Tumgik
#moslem
ulvafdillah · 10 months
Text
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.
Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.
Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.
Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.
Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.
Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.
Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.
Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.
Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.
Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.
Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.
Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.
Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.
Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.
Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.
Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.
Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.
Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.
Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.
06.13 a.m || 13 Juni 2023
923 notes · View notes
lafemany · 29 days
Text
Tumblr media
59 notes · View notes
mutiarafirdaus · 4 days
Text
#CatatanRamadhan.7
"Dengan ikhtiar maksimal, semoga jadi pembersih dosa dari bersitan-bersitan niat salah yang masih kita pelihara. Sambil terus diperbaiki niatnya untuk apa perjuangan ini kita lakukan."
"Ngga ada yang nuntut untuk sempurna, bisa menuntaskan juga Alhamdulillah. Tak ada gading yang tak retak, pun kalau retaknya kebanyakan, ia tetap gading yang menjadi kehormatan para gajah. Ilmu, ialah kehormatan bagi umat manusia. Dijaga, dipelihara."
"Dunia tak selalu mendukung cita-citamu tapi Allah tak pernah tinggalkan orang-orang yang jujur dengan cita-citanya. Maka upaya dan ikhtiar yang kita kerjakan ialah sebagai bukti menunjukkan pada Allah bahwa kita jujur ingin perjuangkan cita-cita ini."
"Sedari kecil kita percaya akan kekuatan cita-cita, maka meski sudah dibuat babak belur oleh realita, tetap perlu kita menjaga tekad api yang terpelihara dalam jiwa."
"Bukan setahun dua tahun, tapi belasan hingga puluhan tahun orang-orang mempelajari agama. Mereka tak selalu cemerlang di pertemuan pertama, bisa jadi malah mental semua ilmu yang diberikan gurunya. Tapi dengan kesinambungan yang dijaga, cahaya ilmu itu merasuk juga."
9 notes · View notes
itsmehind · 1 year
Text
"Don't mind me, just watching." - Hinamh
Tumblr media
This is my Hijabi original character, Hinamh Assyafa, feel free to say hi !
58 notes · View notes
muflihabukanazka · 4 months
Text
Palestine Will be Free
Maybe we just saw it on instagram, x, fb, and the others, but we cant hold our tears fall down. But if we can imagine how they who are still in there and watch every single tragedy, hear every sound of bomb and gunshot directly, see their family passed away in front of their eyes, see their house were bombed, see their friend, child, baby, spouse, relative, and many other people that their love so much were passed away. can you imagine how sad they are and if we can compared it with our sadness maybe just only 1% or less that we feel. but, they still try to make a smile instead of crying.
their whole land was almost razed to the ground. all of the buildings, school, and even hospital have been destroyed. but they are still want to stay in their land. their homeland. and protect it.
I just cant imagine if that tragedy happen to me.
But, the most amazing thing that I always admire them is their strong Iman, their strong beliefs with Allah's help. Because Allah swt has promise that He will give a victory to the muslim there. and now, as the beginning of the victory is the support from people all around the world. They aren't blind to see the truth. a normal people who have humanity know to whom they will support. its just the beginning. yet the leaders of those nations still be quiet and only a few of them who take an action.
We just have to wait. for the next Allah's help will come. I'm really sure we can win this war. Allah swt will send their soldiers to help us and give a victory to muslim. until that time, we wont stop to always pray, donate, spread the true condition and fight the propaganda.
May Allah swt keep us istiqomah through this way
7 notes · View notes
shonpota · 5 months
Text
I really wish there is Islam GPT. It can comfort you using ayahs, hadith, prayers and solve your unease while guiding you. It can play surahs for you, remind you to pray and many functions.
8 notes · View notes
occvltswim · 1 month
Text
‎❝ ذكر الله أفضل من الصلاة ❞
"Remembrance of Allah is worth more than prayer."
— Moorish Proverb
4 notes · View notes
xenovita88 · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
7 notes · View notes
um-man · 8 months
Text
Makin kesini, aku merasa semakin berat ya rabb
Bolehkah aku berdoa padamu, panggil aku ke baitullah, dan panggil aku juga saat di baitullah
Aku khawatir dosaku semakin bertambah seiring bertambah nya umur. Aku hanya ingin husnul khatimah
2 notes · View notes
nia-tati105 · 9 months
Text
Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.
(HR. Bukhari No. 5009 dan Muslim No. 808)
2 notes · View notes
viaskandina · 11 months
Text
Tumblr media
KISAH NYATA
KISAH SEORANG ANAK DI AMSTERDAM, BELANDA
Setiap selesai shalat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, di antaranya buku
"Ath-Thariq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga)."
Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.
Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.
Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."
Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"
Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."
Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."
Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini."
Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.
Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."
Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui.
Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut.
Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama.
Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya.
Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.
Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.
Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Didalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhaannya."
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.
Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya." "Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu,
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku……. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'
Namun……… suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'
"Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya."
Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
Ia berkata, 'Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa : Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya,' lalu dia memberikan buku ini kepadaku.
"De Weg Naar De Hemel" (Jalan Menuju Surga)
Anak kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan.
"Hari itu juga secara tiba-tiba setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari anak kecilku itu sampai selesai."
"Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi."
"Sekarang, lihatlah aku. diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya."
"Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan mutiara kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."
Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung di masjid bergemuruh dengan pekikan takbir, "Allahu Akbar."
Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana mutiara kecil itu duduk, dan memeluknya erat, di hadapan para jama'ah.
Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
Judul asli :
قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
"DE WEG NAAR DE HEMEL"
Penerjemah:
Shiddiq Al-Banjow
jazakullahu khairan wa waffaqahu
Barakallahu fiikum __🍃🌹 ~~⭕️ 🍃Berbagi_Kebaikan🍃
6 notes · View notes
ulvafdillah · 1 year
Text
Umat Muslim dan Euforia Pergantian Tahun
Nyatanya euforia pergantian tahun masih disambut hangat oleh sebagian umat Islam. Masih menjadi perayaan tahunan yang digelar bahagia dengan macam-macam pesta. Masih menjadi perayaan yang dipenuhi suka cita, juga kerlap-kerlip kembang api yang memekakan telinga.
Tidak sedikit yang berdalih, "Kami tidak merayakan," "Ini hanya sekadar makan-makan," "Kami hanya kumpul keluarga." "Ini hanya bentuk kesyukuran kami atas tahun ini dan tahun mendatang."
Tidak merayakan tapi sengaja menyajikan menu istimewa.
Tidak merayakan tapi sengaja bercengkrama hingga larut malam tiba.
Tidak merayakan tapi melihat kembang api dengan raut bahagia.
Nyatanya masih banyak umat muslim yang menganggap pergantian tahun adalah momen istimewa.
Begitu banyak umat muslim yang beranda sosial medianya berseliweran untaian pengingat tapi rupanya acuh dengan semua nasihat.
Padahal tiap tahun telah digaungkan sebuah nasihat yang kini telah masyhur terdengar "Barang siapa yang meniru kebiasaan suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut." (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Nyatanya masih sangat sedikit yang memegang teguh jati dirinya sebagai seorang muslim. Masih sangat sedikit yang menyadari bahwa merayakan tahun baru tidak dilihat hanya dari letusan kembang api atau ucapan selamat yang datang silih berganti.
Tapi perayaan tahun baru juga tentang antusiasme yang hadir di dalam hati kecil kita perihal malam pergantian tahun.
Maka ketika ada seorang muslim yang turut andil dalam perayaan tahun baru agama lain, patutlah sekiranya jika dikategorikan sebagai perbuatan meniru kebiasaan suatu kaum.
Dan sungguh, umat Islam memiliki kalendernya sendiri. Mengkhususkan rencana, kegiatan, agenda atau bahkan amalan pada akhir tahun saja, maka termasuk ikut-ikutan pada kaum kafir.
Rasulullah bersabda, "Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (kadal gurun), pasti pun kalian akan mengikutinya."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?"
Beliau menjawab, "Lantas siapa lagi?"
(HR. Muslim No. 2669)
01:34 a.m || 01 Januari 2023
45 notes · View notes
nouurun · 11 months
Text
Berbicara baik atau diam
Mungkin di antara kita ga asing lg sama hadits ini:
‎((من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت))
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah baik atau diam.”
Ada beberapa jenis diam:
1. Diam bodoh : diam orng yg tidak mengerti sama sekali (tapi ini lebih baik diam dripda sok tau)
2. Diam malas : kurang baik, hrusnya bisa mengatakan ssuatu tp dia tidak mau
3. Diam sombong : diamnya orng yg gamau ngmng krena ngerasa gak level sm orng yg diajak ngmng
4. Diam khianat : diamnya orng yg sharusnya bersaksi, tp dia tidak mau
5. Diam marah : bisa buruk bisa baik, dripda dia mngatakan yg mnyakitkan itu lbih baik, tp diamnya orng mrah, ga menyelesaikan masalah
6. Diam utama/aktif : mampu menahan diri tidak berbicara untk kemaslahatan yg lbih luas. Diam untk menghindari perkataan dusta, menghindari perkataan yg sia-sia, mngindari komentar spontan dan nyeletuk. Kata yg berlebihan. Keluh kesah. Khawatir ria dan mengeluarkan kata2 yg menyakitkan, sok tau atau sok pintar.
📝 notes kajian ustadzah ani hanifah
5 notes · View notes
mutiarafirdaus · 2 days
Text
#CatatanRamadhan.13
Ustadzah : Dari dulu saya lihat anti itu orangnya ambisius sekali..
Maka ber-ambisius-lah untuk memasuki SurgaNya. Ber-ambisius-lah untuk mengejar ridhaNya. Ber-ambisius-lah untuk mencintai Quran.
Ambisi yang menyala, jika tidak dicelupkan pada Shibgotallah hanya akan melahirkan ketidakpuasan terus menerus.
6 notes · View notes
sastrasa · 2 years
Text
Bisa dibilang aku hidup tanpa penyesalan sedikitpun. Tapi bukan berarti tak ada penyesalan yang pernah terjadi. Dan penyesalan terbesarku hingga saat ini adalah: Melakukan perbuatan dosa. Betul, dosa akan dimaafkan dengan bertaubat. Tapi ingatan dan pengalaman soal dosa itu tidak pernah bisa diubah apalagi dihapuskan sampai kapanpun, bahwa cerita 'pernah' itu tidak akan bisa hilang. Jika bisa, aku tidak ingin berbuat dosa sedikitpun. Tapi apa daya, aku hanya manusia biasa.
- Sastrasa
15 notes · View notes
muflihabukanazka · 5 months
Text
Attack Them Back!
These tears always come down onto the cheeks everytime I read and see about the suffered palest1nians. Like so confusing about what else that I can do except pray and donate? Like my head so heavy to think all of this and just want to tell the leaders of all nations that we have to act! we have to confront! fight against them! we can't just be quiet here, we need the action, and they need our help. They wont stop except we attack them back. The freedom of Palest1ne always could be achieved by help from the external power. Because they just can defend. And it is our duty to free them. Our mandatory to help them from the external. Because as we can see, demonstration couldn't change the situation. Even all of the nations that doing that. They still wont stop to attacking Palest1ne. Because they just some insane ppl! I think we have to start a war. Diplomatic approach can't be done anymore
4 notes · View notes