Tumgik
adilemadil · 2 months
Text
Tumblr media
Catatan ramadhan setahun lalu.
Aku suka mencatat mauidzhah, karenanya terkadang membuat ingat, bahwa banyak amal yg perlu ‘ditambal’, disempurnakan, diistiqomahkan. Tentunya juga, tak ada istirahat dalam beramal shalih, kecuali nafas terhenti.
Semoga Allah ta’ala karuniakan kita gelar muttaqin sebakda ramadhan, ya.
7 notes · View notes
adilemadil · 2 months
Text
Tumblr media
Majlis Hadits Ahad, Kitab Jami’ Tirmidzi
Bersama Syaikhina KH. Ahmad Marwazie, murid dan katib Syaikh al Musnid Muhammad Yasin al Fadani musnid-ad-dunya; pemegang ‘sanad dunia’ abad ke-20.
📍Zawiyah Raudhah Tebet, Jakarta Selatan.
Di pertemuan kali ini, pembacaan hadits Jami’ Tirmidzi telah sampai kepada pembahasan bab isy’arul budni pada kitab Haji, yakni penggoresan punuk unta sebagai penanda hewan qurban.
Tumblr media
Kiranya ada beberapa hal penting yg perlu kita telaah bersama mengenai majlis kali ini.
Hadits singkat itu berbunyi:
“Telah menyampaikan kepada kami Waki’ dari Hisyam dari Qatadah dari Abi Hasan al A’raj dari Ibnu Abbas bahwa Nabi menggores punuk unta bagian kanan hingga berdarah lalu mengusap darah tersebut (untuk menandai) dan mengikat sandal lalu mengalungkan kedua sandalnya di unta tersebut”.
Hadits dari Sayyidina Ibnu Abbas r.a. ini dikategorikan oleh Imam Tirmidzi sebagai hadits hasan shahih (disunnahkan untuk melakukan isy’ar/penandaan tersebut). Hadits ini dijadikan sebagai landasan dalam mengamalkan tatacara orang yg ingin berqurban, yaitu dengan memberi tanda pada hewan qurban, alhasil itu sunnah meskipun (bagi sebagian orang yg cenderung menggunakan akal & perasaannya) seakan-akan itu menyakiti unta tersebut.
Bahkan beberapa imam madzhab ummat ini juga menyetujuinya, semisal Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Sufyan ats Tsauri, dan Imam Ishaq bin Ibrahim). Isy’ar ini sifatnya sunnah (tidak wajib). Di kalangan masyarakat umumnya ada yg menandai dengan melubangi telinga sebagai pertanda bahwa unta, sapi, kambing tersebut untuk diqurbankan, sehingga masyarakat mengetahui dan senang (karena sudah ada calon hewan qurban sebagai makanan bagi mereka).
Terdapat beberapa permasalahan yg muncul di kalangan orang yg mendahulukan akal & perasaannya dibanding nash:
- Kata mereka, “Isy’ar bagian dari ta’dzib (penyiksaan) terhadap hewan”. Jika kita perhatikan pada anak perempuan saat di tindik, anak laki-laki saat di khitan apakah itu ta’dzib juga? Sekali-kali bukan. Dibalik setiap perintah syariat pasti ada hikmahnya, misal faktor kesehatan yg akan didapat dari khitan: kemaluan akan lebih bersih dan terhindar dari kuman serta infeksi.
- Tidaklah mungkin seorang rasul yg diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin berlaku jahat, jadi hukum syariat yg ada jangan semata-mata dipandang hanya dengan perasaan & logika saja karena akan menghasilkan kerancuan (setiap orang punya pandangan tentang logika & perasaannya masing-masing).
- Manusia liberal menganggap beberapa hukum syariat ‘mencederai’ hak asasi kemanusiaan, padahal itu bertolak belakang dengan nash. Jadi jika terdapat nash, kita kesampingkan dahulu logika dan perasaan dari menilai hukum syariat. Karena jika menggunakan akal saja akan banyak hukum yg hilang. Sebagai contoh jika seorang yg berzina itu muhson (sudah nikah) maka dihukumi rajam sampai mati, jika dianggap kasihan maka tidak akan ada hukum tersebut. Sebaliknya hukum syariat berupaya memberikan hukum sejajar di mata undang-undang jika orang-orang itu mau memahami.
- KH. Marwazie pernah menyaksikan bahwa di Saudi ada seorang dari Yordania tertangkap mencuri dan sudah mencapai nishob untuk dilakukan hukum qishash potong tangan. Seorang supir dari Indonesia yg membawa KH. Marwazie di taksinya mengomentari bahwa hukum tersebut sangat kejam. Beliau lalu memberikan contoh, “Jika kamu punya uang dan sedang butuh, mungkin kamu tidak hanya akan mengambil balik uangnya tapi bisa jadi sampai membunuhnya. Bahkan tidak sedikit pencuri yg dibakar hidup-hidup. Kita bayangkan hal yg begitu sulit bagi kita, jangan bayangkan kondisi yg tidak kita alami (dicuri)”.
- Imam Tirmidzi mendengar dari gurunya, Yusuf bin Isa, beliau mendengar dari gurunya Waki’ bin Jarrah, “Janganlah kalian melihat pandangan ahli ra’yi (ditujukan kepada Imam Abu Hanifah secara khusus, secara umum kepada para ulama fuqoha’) dalam hal ini (isy’ar); karena isy’ar ini sunnah, sedangkan ucapan mereka (ahli ra’yi) bid’ah (tidak bisa diterima oleh ahli hadits/muhadditsin, karena nash hadits tersebut ada dan shahih). Sedangkan ketika masih ada nash maka tidak ada satupun hujjah yg bisa mengunggulinya; karena nash adalah landasan hukum utama. Perbedaan pandangan di kalangan ulama muhadditsin & fuqoha ini telah jamak di tengah ummat, jadi bukan berarti karena kita berpegang pada madzhab Syafi’i lalu kita membenci madzhab Hanafi (karena melarang isy’ar). Bagi mereka para ulama, sudah mafhum bahwa mereka memiliki hujjah atas setiap hukum yg dilahirkan, sedangkan kita sebagai pengikut madzhab adalah cukup mengikuti dan memandang perbedaan tersebut sebagai khazanah keilmuan dan menghormati mereka yg mulia.
- Ulama ahli ra’yi (ahli logika) yg dimaksudkan oleh Imam Waki’ bin Jarrah adalah ulama fuqoha yg tidak punya kepentingan keduniawian, bukan seperti kita yg hanya memakai logika dan masih teramat banyak kepentingan duniawinya. Selain itu, ulama ahli ra’yi memiliki metodologis yg rapi dan diselaraskan dengan aspek dalil; tidak serta merta akal & perasaan semata. Kalau kita akhirnya bukan memakai akal, tapi cuma akal-akal an🤣. Karena ahli ra’yi mengambil hujjah ketika tidak ada dalil yg kuat, tidak asal-asalan.
- Maka jika kita menelusuri suatu hukum dalam rangka istidlal/ ndalil, hendaknya kita tuntaskan belajar bab tersebut, supaya tidak serampangan dalam berargumen apalagi jika justru mukhalafah/bertentangan dengan ulama-ulama yg kompeten.
- Ada seseorang yg berkata kepada Imam Waki’ bahwa, “Abu Hanifah mengatakan isy’ar ini mutslah/ta’dzib/penyiksaan, bahkan Ibrahim an Nakha’i juga mengatakan isy’ar itu penyiksaan”. Imam Waki’ marah (karena ketegasan dan berpegang pada hadits) kepada orang tersebut dan berkata, “Saya mengatakan Rasulullah bersabda, dan kamu mengatakan Ibrahim (an Nakha’i) mengatakan demikian demikian?! (Sungguh tidak layak)”. Penggunaan dalil itu harus terukur: ketika ada dalil nash yg jelas, tidak akan sebanding dengan dalil (hujjah) dari ulama siapapun. “Jangan-jangan kamu yg bohong (karena bisajadi kamu tidak selesai penelusuran dan belajarnya). Kamu lebih pantas dipenjara dan tidak keluar darinya sampai kamu menarik ucapanmu”.
- Jadi ada jenis ‘orang yg bucin’ terhadap para tokoh fuqoha akan tetapi belajarnya tidak selesai akhirnya dia menjadi ‘manusia asal nukil tanpa bukti’ dan justru menjadi permasalahan yg besar di kalangan ummat. Walaupun pendapat tersebut (isy’ar madzhab Hanafi dll) ada penjelasannya dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Jami’ Tirmidzi, tapi orang bucin tersebut tidak mencari dan tabayyun. Disini-lah pentingnya kita duduk dan mengkaji dalil yg menjadi argumentasi ketika berhadapan dengan permasalahan yg dianggap orang hujjah kita tidak benar, terutama ketika berhadapan dengan ‘orang-orang bucin’ tersebut. Jadi tidak selalu orang yg mengatakan qawl nya berasal dari imam ini imam itu, karena bisajadi dia berdusta. Dahulukan tabayyun untuk mencari kebenarannya.
- KH. Marwazie pernah mengalami saat menyalin tulisan Syaikh Yasin, ketika diteliti beliau mengatakan nama tertentu salah dan harus dikoreksi, maka ada yg namanya proses tahqiq. Jika seseorang tidak punya ilmu makhtutot terhadap apa yg ditelusurinya maka jangan sekali-kali menukilnya. Sebagai contoh Imam Syafii punya beberapa murid yg menukil perkataan beliau. Maka diharuskan melakukan perbandingan qawl diantara murid beliau, ini yg berat. Memang, media dan teknologi sekarang membantu kita dalam belajar, namun jangan lupakan metodologi karena jika salah metode penelusurannya maka akan runtuh bangunan ilmu yg dihasilkan kemudian.
- Kelemahan pengikut madzhab zaman sekarang adalah pintar dalam dalil tapi lemah dalam tathbiq amaliy (melakukan amalannya), salah satu yg diperlukan untuk terus mengasahnya adalah rajin hadir di majelis (agar kita refresh ilmu dan amal).
- Pesan dari KH. Marwazie, bahwa jika ada seseorang yg berkata “rasulullah berkata ini dan itu” akan tetapi ternyata tidak ada nashnya maka sungguh dia termasuk dari sabda nabi, “Barangsiapa yg berdusta atas nama diriku secara sengaja, hendaklah ia bersiap menempati tempatnya di neraka”. Maka berhati-hatilah dalam menukil hadits. “Dakwah itu butuh modal (yaitu belajar dengan guru dan metode yg benar), maka jangan pernah ‘berjualan dalil’ untuk dakwahmu”. Kita boleh mengklaim kita ahlussunah wal jama’ah asalkan punya pokok & dasar ilmu yg benar.
Ahad, 25 Februari 2024.
1 note · View note
adilemadil · 2 months
Text
Tumblr media
Manusia Diciptakan untuk Akhirat
(Mauidhah oleh KH. Hamid Dawar dalam acara Haul ke-56 Simbah KH. Muhammad Asfari, ayahanda dari guru kami KH. Ibrahim Asfari)
Beliau KH. Muhammad Asfari, sudah tidak kita ragukan lagi terkait kemuliaan beliau.. sebab kita yakin bahwa beliau adalah seseorang yang sangat dekat dengan Allah ta'ala, mulia disisi Allah ta'ala.. di mana hal itu sudah dipenuhi oleh almarhum, seseorang yg 'pinter urip': bahwa hidup semata untuk ibadah. Kita mengetahui bahwa kemuliaan disisiNya adalah hanya ketaqwaan semata tidak ada yg lain, status yg bisa dibawa ke akhirat hanyalah status muttaqin bukan yg lain.
Ulama terdahulu pernah dawuh: khuliqal insanu lil akhirati la lid dunya, bahwa manusia diciptakan untuk akhirat bukan untuk dunia. Almarhum sudah membuktikan bahwa hidup semata-mata hanyalah untuk akhirat, maka semoga kita yg hadir dapat meneladani beliau, agar bagaimana orientasi kita dalam hidup ini hanya terkait akhirat, apalagi di zaman sekarang banyak pengaruh yg membuat kita lupa dengan tujuan hidup kita. Seringkali kita silau terhadap dunia hingga akhirat tidak lagi terlihat dalam pandangan kita, seakan-akan hidup kita hanya untuk dunia; yg tidak jarang akhirat kita korbankan karenanya.
Kita sungguh telah disinggung oleh sebuah syair dari seorang sufi besar, Ibrahim bin Adham
نُرَقِّعُ دُنيَانا بِتمْزيقِ دِيننا
‏فلا دِينُنا يبقَى ولا ما نُرقعُ
Setiap hari, kita menambal dunia dengan merobek-robek agama (akhirat) kita
Akhirnya kita kecewa, karena akhirat (shalat, puasa, ngaji kita) telah tercerai berai, bahkan dunia (yg kita bersikeras untuk menambalnya setiap saat)
Baginda Nabi pun sudah mengingatkan dalam sabdanya,
لو كان لابن آدم واديان من مال لابتغى ثالثاً
Sekiranya anak Adam mempunyai dua lembah harta, niscaya dia menginginkan lembah yang ketiga
Bahwa manusia tidak pernah merasa puas terhadap dunianya. Maka syair Ibrahim bin Adham tadi berlanjut:
‏فطوُبى لِعَبدٍ آثر اللهَ ربَّهُ
‏وجادَ بٍدُنياهُ لِمَا يَتوَقّعُ
Maka berbahagialah hamba yang melebihkan Allah Tuhannya (dan membuat mudah urusan dunianya)
karena Dia sungguh telah bekerja keras dengan hidupnya untuk apa yang (sebenar-benarnya) dia harapkan (akhirat).
Maka semoga dengan haul ini kita dapat meneladani dan tertular kemuliaan beliau, sehingga meningkatkan istiqamah dan ibadah kita; dengan demikian kita dapat meraih husnul khotimah.
0 notes
adilemadil · 4 months
Text
Tumblr media
Betapapun persangkaan baik kepada kita adalah doa, muhasabah diri juga jangan dilupa.
Sejalan dengan dawuh Allahu yarham Syaikh Said Ramadhan al-Buthi, “Aku tak pernah menemukan penyakit yg lebih berbahaya pada diri umat Islam dibanding kelalaian mereka terhadap instrospeksi diri sendiri”.
Dan berdoalah sebagaimana yg diajarkan Sayyidina Umar radhiyallahu ‘anhu: “Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari apa yg mereka sangkakan kepadaku, dan ampunilah aku atas (dosa dan kesalahan) yg ku perbuat, yg mereka tak sedikitpun tahu akan perbuatanku itu”.
110 notes · View notes
adilemadil · 7 months
Text
Refleksi Asal-asalan Soal Cinta
Sedikit berkaca di masa awal remaja hingga sekarang, mungkin saja aku bisa menyebut diriku pujangga amatiran; yang sesekali saja membaca karya sastra para pujangga senior Indonesia sekaliber Sapardi, WS Rendra, Chairil Anwar, hingga sesepuh para pujangga dunia seperti Nizami Ganjavi, atau novel-novel romansa ringan punya Tere Liye.
Sesekali timbul pertanyaan nyeleneh, yang tak jarang akhirnya ‘menemukan jawabannya sendiri’. Ya, diri bertanya dan menjawab sesukanya, pikiran berkecamuk — pikiran sendiri yang menenangkannya. Sekilas tampak seperti orang gila(?). Namun bukan pujangga namanya jika cinta tak pernah mampir dalam banyolan-banyolan gilanya😅😂. Tapi tak perlu-lah se-merana Majnun untuk mendefinisikan cintanya kepada Layla. Cukup sedikit meramu kecamuk pikiran, bisa-lah kita sebut tadabbur cinta, haha.
Salah satu pertanyaan yang pernah mampir dan ‘terjawab sendiri’ adalah:
“Mengapa tercipta diksi ‘belahan jiwa’?”
Jawabannya:
“Mungkin saja karena jiwa selalu mencari ‘potongan dirinya yang lain’. Maka jika memang tak sejiwa, tak akan pernah bersatu pada akhirnya, karena sejatinya dia bukan-lah ‘potongan jiwa’ nya”.
Seperti dosis obat yang tak sesuai malah justru akan menambah sakit penderitanya. Seumpama donor darah; antara pendonor-penerima harus-lah ada kecocokan, jika tidak maka akan terjadi masalah–komplikasi yang lebih berat jika akhirnya dipaksakan. Maka ke-sejiwa-an itu memang ibarat puzzle, ia harus serasi, mesti-lah cocok, agar terbentuk pola yang sempurna (atau biasa kita sebut saling menyempurnakan).
Maka cobalah untuk tak berhenti mencari potongan jiwa kita, jika memang belum kita temukan. Dan jangan patah, jika akhirnya memang tak searah. Karena jiwa, akan selalu mencari–dicari ‘potongannya’ di bagian bumi manapun ia berada. Pun, pasrahkan pencarian kita pada pemilik jiwa itu sendiri, karena Dia yang akan dengan mudah mempertemukannya. Dengan namaNya, dengan keagungan rahasiaNya, dengan sifat-sifatNya yang Maha Cinta.
Selamat dan semoga selalu berbahagia, para pecinta!
47 notes · View notes
adilemadil · 7 months
Text
Selamat Datang malam penuh kemuliaan, malam dilahirkannya penghulu seluruh zaman dan seantero semesta
Maulid Sang Kekasih
Sayyidina wa Maulana wa Qurrotu A’yunina Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam😭🌹💐🤍
18 notes · View notes
adilemadil · 7 months
Text
Muara Cinta
Pada akhirnya, muara segala keriwehan hidup adalah menuju yang kita cinta; sakit, senang, berjuang, berkorban.. Maka, jangan sampai salah memberi ruang pada hati, pandai-pandailah dalam mencintai!
Kita boleh saja mencintai makhluk, tetapi letakkan puncak kecintaan kepada sang khalik dan para kekasihNya. Jika demikian, tak akan ada hati yang terlampau patah, karena hakikat patah hati sesungguhnya adalah saat hati tak mencintaiNya; dan sungguh mencintaiNya adalah perwujudan bahwa kita dicintaiNya, cinta yang tak pernah bertepuk dan selalu berbalas
Jika Dia adalah muara cinta kita, akan begitu mudah menjadikan iman sebagai imam kita, dan cinta serta seluruh perasaan kita sebagai makmumnya🌹
81 notes · View notes
adilemadil · 11 months
Text
..قَالُوا رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ..
rahmat Allah dan keberkahanNya, dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait! (Q.S. Hud: 73)
6 notes · View notes
adilemadil · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Nasehat untuk Hamilul Qur’an
13 Mei 2023, telah berlangsung agenda Khataman Akbar pertama Jam’iyyah Qurra wal Huffadz (JQH) NU Jawa Tengah di Masjid Agung Solo. Salah satu guru al-Qur’an Nusantara, Rais Majlis Ilm JQH Indonesia Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, Lc, MA menyampaikan beberapa nasehat terkait al-Qur’an, diantaranya:
Hendaknya kepada penghafal al-Qur’an untuk senantiasa melancarkan hafalannya. Karena terdapat perbedaan antara al hafidz dan as satir. Al hafidz ialah mereka yg sudah menyetorkan seluruh al-Qur’an dan jika diberikan pertanyaan untuk melanjutkan ayat tidak memiliki kesalahan/ hanya sedikit salahnya. Sedangkan as satir yaitu mereka yg sudah menyetorkan hafalannya namun belum lancar.
Al hafidz/ah harus memberi manfaat untuk masyarakat di sekitarnya, memberikan nuansa Qur’ani, membentuk majlis-majlis al-Qur’an, agar terwujud sebagaimana dalam hadits wa majtama’a qawmun fi baytin min buyutillah illa nazalat alaihim-as-sakinah.. “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), dinaungi rahmat, dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisiNya” (H.R. Muslim, no. 2699).
Dengungkan Al Qur’an dimana-mana, dengan demikian akan tercipta kawasan Qur’ani —> memengaruhi pendidikan anak kita.. sebagaimana Q.S. al-Furqan: 30 berbunyi ‘ya rabbi inna qawmittakhodzu hadzal qurana mahjura’ ; Qawm yg Qur’ani hendaknya dapat membuat rumah-rumah tahfidz yg menciptakan taman quran yg sebenarnya, bukan rumah-rumah quran yg punya tujuan-tujuan lain selain untuk Allah ta’ala.
Q.S. Yunus: 57 ‘yaayyuhannasu qad ja-atkum mauidzatun min robbikum wa syifaullima fisshudur wa hudan wa rohmatulilmukminin’ perlu di per rinci apa saja poin dalam ayat tersebut. Bahwa al-Qur’an merupakan mauidzah (nasehat), syifa (obat hati), huda (petunjuk), sekaligus rahmat untuk orang-orang beriman.
Dalam kitab Ityanul mubin disebutkan tidak ada syafa’at yg melebihi al-Qur’an, maka setidaknya diantara kita dalam 1 keluarga ada 1 hafidzul quran.
6 notes · View notes
adilemadil · 11 months
Text
Orang-orang yg termasuk dari Rabbaniyyin adalah mereka yg hulama’ sekaligus ‘ulama.
Hulama’ (orang-orang yg santun), Ulama’ (orang-orang yg berilmu.
Hulama’ adalah mereka yg jika disikapi bodoh, dimaki, difitnah, dicaci-maki tidaklah mereka berlaku sebaliknya kepada yg berlaku demikian bahkan dibalas dengan perlakuan yg lebih baik; berjalan di muka bumi dengan rendah hati.
Hulama’ saat bertemu dengan orang-orang yg lalai mereka berlalu saja dengan menjaga kehormatan orang-orang tersebut, tidak mencaci-maki, tidak mengumpat, bahkan mendo’akan kebaikan kepada mereka.
Habib Hasan bin Abdullah Asy Syathiri saat melihat orang-orang yg lalai beliau justru mendo’akan, “Ya Allah, sebagaimana engkau bahagiakan mereka di dunia (dengan tertawa atas kelalaiannya), maka bahagiakan mereka pula di akhirat kelak (dengan mendapat hidayah sebelum kematiannya)”.
Habib Alwi bin Ali al Habsyi,
dalam Kajian Rauhah Ihya Ulumiddin di Masjid Riyadh Solo.
88 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
Sabarmu akan terbayar, lelahmu akan hilang, sakitmu akan sembuh; kamu harus ingat, Allah tidak buta dan pasti membalas semua jerih payahmu itu
–KH. A Bahauddin Nursalim, Rais Syuriyah PBNU
97 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
Belajar Menyayangi dari Para Ulama Hadits
Dalam tradisi muhadditsin (para ulama hadits) terdapat salah satu hadits yang sering diulang-ulang, utamanya saat sebuah pertemuan antara murid - guru pertama kali berlangsung atau saat sebuah majlis kitab hadits tertentu pertama kali dilaksanakan atau juga momen-momen yang itu menggambarkan awal mula perjumpaan; yang disebut hadits musalsal bil awwaliyyah/ hadits rahmah. Hadits yang kami dapatkan dari guru kami, bersambung hingga Sufyan bin Uyaynah, dari Amru bin Dinar, dari Abi Qabus dari Abdullah bin Amr bin al-Ash dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك و تعالى ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Orang-orang yang saling berkasih-sayang (saling rahmah) mereka akan disayang oleh Sang Maha Rahman; Allah tabaraka wa ta’ala, sayangilah siapapun yang ada di bumi maka penduduk langit akan menyayangi kalian.
[Note: Syaikh Mahfudz at-Turmusy menjelaskan bahwa penduduk langit ialah para malaikat yang akan mendoakan kebaikan bagi mereka yang bersikap rahmah kepada penduduk bumi].
Diantara hikmah hadits musalsal bil awwaliyyah tersebut menjadi opening sebuah majlis, kitab, dan perjumpaan ialah bahwasanya para ulama muhadditsin ingin mengajarkan kepada kita: Sebelum kita memulai segala sesuatu, tanamkan jiwa rahmah dalam diri kita. Jangan pernah karena sebab kita mengetahui sesuatu kita bersikap sesuka hati dan mengabaikan hak orang lain apalagi takabbur. Karena sungguh, salah satu inti dari ajaran Islam adalah rahmah kepada seluruh makhluk, sebagaimana dalam surah Al-Anbiya’ Allah tabaraka wa ta’ala berfirman: wa maa arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin (tidaklah kami mengutusmu {Muhammad} kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta).
Rahmah ialah bagian dari akhlak, dan akhlak adalah inti dari ajaran Islam. Kita tidak pernah tahu perpecahan apa yang akan didengungkan oleh orang-orang yang hatinya penuh dengki, namun yang kita tahu dan kita semua setuju, bahwa dengan pemahaman Islam yang benar hati kita akan tersibukkan dengan mencintai hingga lupa apa itu membenci.
23 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
"Tidaklah baik hidup yang murni dan mulia dikurung di terungku karena hanya semata-mata memikirkan seorang perempuan, seakan-akan hanya itulah perempuan di dunia ini"
"Tenaga mudamu, darahmu yang masih panas, kepalamu yang masih sanggup bertempur dengan peri kehidupan telah dan dirusakbinasakan oleh perempuan itu. Jangan mau Guru! Guru mesti tegak kembali. Langkahkan kaki ke medan perjuangan, yang selalu minta tentara, yang selalu kekurangan serdadu"
"Lihat anak-anak muda zaman sekarang, yang menangis tersedu-sedu meminta belas kasihan perempuan, mau dia berkorban, sengsara, hina, hanyalah mencari apa yang disebut orang cinta. Salah persangkaan yang demikian, hai Guru Muda. Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat"
Muluk, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
77 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
Mohon maaf lahir batin teman-teman tumblr, semoga Allah ta’ala terima semua amalan kita di Ramadhan kemarin yaa🙏🏻😇
5 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
Tentang (rasa) sakit
Kapanpun itu, akhirnya yang sehat pun akan jatuh sakit; dengannya sehat begitu bermakna, begitu mahal
sakit menjadi pengingat bahwa kita adalah selemah makhluk; tanpa dayaNya kita tak dapat berbuat apa-apa
sakit menyadarkan sayyidina Ibrahim a.s.; mengucap mesra pada Tuhannya, “wa idza maridhtu fahuwa yasyfin” / “dan Apabila aku sakit, Dia yang menyembuhkanku”
sakit itu wajar, tetapi penderitaan adalah pilihan; bahwa seorang beriman adalah yang padanya tersampaikan nikmat akan bertambah syukurnya, pun dengan musibah akan berlapis sabarnya
aqidah menuntun kita bahwa apapun takdir yg hadir, ia selalu mengarah kepada kemesraan Sang Pemberi Takdir; bahwa cinta terkadang berbentuk ujian kerelaan hamba pada segala keputusan Tuhannya, tentang yg (menurutnya) baik maupun yg (menurutnya) buruk sekalipun.
10 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
seringkali semangat kita tinggi, tetapi tidak dengan kapasitas ilmu kita
seringkali kita ingin memperbaiki, padahal sejatinya kita hanya menambah kerusakan
berargumen itu perlu, tetapi sadar diri lebih utama; fas’aluu ahladz-dzikri in kuntum laa ta’lamuun
bahwa mereka yg betul berdebat adalah alim min ulama, sedang kita adalah faqir min fuqoro’; maqamnya cukup nderek, gaperlu ikut berkomentar
41 notes · View notes
adilemadil · 1 year
Text
Sungguh ketakutan terbesar selepas ramadhan adalah terlepasnya kita dari kumpulan orang-orang shaleh
Jika dengan mereka yg mencintai dan dicintai Allah saja kita jauh, maka bagaimana mungkin kita dapat mencintai Allah; yg hati kita seringkali malah menjauhiNya
😭😭😭😭
17 notes · View notes