenggelam dalam sunyiku tanpa merasa sendirian, karena diujung meja kau pun tengah sibuk menerjemahkan buku-buku yang tak kuminati. Bersamamu aku ingin menikmati kesendirianku tanpa perlu merasa sepi
Aku ingin berjalan dalam hujan tanpa perlu khawatir banyaknya baju yang akan kucuci. Karena kau akan membantuku menghabiskan kekhawatiran-kekhawatiran kecilku yang tak penting
Dan dari semua yang bisa aku harapkan adalah
Aku ingin bicara padamu meski tak memiliki alasan. Meski tiada lagi hal yang bisa dibahasakan…
20 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Quote
Malam ini pun kembali runtuh dalam sepi Sembari kuhirup secangkir teh pekat, pentas kenangan membuncah tanpa jeda Kamu, bagaimanakah hari-hari yang kau lalui sebelum aku tiba?
semoga seluruh semogaku turut luruh dalam meringankan langkahmu.
2 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Text
Tumblr media
Orang gagal sekalipun memiliki kepuasannya sendiri. Puas karena sudah berusaha. Puas karena sudah membuktikan bahwa dirinya bukanlah pemalas atau pemuda tanpa determinasi. Meski belum berhasil, setidaknya dia sudah satu tingkat di atas orang-orang yang enggan mencoba.
— Taufik Aulia
2K notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Quote
Cita kita tidak sekedar ingin menjadi ini agar bisa melakukan ini dan itu, membeli ini dan itu. Cita kita adalah kemenangan dakwah dan kebangkitan ummat.
Hingga cita itu akan memandu kita untuk berkontribusi dengan mastatho'tum. Mengalahkan kelemahan-kelemahan diri dan mempersembahkan bakti terbaik.
3 notes · View notes
aisyahgis · 5 years
Quote
Tidak usah jauh-jauh bicara membangun peradaban, jika peran membina saja masih acak-acakan
Laksana bangunan, kau sibuk merancang atap yang gemerlap
Tapi lupa menyusun pondasi
13 notes · View notes