Tumgik
#ikan mas lucu
sad-emogirl-era · 6 months
Text
hari terakhir di usia 24 tahun.
Entah sejak tahun kapan, gue selalu mengabadikan setiap perasaan-perasaan menjelang hari ulang tahun. Kalau kalian baca tumblr ini (lumayan bawah) ada postingan yang gue tulis ketika mau birthday ke 22 dan juga ke 23.
Gue juga nggak tahu sih, kenapa saat menuju 24 tahun nggak ada yang gue tulis sama sekali di tumblr ini. Tapi, yaudah, gakpapa.
Sekarang, gue udah duduk di depan laptop dan siap untuk mengabadikan perasaan gue di hari terakhir menjadi seseorang berusia 24 tahun.
Wow, hidup udah terlalu jauh ternyata. Gila, masa sih gue udah hampir seperampat abad hidup di dunia ini? Hihi, tapi iya, bener, besok gue 25 tahun.
Di hari terakhir gue 24 tahun ini, gue masih duduk di depan meja yang juga gue dudukin saat SD di tegal dulu. Gue masih tinggal di rumah Ibu gue, menggunakan t-shirt yang sedikit bikin gerah, dan celana pendek.
Di samping gue, ada tumblr Americano yang gue beli dari diskonan seharga 25.000, di dalamnya ada Americano on The Rock dari Arasta Coffee yang bakal bikin jantung lo dar-der dalam beberapa saat.
Tadi pagi, memulai hari terakhir 24 tahun gue dengan datang ke coffee shop favorit gue di kabupaten ini. Gue ketemu sama kakak waitress dan baristanya yang sangat baik hati.
Kata dia, "Kemana aja? Eh udah ke Bandung lagi?" dan semacamnya. Anyway, gue pernah baca, katanya, salah satu obat untuk gak stres adalah pergi keluar rumah dan bertemu dengan orang-orang yang nggak dikenal, mengobrol kecil, berbasa-basi, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan sebagainya.
Ya, begitulah gue memulai pagi ini dengan tidak stres. Gue pun memilih duduk di bangku dekat kolam ikan, di mana gue bisa mendengarkan suara gemercik air dan ikan-ikan yang lompat ke sana kemari ketika diberi makan.
Tumblr media
Beberapa saat kemudian, mas mas barista yang selalu baik hati itu datang ke meja gue dan membawakan sepotong cake, entah namanya apa, katanya "Cobain, Kak" dan semacamnya yang membuat gue merasa nggak enak hati, tapi begitulah akhirnya gue mengucapkan terima kasih yang sangattt tulus, karena dia juga terlihat tulus.
Cake-nya enak, lumer di mulut, ada letupan kebahagiaan ketika pertama kali mencomotnya.
Gue pun melanjutkan hari dengan pekerja sebagaimana hari-hari biasanya, menunggu Rista (teman sejak hampir 10 tahun lalu) yang beberapa saat kemudian datang dengan kemeja berwarna sage.
Kami pun tenggelam dalam pekerjaan masing-masing dan sesekali tertawa untuk suatu hal yang sebenarnya nggak lucu.
Hari pun semakin siang. Kami tetap di depan laptop, sebelum akhirnya lapar dan memesan Kwetiaw serta minuman bernama Black in Sweet.
Hampir jam 12, Aya yang kerjanya WFO pun datang membawa map berwarna pink dengan seragamnya. Berbanding terbalik dengan gue yang hanya memakai kaos dan celana jeans pendek.
Kami pun mengobrol.
Momen-momen kayak gini mungkin emang terlihat biasa, tapi begitulah gue selalu memaknai semua momen yang katanya 'biasa', karena suatu hari pasti gue akan merindukan hari ini.
Hari terakhir gue di usia 24 tahun.
Setelah pulang dari Stue (nama coffee shop favorit itu), gue melanjutkan kerja dan meeting bersama tim content yang lucu dan sederhana. No pressure, dan kalau dipikir-pikir inilah lingkungan pekerjaan yang gue impikan sejak dahulu.
Sorenya gue membeli segala perkakas ulang tahun bersama rista dan menghabiskan lumayan banyak uang, tapi katanya nggak apa-apa karena satu tahun sekali.
Anyway, satu tahun kemarin rasanya sangaaaaat panjang. Semua momen kayaknya ada ya?
Dari mulai gue jadian pertama kali sama tigin, menyelesaikan skripsi, sidang, wisuda, gagal kerja dua kali, dapat pekerjaan, putus sama tigin, dekat sama banyak cowok dan kelelahan, sampai akhirnya menyadari, nggak ada yang benar-benar bisa membuat gue fullfil selain diri sendiri dan orang yang memang (benar) ingin membahagiakan gue.
Banyak pelajaran yang gue dapat sealam satu tahun kemarin, termasuk gimana kita harus menyikapi orang-orang yang memang menganggap kita nggak penting. Termasuk bagaimana kita haraus bijak dalam memilah-milah perasaan agar gak terjerumus terlalu dalam.
Termasuk bagaimana kita memahami apa yang hati kita mau, tanpa memaksakan kehendak.
Dan di hari terakhir gue di 24 tahun, semuanya terasa fullfil, walau gue tau, mungkin hidup nggak akan jauh dari masalah, tapi gue cukup bersyukur sama hari ini.
Nggak ada yang gue sesali. Segalanya mengalir. No pressure. Dan hangat.
writen by Amelie, 22 September 2023
youtube
0 notes
bataradhi · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media
The Genealogy's Cartoon Day. 🎥
REFDHI JADI SOSUKE. 💥
Jadi, sosuke tuh bocil dari film ghibli 'Ponyo on the cliff' yang masi sekolah. Terus suatu hari dia ketemu ikan cupang. Eh cupang apa mas ya. Kayanya ikan mas. Nah tuh ikan mas berubah bjir jadi manusia. Lucu pula. Akhirnya ama ibunya, lisa, ponyo dirawat seperti anak sendiri. Tapi si ponyo ni bikin tsunami jir. E gapapa si soalnya di akhir, mereka selamat, ponyo dinikahin ama si sosuke. Awokwok lucu bgt gw nangis dikit nontonnya.
Alasan gw jadi sosuke adalah, si sosuke bocil teladan. Dia sopan banget terus lucu. Pengen punya anak kaya sosuke. Kaga songong terus mandiri bukan bca.
1 note · View note
baliportalnews · 1 year
Text
Serahkan Piala Bergilir Kontes Bemas Koki, Bupati Sanjaya Bersyukur para Komunitas Memberi Dampak Baik bagi UMKM Tabanan
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, TABANAN - Masih dalam serangkaian perayaan HUT ke-529 Kota Tabanan ‘Jayaning Singasana’, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE., MM., menghadiri dan menyerahkan Piala Bergilir Bupati Cup I Kontes Bemas Koki Tahun 2022 di Gedung Kesenian I Ketut Maria, Tabanan, Minggu (27/11/2022). Kontes pertama kali digelar di Bali ini oleh Pelangi Koki Bali Tabanan (Pekat), diikuti oleh 170 peserta yang merupakan penggemar atau penggiat Ikan Mas Koi di seluruh Kabupaten/Kota se-Bali. Nampak juga hadir saat itu, Sekda, para Asisten dan OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan, serta para peserta kontes. Apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan oleh Bupati Sanjaya atas terselenggaranya kontes Bemas Koki ini. "Ini kontes yang sangat bagus sekali dengan menampilkan 270 ikan Mas Koki terbaik dari 170 Orang peserta, ini sangat luar biasa sekali," ujar Bupati Sanjaya dalam sambutannya saat itu. Orang nomor satu di Tabanan itu juga menyampaikan rasa syukurnya bisa bertemu bertatap langsung dengan para penyelenggara dan peserta kontes. "Walaupun situasi masih lelah, semua OPD tadi ramai-ramai mengikuti Parade Budaya Nusantara. Walaupun masih capek, namun semangatnya masih luar biasa," puji Sanjaya dan berpesan agar melakukan kegiatan apapun dengan penuh suka cita dan hati yang tulus layaknya semangat HUT Kota tahun ini. Terlepas dari itu, Sanjaya juga sangat menyadari bahwa banyak komunitas yang masih belum banyak diketahui eksistensinya. Untuk itu, dikatakannya disinilah tugas pemerintah untuk memfasilitasi, memgayomi, memberikan ruang waktu bagi komunitas yang ada di seluruh Tabanan, sehingga bisa muncul drngan jati diri masing-masing yang tentunya dengan potensi positif. Pasalnya, dalam kegiatan semarak HUT Kota kali ini, Pemerintah Kabupaten melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk para komunitas. Kedepan, Sanjaya mengajak para komunitas bersama-sama melaksanakan kegiatan yang bisa mengharumkan nama Kota Tabanan dan juga berdampak multi ekonomi, seperti terselenggaranya kontes Ikan Mas Koki ini. Bupati Sanjya sangat berharap agar para komunitas bisa membangkitkan potensinya masing-masing, sehingga seluruh komponen masyarakat merasakan dampak baiknya. "Seperti kali ini, UMKM kita laris manis, habis, rakyat tersenyum bulan ini. Rakyat tersenyum dalam semarak perayaan HUT Kota Tabanan. Ini yang saya inginkan," harap politisi asal Dauh Pala Tabanan itu. Terlihat dalam kontes ini, selain nampak lucu, Ikan Mas Koki sudah menjadi ikan hias primadona dikalangan penghobi khususnya di Bali. Sesuai yang dikatakan oleh Ketua Panitia Penyelenggara I Made Wida Adi Putra, hal itu bisa dilihat dari antusias dan banyaknya peserta yang menurunkan ikannya untuk berlaga pada kontes kali ini mencapai 170 peserta. Adapun kategori dalam kontes kali ini, meliputi Kelas Sepak 2 All Size, Kelas Sepak 3 All Size, dan Kelas Sepak 4 yang dibagi 2 yaitu remaja solid dan kombinasi, serta dewasa solid dan kombinasi. Penilaian kontes atas keproporsionalan antara kepala, badan, sirip ikan dan lainnya serta untuk Piala Bergilir dinilai berdasarkan point terbanyak yang didapat oleh satu kelompok, group atau team yang ikut lomba. Dimana Piala bergilir kali ini diperoleh Kelompok Taman Koki Bali.(bpn) Read the full article
0 notes
widisaputri · 1 year
Text
Bapak Kucing 🐈
Mari panggil beliau Bapak Kucing.
Perkenalan saya dengan Bapak Kucing bisa dibilang secepat kilat, terjadi begitu saja, seperti tidak ada basa-basi atau kata pengantarnya.
Sore itu, saya bersama teman-teman kantor mengunjungi salah satu percetakan stiker. Sembari menunggu tiga orang lain yang turun langsung untuk memesan stiker, kami berlima saling melempar obrolan ringan di mobil.
Di samping kanan dua orang mas-mas memasang terop pecel lele. Tidak jauh dari situ ada anak kecil yang sedang minum air mineral botol ukuran besar. Kami mengomentari betapa banyak air yang akan ia minum seorang diri. Saya diam-diam menertawakan posisi botol air mineral yang diangkat terlalu tinggi sehingga anak kecil itu terlihat seperti sangat kehausan.
Setelah kehabisan topik untuk mengomentari orang-orang di sisi kanan, kami berganti ke pemandangan sisi kiri mobil. Seorang bapak usia paruh baya tampak berdiri mengaduk nasi dan ikan dengan tangan sambil menatap lembut kucing-kucing yang mengerubungi kakinya. Kami para cewek-cewek dibuat heboh dengan pemandangan itu, yang tampaknya kehebohan kami menembus kaca mobil hingga bapak itu menyadari dan tersenyum lebar. Satu teman saya membuka kaca mobil kursi penumpang kanan dan memulai obrolan pertama kami. Beberapa saat kemudian, beliau menaruh campuran nasi ikan ke beberapa tempat agar kucing-kucing tidak berebut saat makan.
Saya lupa bagaimana awalnya hingga saya memutuskan untuk keluar dari mobil dan mendekati Bapak Kucing. Beliau menyambut saya dengan sangat ramah. Senyumnya lebar, membuat hati saya hangat seperti wedang ronde yang diminum saat malam sehabis hujan.
"Ada berapa kucingnya, Pak?" Tidak berbakat menjadi idol seperti SNSD, saya akhirnya hanya bisa SKSD.
"Awalnya 10, Mbak. Satu asli, saya bawa dari kampung. Ada juga yang ras, bulunya bagus. Tapi diambil orang. Sekarang tinggal ini aja, Mbak. Yang lain ada yang kabur, satu ketabrak." ujar Bapak Kucing yang lebar senyumnya semakin merekah. Tampak sekali rasa sayangnya kepada kucing-kucing yang disebut.
Seekor kucing hitam gendut melahap nasi ikan dengan semangat. "Yang ini mah udah tua, Mbak. Makannya paling banyak."
Tumblr media
Saya mengangguk dan tersenyum takjub. Melihat ketulusan Bapak Kucing bercerita, mata saya tiba-tiba basah. Saya teringat sosok yang selalu menceritakan kelakuan kucing-kucing yang dirawat setiap kami bertemu: ayah saya.
Saya masih ingat penolakan ayah saya, atau yang biasa saya sebut Babeh, ketika pertama kali saya bilang ingin mengurus kucing di dalam rumah. Beliau khawatir rumah akan menjadi bau. Namun, seiring berjalannya waktu, hati ayah saya telah berubah keberpihakannya. Dibiarkannya kucing-kucing masuk rumah, menemaninya tidur dan makan. Dibawanya kucing kami, Armin, ke lapangan tempat beliau biasa bermain tenis. Didiamkannya kucing-kucing menginjaki dan menggerayangi tubuhnya saat beliau bekerja. Bahkan, beliau kini lebih rutin memberi ikan pada kucing-kucing yang awalnya saya rawat.
Satu persatu kisah lucu dan aneh dari kucing-kucing dituturkannya ketika kami duduk bersama di meja makan. Seolah tak ada habisnya, sampai tidak sadar, terkadang Babeh mengulang cerita yang sama. Namun tentu saja saya tidak merasa risih, karena cerita tentang kucing adalah salah satu yang paling saya tunggu.
Cerita-cerita itulah yang akan saya kenang di kemudian hari; tentang dedikasinya merawat kucing, tentang bagaimana beliau menceritakan kelakuan dan "prestasi" kucing ke anak-anaknya, dan sebagainya.
Mungkin begitulah sedikit cerminan bagaimana beliau mendidik, merawat, menyayangi, dan membanggakan kami ke rekan-rekan kerja beliau.
"Anakku sudah sarjana dan sudah bekerja. Ia juga suka menulis." Barangkali begitulah ekspresi sayang dan bangga orang tua kepada anak: walau secara tidak langsung, mereka berharap orang lain tahu, kalau anaknya berhasil dididiknya dengan baik.
Tumblr media
Selamat hari ayah, Babeh dan Bapak Kucing! Semoga Allah menyayangi kalian, seperti kalian menyayangi anak-anak kalian sewaktu kecil. Aamiin.
0 notes
stopmotionideas · 2 years
Text
youtube
2 notes · View notes
niadinet · 3 years
Text
Jenis Ikan Mas Yang Bagus Untuk Akuarium
Jenis Ikan Mas Yang Bagus Untuk Akuarium
Tumblr media
Jika Anda tertarik untuk merawat ikan mas, Anda mungkin ingin mulai memikirkan tentang berbagai jenis ikan mas dan mana yang ingin Anda pelihara. Berlawanan dengan kepercayaan populer bahwa semua ikan mas terlihat sama dengan kilauan, sisik emas serta ekor dan sirip, ada banyak variasi yang berbeda dan setiap jenis memiliki sedikit variasi dari tampilan ikan mas biasa.
Cara Mengidentifikasi Jenis…
View On WordPress
0 notes
kosongisikosongisi · 3 years
Text
Namaku Awan. Aku tahu kalian mengira aku ini lelaki. Salah besar.
Aku perempuan.
Entah ibu dan bapak berpikir apa saat aku lahir. Bukan hanya aku. Masku bernama Guntur. Ini masih lebih baik, adik perempuanku dinamainya Petir. Untung saja kami hanya tiga bersaudara, tak kubayangkan bila ada adik-adik lain yang akan bernama Gluduk, Mendung, Gerimis, dan lainnya.
Tapi aku bersyukur,setidaknya aku masih diberi nama yang lebih normal dari Petir.
“Mbak Wan, coba aja namaku bagusan dikit ya, apa kek. Hujan atau Angin, itu kan jauh lebih baik.” Keluh Petir padaku saat kami memancing. Kami sedang menemani Mas Guntur.
 “Masih mending kamu Tir, coba kalo nama kamu Hujan, mentok-mentok bisa salah panggil jadi Ojan,”
“Kan nggak lucu Mbak, nanti kalo aku nikah, undangannya ‘Petir dan Adi’ pasti dikiranya itu undangan pasangan homo yang nikah,”
Mas Guntur langsung tertawa. Sebenarnya aku ingin tertawa juga, tapi kutahan, tak enak melihat manyunnya yang melebihi mulut ikan hasil tangkapan Mas Guntur.
                “Wes ah, saben dino kok masalahi jeneng ae. Sinau seng bener Tir, marai pikiran Bapak karo Ibu nang surgo,” kata Mas Guntur mengelus kepala Petir.
Aku selalu mengagumi Mas Guntur. Dia bijak. Bijak dan humoris. Dia adalah mas sekaligus Ibu dan Bapakku. Aku dan Mas Guntur berbeda 4 tahun. Usia 22 tahun tidak membatasinya untuk selalu berusaha menghidupi kami.
Ibu dan Bapakku sudah meninggal karena tragedi gempa di Jogja. tepatnya saat Petir masih berusia 5 tahun. Menyedihkan memang.
Mungkin aku belum sempat menerima jawaban yang jelas atas apa arti namaku, nama Mas Guntur, dan nama Petir semasa orangtua ku hidup. Mengapa kami dinamai sebuah nama yang berhubungan langsung dengan atas langit.
Setiap kutanya mereka hanya menjawab, “Setiap nama pasti punya arti tersendiri Wan. Nanti juga kamu tau,” hanya begitu mereka jawab.
Tapi hari itu, sebelum gempa di Jogja saat kami pulang ke kampung halaman tersebut, entah ada angin apa Bapak mengajak aku dan Mas Guntur membahas masalah nama..
“Kamu masih penasaran ndak Wan?”
“Penasaran apa?”
“Nama kamu sama Masmu,” katanya mengebulkan asap rokok dari hidungnya.
“Masihlah, apa Bapak, Ibu suka unsur langit? Tata surya?” tanyaku kala itu masih SD, masih ngelantur.
“Bukan dek, waktu Bapak Ibu pacaran, ngapelnya di luar angkasa,” jawab Mas Guntur yang masih SMP.
“Ndak no,” Ibu pun nyengir
“Kalo sewaktu-waktu Bapak sama Ibu udah nggak ada, udah diambil kembali ke atas. Jadi kalian tetep deket sama Bapak Ibu. Guntur, Awan, Petir  di atas, sama-sama Bapak, Ibu” begitu kata Ibu.
 Aku dan Mas Guntur yang masih kecil usia saat  itu hanya senggol-menyenggol siku dengan sejuta pertanyaan. Ngomong opo sih iki
Dan sorenya setelah terjadi gempa, kami mencari Bapak dan Ibu yang saat kami temui sudah tak bernafas tertimpa batu bata tembok rumah Mbah kami.
Arti Sebuah Nama -via kemudian.com (6 years ago)
105 notes · View notes
kurakuray · 3 years
Text
Di suatu
#sore
Karena besok masuk pagi, jadi harus mempersiapkan beberapa lauk pauk sayur yang akan dimasak. Sekalian jalan-jalan sore bareng mas wahyu, singgahlah ke tempat penjualan ikan yang masih buka sampai sore.
Mas, kita berhenti bentar. Biar besok tinggal masak, iyuk masuk pagi, "kataku.
Kejadian sore ini malah buat ngakak. Seneng euy, lawak lawak gini.
Setelah berhenti, ada tiga pedagang ikan yang masih berjualan. Dua ibu-ibu dan yang satunya lagi sepertinya sebaya denganku. Ibu-ibunya jualan ikan dan kakaknya jualan udang.
Aku berdiri mikir mau beli yang mana. Karena keingat kalau di rumah ada kentang, kayaknya mending beli udang aja dah.
Kak, ini udangnya penghabisan aja. Setengah kilo 14 ribu, "kata kakaknya.
Saya beli kak,"kataku.
Meski udah beli udang, mau nanya-nanya aja ke si ibunya. Nanya bu, ikannya berapaan bu?
Ini 6 ons 15 ribu, "ucapnya.
Karena waktu libur semester sering ke pelabuhan beli ikan, jadinya tahu harga jenis ikan itu berapa. Dan bilang ke ibunya,"bu kok 6 ons 15 ribu, padahal saya beli sekilo 15 ribu. (lucu banget ekspresi wajah ibu ibu dan kakaknya disini. Melototi. Haha).
Pada serentak ngucapin 'beli dimana sekilo 15 ribu? Kalau ada, saya beli biar dijual lagi'
Dengan santainya aku menjawab, "jalan balam, pelabuhan.
Pada serentak bilang, 'Hooohhh... Iyalah. Kalau disana ya iyalah. Pantes aja.
Si ibu yang satu menimpali, "ambo kiro dimana dibelinyo. (Sambil ketawa).
Auto ngakak lihat beliau beliau. Ekspresinya itu loh. Hahahah. Makasih banyak bu, kak, udah menghibur banget.
(Nyengir), maaf ya bu. Tapi beneran segitu harganya. Saya beli udang ini aja, bu. Makasih udah bikin ketawa loh, bu. Makasih banyak bu, kak, mari, "ucapku.
Iyo dik, "dijawab sambil nyengir.
Selama di jalan pulang, nginget ekspresinya buat ngakak. Lucu amat sih bu, kak.
#malam
Keluar untuk ke potocopy sambil mau beli titipan adek. Katanya dia pengen jajanan bakso bakar simpang lampu merah. Setelah dari potocopy pergilah kesana.
Setelah memesan bakso bakar, nungguin bapaknya bakar bakso pesananku dan dua orang kakak kakak lainnya. Datanglah seorang ibu yang juga ingin membeli tapi masih harus ngantri dan bapaknya memasak hanya bermodalkan kipas kecil.
Pak masih lama ya, ngantri?, 'kata si ibu.
Iya bu, masih antri. 3 orang lagi, "jawab si bapak.
Pak, manga kocik bana kipasko? Macammano nandak masak. Lamo lah itu bekko. (Artinya: pak, kenapa kipasnya kecil banget. Gimana mau masak. Lama lah nanti jadinya), "ucap si ibu.
Lah jadi macammano? Yang gadang tuh kipasnyo? Dimano ambo pelok bekko? Disikko? (sambil menunjukkan tempat kipas yang akan digantung di gerobaknya). Kalau macam tu, bekko baterbangan lah jualan amboko. (Artinya: Lah jadi gimana? Yang besar itu kipasnya? Dimana kuletakkan nanti? Kalau begitu, beterbangan lah jualanku nanti),"timpal si bapak.
Lah, aku geli denger jawaban si bapak. Auto ketawa.
Iya kan dek? Betul kan?, "tanyanya padaku.
Iya pak betul, "jawabku sambil nyengir.
Si ibunya juga ketawa denger jawaban si bapak. Dan tetap beli kok, sabar ngantri dan nunggu.
Lawak lawak. Kok lucu lucu sih. Nggak bapak, ibu, kakak, buat ngakak.
Semoga jualannya barokah pak, bu, kak. Dimudahkan dilancarkan rezekinya. Terimakasih udah buat ketawa dan bahagia. ^^
Pandan, 8 september 2021
2 notes · View notes
faizkurn · 3 years
Text
Fish Gold Chef
"Liat deh, lucu"
Kamu menunjuk akuarium mini di hadapanmu. Seekor ikan mas koki bergoyang-goyang manja di dekat batuan koral. Matanya melotot, pipinya digembungkan, sementara warna tubuhnya kemerahan. Mirip anak kecil yang lagi berusaha terlihat marah dengan cara tahan napas, tapi akan segera kentut beberapa detik kemudian. Mirip juga kaya kamu, waktu ngambek karena aku ga sengaja ketiduran pas dicurhatin semalam. Maaf ya.
"Mau pelihara?"
"Enggak, nanti dimirip-miripin sama aku" katamu ketus.
"Ehehe"
Duh. Bener kata orang, perempuan ngambek bisa baca pikiran.
1 note · View note
arsedrh · 4 years
Text
Mama
Mama gue agak unik. Beliau adalah orang Padang yang sama sekali ga bisa makan masakan Padang yang terlalu berbumbu, ga bisa makan daging (sapi, ayam, kambing), tuna, lele, dan patin. Selain itu beliau bisa makan. Beliau juga ga bisa “sembarangan” makan di rumah makan Padang walaupun bahan bakunya yang bisa beliau makan, kayak telur dadar atau gulai ikan mas. Mama juga ga bisa makan olahan kayak sosis, baso,nugget, dan semua jenis frozen food. Makanan yang ada saos (sambal dan tomat), micin, susu, keju Mama juga ga bisa makan. Jadi, di rumah kami tidak akan ditemukan makanan dengan bahan baku yang ga bisa di makan Mama, kecuali kalo gue, kakak, atau adek - adek gue minta beliin. Dan saat jalan - jalan sekeluarga pun kami selalu bawa bekal dan jarang banget makan di rumah makan. 
Ada beberapa cerita menarik tentang Mama saat makan di luar. Pertama, waktu gue, Mama, Ayah, dan adek yang paling kecil pergi ke ibukota kabupaten. FYI, ibukota kabupaten gue cukup jauh dari rumah gue, sekitar 2 jam naik mobil (kalo di kampung ini hitungannya jauh banget ya). Waktu itu, kami ga bawa bekal, jadi kami makan di salah satu rumah makan. FYI lagi, kalo di Sumatra Barat ga ada yang namanya rumah makan Padang, cuman rumah makan yang dikasih nama tapi ga pakai Padang, kayak Rumah Makan Pondok Baselo, Rumah Makan Simpang Raya. Ok balik lagi ke rumah makan tadi. Kami pesen makan lah disana. Gue dan Ayah pesen ikan mas gulai, Mama pesen telur dadar, Adek pesen rendang (dia suka banget rendang).  Biasanya, kalo makan di rumah makan, nasinya udah dikasih kuah, sambel, sama rebusan daun singkong, terus lauknya dipisah. Nah, pas makanan kami datang, Mama gue udah mulai ga enak muka beliau pas ngeliat nasi yang udah dikuahin. Tapi beliau tetap makan, dan beliau langsung mual dong, padahal menurut gue kuahnya enak. Karna itu kami pesen nasi putih lagi buat Mama. Tapi pas beliau makan telur dadarnya beliau mual lagi. Ternyata telur dadarnya agak berbumbu dan ga cocok sama perut si Mama. Akhirnya kita pesen telur rebus polos dan beliau bisa makan tanpa mual. Sejak saat itu kami ga pernah lagi makan di rumah makan. 
Kedua, pas wisuda kakak gue. Kakak gue wisuda di Bandung, jadi Mama dan Ayah harus naik pesawat. Di pesawat mereka di kasih makan roti yang ada sosis di dalamnya, tapi sosisnya ga keliatan. Awalnya mama gue heran, kenapa rotinya dikasih saos. Beliau tetap makan, tapi langsung dilepehin karena ngerasa ada yang aneh dengan rotinya. Zonk ternyata ada sosis di dalamnya.  Terus hari wisuda, kan ada snack buat orang tua. Salah satu snacknya itu lemper. Mama ga tau kalo lemper itu isinya daging ayam, beliau makan aja lempernya, pas kunyahan pertama lagi - lagi langsung dilepeh karna kaget ada isian daging ayamnya. Lucu banget muka Mama gue pas itu wkwkwk (maaf ya Ma). Ga sampe disitu, malamnya gue, Kakak, Ayah, dan Mama jalan - jalan sambil nyari makan malam. Kalo ga salah sih kita makan di daerah Baltos. Awalnya kami bingung mau makan apa karna Mama ga bisa makan “sembarangan”. Makan Sunda ga bisa, makan Padang apalagi, jadi kita memutuskan untuk makan nasi goreng dengan pertimbangan biasanya nasi goreng rasanya bisa diterima oleh semua orang. Kalo kami makan di luar Mama, selalu pesan belakangan dan gue akan pesan makanan yang kira - kira bisa dimakan Mama, beliau akan cicip, kalo semisal beliau bisa makan, gue akan pesan makanan yang lain dan makanan tadi buat Mama. Tapi kalo beliau ga bisa makan, kami akan pesan telur dadar polos dan nasi putih buat beliau. Ini antisipasi supaya kejadian yang di ibukota kabupaten tidak terulang lagi. Jadi pada saat itu gue pesan nasi goreng telur, tapi pas dicoba Mama gue ga suka, terpaksa pesen nasi putih dan telur dadar.
Waktu wisuda gue, alhamdulillah makanannya cocok buat Mama gue. Di pesawat pun Ayah dan Mama kebetulan ga dikasih muffin dan enaknya katanya. Mungkin karena kebetulan di Depok ada keponakan Ayah, jadi masakannya cukup sesuai dengan lidah Mama gue. Tapi ternyata, Makwo (Ibunya keponakan Ayah) nitipin beras dan ikan goreng ke Ayah dan Mama tanpa mereka tau. Mereka cuman tau itu titipin doang buat keponakan Ayah. Gue baru tau setelah ditelpon Makwo. Waktu makan di rumah makan Padang pun, untungnya gue nemu rumah makan yang pas banget di lidah Mama. Gue lupa namanya, tapi letaknya di jalan margonda sekitar Stasiun UI. Ini rumah makan Padang terenak di Depok dan rasanya cukup Padang menurut gue.
Dulu Mama ga bisa masak rendang, bukan karena ga tau cara masaknya tapi beliau akan selalu mual bahkan sampe muntah mencium bau daging sapi, kambing, maupun ayam. Kalo Adek gue pengen makan rendang, Nenek yang selalu bikinin. Tapi karna ga enak terus-terusan minta tolong Nenek, Mama coba bikin rendang sendiri sampe akhirnya sekarang Mama ga mual dan muntah lagi waktu masak rendang. Rendang buatan Mama enak banget, padahal selama masaknya beliau ga pernah nyobain rendangnya. 
Ketiga, Mama suka banget sama jamur. Di rumah cuman beliau yang makan jamur. Uniknya, setiap ditanya gimana rasa jamur, beliau akan bilang rasanya mirip kayak daging ayam. Beliau bahkan belum pernah makan daging ayam, gimana caranya tau rasa daging ayam. Kocak emang si Mama. 
Cerita diatas hanya sebagian kecil “keunikan” Mama gue. Berikutnya mungkin gue akan cerita keunikan Ayah, kakak (gue manggil dia Tata), dan adek - adek gue. 
7 notes · View notes
icarus-posts · 3 years
Text
An Open Letter for Mama :
Hows life there mam? It's raining season there, right?
Merry Christmas, Mama.
Selamat ulang tahun, semoga damai natal juga selalu bersama Mama.
Been a rough year, isn't it? Tapi tetap kuat ya ma! Ical sama kakak-kakak, Airlangga dan Papa masih tetap kuat hahahaha, tapi hidup beneran suka bercanda ma, aku kesel.
Beberapa hari ini aku mikirin omongan Mama soal hidup yang memang sebenarnya adalah panggung komedi, satu waktu kita diatas, lalu tiba-tiba di banting ke bawah. Lucu, sekali waktu aku merasa baik-baik saja, lalu tiba-tiba aku rasanya pengin nangis sekenceng-kencengnya. Pengin dipeluk Mama lagi.
Sambil ngetik ini, aku sambil ingat-ingat natal-natal yang lalu, sebelum Mama ke Jerman. Kalau tanggal 24 gini, aku, Mama dan Airlangga bakalan ke gereja ya, diantar Papa, terus sampai di rumah sudah jam 1 an, disambut kue dan lilin ulang tahun buat Mama yang udah disiapin mas Danis sama mas Ghaza. Kangen nda sih ma? Aku kangen banget tau...
Aku masih do'ain Mama kok kalau lagi sholat, selalu.
Aku selalu ingat kata Papa, Mama ada di prioritas nomor satu sampai empat, lalu Papa nomor lima hahahahaha, Mama masih ada di nomor satu sampai empat kok, Mama nda digantikan siapa-siapa, jadi tolong jangan sedih ya.
Aku minta maaf aku jarang sekali telepon Mama duluan, aku janji mulai sekarang akan lebih sering telepon Mama.
I'm sorry if i keep you waiting.
Mama tau 'kan ya, aku masih di Surabaya sama mas Ghaza dan Airlangga. Mas Danis sama Wishnu di Jogja nemenin Papa yang sepertinya juga lagi kesepian, karena sering banget tiba-tiba chat nda jelas di grup chat. Mulai dari kirim pantun ikan hiu sampai kirim gambar-gambar lucu yang di dapat dari grup bapak-bapak RW.
Mama, i hope you always know that you're still my number one, and will always be, and i will always be Icarus who will not be as greedy as him, will not be as naive as him. I will be the strong Icarus, the-never-fall Icarus, for you.
I love you, to the moon and back.
Tumblr media
2 notes · View notes
fadhila-trifani · 4 years
Text
Kekonyolan di Masa Kecil
Siapa yang rindu dengan masa kecil?
Masa ketika bahagia sungguh sederhana seperti bebas bermain riang bersama anak-anak lain, dibelikan mainan yang kita suka walaupun dengan rengekan, tidur siang tanpa diganggu, merasa aman karena akan selalu dilindungi ayah ibu, hingga melakukan hal konyol pun nggak perlu malu.
Eh, mengingat tentang masa kecil, aku jadi ingin bahas yang menyenangkan. Tentu banyak hal polos nan konyol yang dilakukan saat masih kecil ya!
Kalau boleh flashback dan membuat list, hal-hal konyol yang aku lakukan saat masih kecil banyak sekali ternyata! Mungkin ini bisa dijadikan intermezzo sesaat di tengah peliknya kehidupan manusia dewasa.
1. Waktu kecil, aku sering tenggelam. Dari sekian kisah kecilku tersebut, yang paling konyol adalah aku pernah tenggelam di kolam anak-anak! Usiaku 5 tahun saat itu dan aku asyik bermain perosotan di kolam anak. Begitu meluncur ke kolam, aku kehilangan kendali. Pandanganku kabur dan sulit menapaki lantai kolam. Hingga ada orang asing yang menyelamatkanku. Bukannya ditolong, kakakku justru ngomel: “kolamnya kan cuma seperut kamu, masa tenggelam sih?”
2. Usia 5 tahun sepertinya, aku pernah mandi dengan so klin lantai. Aku menyangka itu adalah sabun cair.
3. Sewaktu TK, aku pernah memuji temanku. Ternyata, itu adalah gombalan pertamaku dalam hidup. Aku dengan beraninya berkata kepadanya: “Rio, kamu ganteng deh kalo pake baju main.” Sontak anak-anak TK yang lain tertawa dan mengejekku: “Fani suka ya sama Rio!”
4. Usiaku 9 tahun saat itu. Kebetulan sedang berwisata ke suatu kolam renang di Cibubur. Di sudut kolam namun samar-samar, aku melihat benda seperti squishy. Begitu aku ambil, benda itu ternyata nerupakan kotoran alias poop!
5. Kelas 1 - 2 SD, aku selalu pulang ke rumah membawa anak ayam warni warni (sengaja dicat seperti warna ungu, biru, hijau, dan orange). Padahal hewan itu berumur pendek, namun aku selalu membeli hingga mamaku geleng-geleng.
6. Masih di waktu yang sama. Kebetulan aku punya kolam ikan yang cukup besar di rumah. Kolam tersebut memiliki ikan yang cukup besar seperti ikan mas dan ikan koi. Dengan nakalnya, aku sering berendam di kolam tersebut dan memasukan ikan-ikan tersebut ke bajuku. Alamak, besoknya ikannya pada mati karena mabuk olehku.
7. Kelas 3 - 6 SD, aku berani mengecilkan baju sekolahku dan memotong pendek rok sekolah. Sepertinya efek kebanyakan nonton sinetron kala itu. Aku sering merasa sok jagoan dan punya geng dengan nama “Ladies Gangster Wild.” Centil dan banyak tingkah sekali aku kala itu.
Kira-kira itu beberapa kekonyolanku saat masih kecil. Menggelitik dan malu sekali rasanya jika diingat kembali.
Kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja, coba deh buka album lama masa kecil, ataupun minta diceritakan apa hal lucu yang kamu alami ketika masih kecil. Mungkin itu bisa membuatmu merasa baikan. 🤗
@henniarum @gugunm @sekotenggg @adhit21 @mathmythic
10 notes · View notes
ummisaja · 4 years
Text
sekuat karma
Kuat. Itu namaku. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakakku yang pertama, perempuan, berjarak 7 tahun dariku bernama Siti Nurhayati. Seorang perempuan yang diharapkan menjadi cahaya di kehidupannya. Kakakku kedua, laki-laki, beda 5 tahun dariku bernama Fajar Prasetyo. Lelaki yang lahir di waktu fajar, yang penuh rasa setia.  
Kuat. Sekali lagi Kuat, itu namaku. Simpel, sederhana, tegas dan tentunya kuat. Dari ejaannya saja sudah ketahuan artinya. Konon ibu sering sakit-sakitan ketika mengandungku selama hampir 10 bulan. Sehingga pas lahir, Bapak berinisatif memberikan nama Kuat.
“Itulah ibumu. Kuat menahan rasa sakit selama berbulan-bulan,” cerita Bapak ketika kutanya asal muasal namaku. Kalau nggak salah waktu itu ada tugas SD perihal arti nama diri.
Aiiih... sungguh besar rasa sayang Bapak pada Ibu.
“Eh, tapi Pak... kalau ibu kuat selama hamil aku trus aku lahir dengan selamat harusnya namaku Slamet dong pak, bukan Kuat,” aku mulai protes.
“Yowis... apa namamu mau diganti Slamet?” tanya Bapak santai.
Ya ampun Pak. Ya nggak gitu-gitu amat kali ya.. Kenapa dulu Bapak nggak kepikiran sebuah nama yang agak kerenan dikit. Masak kalah keren sama namanya mbak Siti atau Mas Fajar.  Apalagi kalau dibandingkan dengan nama-nama temen sepermainan.
Meskipun kami tinggal di kampung, untuk urusan nama, orang tua kami tidak main-main. Dari yang nama Islami, penuh wawasan kebangsaan, kebarat-baratan semua ada. Sebutlah nama temen-temenku. Bambang Purnomo, kutebak mungkin lahirnya pas bulan lagi penuh bercahaya. Oriza Sativa, anak seorang penyuluh pertanian yang mungkin sehari-harinya berkutat dengan tanaman berbulir dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Atau Syaiful Hadi, yang mungkin bapaknya sedikit kecewa karena berharap anaknya gagah berani, ternyata penakutnya minta ampun. Atau Cecep Mulyanto. Karena bapaknya ngefans dengan sosok Gorbachev, tapi demi mengakomodir suku si ibu, jadilah nama blasteran. Sunda-Jawa.
“Oiya pak, Kenapa namaku cuma Kuat?”  tanyaku suatu saat. Masih sedikit bernada protes.
“Emang kenapa? Kurang bagus?” Bapak balik bertanya.
“Bagus sih Pak... Cuma kurang panjang,” kataku lagi. Toh dari kami bertiga hanya aku yang punya nama satu kata.
“Ooo... jadi kurang panjang tho?” Kalau di tambah kata cukup piye? Mau?” tanya Bapak lagi
“Maksud Bapak?”
“Ya itu namamu jadi Cukup Kuat. Mau??  Ahh... tapi nanggung artinya,” jawab Bapak sambil terkekeh.
Aku mencoba mencerna. Masak jadi Cukup Kuat sih. Apa kek yang agak kerenan dan up to date gitu. Kuat Pribadi, Wahyu Hidayat Kuat, Agus Susilo Kuat, Kuat Ahmad. Eh...ntar dieja Kuat Amat juga sama temen-temen.
“Buu... ini anakmu pengen namanya dipanjangin,” teriak Bapak membuyarkan rupa-rupa pilihan kata di otakku.
Ibu yang sedang di dapur tak lama menjawab,”Kuuuuaaaaatttt... sini bantu ibu nyuci piring. Tuhh dah dipanjangin namanya. Lebih dari 4 harokat.”
Bapak dan kedua kakakku sontak tertawa. Renyah sekali. Makin tertawa ketika melihat aku mulai berdiri dan bersungut-sungut ke arah dapur.
Akhirnya kuputuskan untuk kuat menerima nama Kuat. Nggak usah banyak protes kalau tiada artinya. Tetap saja tidak mengubah namamu menjadi Aliando atau Ferguso, pikirku.
***
Itu baru masalah nama. Belum masalah panggilan.  Percuma namamu Agus tapi panggilanmu Gendut karena bodimu terlalu sehat. Nama Bambang Adi mendadak menjadi Bambang Gentolet. Bukan tampangnya yang mirip almarhum salah satu personil Srimulat itu. Bukan juga karena tingkahnya yang lucu seperti almarhum. Tapi ya begitulah suka-suka saja kasih tambahan nama.  Atau nama Pipit. Mungil seperti burung pipit malah dipanggil pitpitan (sepedaan). Untung bukan merk sepeda yang jadi panggilannya. Poligon, United, Wimcycle, Brompton.  
Namaku Kuat. Bukan lebih terkenal dengan nama Sangat Kuat atau Kuat Amat.  Anak-anak tetangga sering memanggil dengan nama Kawat. Jauh api dari panggang. Jauh dekat tetap dipanggil Kawat. Wat...wat... menjadi familiar dengan Wat..wat... Kawat. Untung bukan cawat.
Kawat itu nama panggilan di temen-temen kampung. Ketika masuk SMP, panggilanku bertambah lagi. Makin kekinian dan kebarat-baratan. Maikel? Bukan. David? Bukan.
Ceritanya bermula di sini. Di kelas bahasa Inggris.
“Okey guys. Please introduce your self,” kata Bu Eni, Ibu guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Ini pertemuan pertama di kelas 1 SMP. Jaman itu, pelajaran bahasa Inggris baru diberikan di level SMP. Jadi macam aku yang kemampuan bahasanya terbatas, belajar bahasa asing hanya ada 2 kemungkinan, menjadi tertantang atau makin dipantang.
“Sekarang kamu yang duduk di ujung?” tunjuk Bu Guru sambil mengarahkan jari telunjuknya ke tempang duduk paling pojok belakang.
Aku yang sedang menyusun kata per kata mendadak kaget. Bujubuneng. Kenapa nunjuknya ngacak sih Bu?, protesku dalam hati.
Kuambil posisi terbaikku. Dan...
“My name is Strong.  I have one brother and one sister,” kataku dengan rasa percaya diri luar biasa. Suara sedikit ngebass ditambah aksen yang rada cadel. Dibuat-buat.
Kelas diam sejenak. Dan sepersepuluh detik kemudian meledaklah tawa seisi kelas. Kecuali Bu Guru tentunya, yang masih sibuk mencari nama Strong di daftar absen.
Tapi jangan dikira panggilan Strong ini kebarat-baratan. Namanya lidah kampung. Strong pun menjadi Setrong. Sekali lagi Seeeeetrooong, Hedeuh.
Entah karena bercanda atau cuma ikut-ikutan, bapak, ibu dan kedua kakakku seolah latah dengan panggilanku. Ada di suatu masa memanggil nama Kawat, tetapi tak jarang nama Setrong yang terlontar. Awalnya aku pengen protes lagi, ahh... tapi biarlah. Itu hanya nama panggilan. Di akte lahir, di ijazah toh masih tertulis nama Kuat. Ya Kuat saja.
***
Nyatanya nama Kuat benarlah memberi kekuatan. Dari ketiga anak Bapak, akulah yang jarang sakit.  Paling banter masuk angin atau keseleo.  Kalau sekedar lecet, panu, gatal digigit serangga  itu sudah jadi makanan harianku. Mbak Siti kalau kena debu sedikit saja langsung alerginya kumat. Bersin-bersin sepanjang hari.  Mas Fajar beda lagi. Tiap makan yang berprotein tinggi sebangsa telur dan ikan laut langsung keluar kaligatanya. Tapi justru telur adalah lauk favoritnya. Kebayang kan? demi rasa kangen dengan gurihnya telur, pernah kupergokin dia makan telur ceplok tengah malam dengan sebutir antihistamin di samping gelas minumnya.
Urusan olahraga, aku adalah andalan kampung dan sekolah. Aku masuk di tim inti setiap ada pertandingan, entah tanding sepakbola, voli sampai lari. Dibandingkan dengan kedua kakakku, yang lebih menyukai pelajaran yang menguras otak, aku lebih memilih yang mengandalkan otot.  Prinsipku, otot kawat balung wesi. Sing jenenge kuat, kudu hepi. Karena urusan otot ini pula, aku sering mendapatkan tugas sebagai seksi keamanan atau kebersihan tiap kali kampung menggelar acara besar. Gak papalah yang penting semua bisa mengambil peran, jangan hanya bisa baperan saja.
Tapi untuk urusan kemauan, aku yang paling keras diantara kedua kakakku. Jika A mauku, aku akan berusaha mendapatkannya. Aku tak gampang dirayu.
***
Kesukaanku pada sepakbola, bola voli, basket telah mengantarkan usaha dan jodoh yang tidak jauh-jauh dari dunia olahraga. Kini aku telah menikah dengan 2 anak.
Yang besar laki-laki, kuberi nama Muhammad Haikal, sekarang sudah masuk kelas 2 SD. Karena rambutnya ikal, aku suka memanggilnya dengan nama Kriwul. Yang kedua, cewek umur 4 tahun. Adinda Putri. Pipinya yang seperti bakpao dan badannya yang gemuk, membuatku lebih sering memanggilnya Ndut.
***
Aku berdiri di depan sebuah bangunan baru. Ini adalah toko baruku. Toko Sepeda Kuat. Jika selama ini aku sukses bergerak di jual beli alat olahraga, kali ini aku mencoba peruntungan dengan membuka toko sepeda. Entah karena keberuntungan atau faktor lain, seolah nama Kuat menjadi jaminan untuk nama sebuah usaha.
Aku sedang mengamati para tukang yang sedang mengecat ruangan dalam toko. Sepeda roda 4 dengan pengendara mungil bertumbuh gemuk hilir mudik sepanjang ruangan.
“Adek, mainnya di halaman ya? Kasian kan pak tukangnya nggak bisa konsentrasi.” pintaku.
“Siap Pak!” katanya sambil berlalu.
Tapi tak lama kemudian, dia balik lagi.
“Dik Ndut.. bisa mainya di luar aja ya?” kataku lagi.
“Oke-okey,” kataya. Meski dari ujung mata kulihat dia seperti tidak iklas menjawabnya.
Betul juga. Rasanya baru mulut ini terkatup.. dia sudah masuk lagi ke ruangan dengan gaya ngepotnya.
“Adiikkkk Nduuuuutt.. ?” kataku dengan nada sedikit naik.
Dia sedikit kaget dan sambil cengengesan dia pun menjawab dengan berteriak lantang,”Baiklah Pak Setrongggggggg. Adik main di luar aja.”
Para tukang yang mendengar celingukan. Mungkin mencari pak Setrong.
Seperti dejavu. Memoriku kembali ke masa-masa antara Kuat, Kawat dan Setrong.
NB : Ini hasil dari Kelas Menulis Cerita Lucu. Mau diikutkan antologi tapi belum pede... Alamak. Cerita ini kadar kelucuannya minimalis. Mungkin kalau bercerita akan menjadi lebih lucu. Tapi pas ditulis kenapa agak garing. 
5 notes · View notes
hellopersimmonpie · 4 years
Text
Terima Kasih, Steve
Sore ini sedikit mendung. Gue masih ngejar deadline kerjaan di kantor. Sesekali gue menengok notifikasi WhatsApp di WhatsApp Web atau mengecek percakapan teratas gue yang menampakkan pesan dari Steve:
“Jangan lupa makan. Jangan kebanyakan ngopi“
“Emang kalo ga diingetin, gue ga makan?“
“Kadang gitu beneran kan?“
“Iya maas. Ini aku makan“
“Ntar pulang ke kantor, mampir ke aku ya Nad. Aku masakin kamu lho“
“Ya ampun lucunyaaaa. Kamu cute banget kalo kayak gitu. Aku bisa gendut kalo sama kamu Mas”
“Nggak lah. Aku makan masakanku sendiri tiap hari juga ga gendut. Jangan malem-malem pulangnya”
“Iya”
*
Dulu gue ngebaca WA seperti ini dengan pandangan nyinyir. Ngapain banget, makan aja perlu diingetin. Cuma Steve yang ngerubah kegelian gue jadi sumringah tersipu.
Steve itu bukan tipikal cowok idola gue di masa kecil atau remaja sekalipun. Tapi nyatanya, jatuh cinta itu kadang ga memperhatikan kriteria.
Gue dulu mengidolakan cowok ambisius. Leader di sebuah organisasi dengan segala tetek bengeknya.
Steve jauh dari stereotype itu. Dia bisa menjungkirbalikkan kriteria gue tentang cowok idaman. Lucu banget pokoknya. Perasaan gue nggak terdeskripsikan kalau lihat dia pagi-pagi khusyu memasak. Bersihin rumah. Atau rewel banget lihat wastafel kotor.
“Kamu nggak pengen aku masakin, Mas?“
“Nggak. Lihat kamu pegang pisau aja aku ragu wkwk. Ntar dapurku kotor gegara kamu nggak bener masaknya”
*
“Masak itu hobiku Nad. Aku kalo pusing, capek sama kerjaan ya larinya ke dapur. Jadi biarin aku masak buat kamu“
“Aku kan juga pengen masakin kamu kadang-kadang“
“Ya monggo kalo aku main ke tempat kamu“
“Nggak PD, enakan masakan kamu“
“Wkwkwk. Kamu beli go food terus kamu bilang itu masakan kamu pun, aku terima kok. Sambil tutup mata 😂"
“Makasih lhoo“
*
Gue pulang kantor dengan baju yang sedikit basah. Surabaya mulai hujan rintik-rintik. Dingin. Waktu gue buka apartemen Steve, aroma pisang goreng sudah kemana-mana. Pisang belum disentuh, hangatnya sudah terasa.
Gue langsung masuk ruang makan dan mendapati lele balado dengan daun kemangi di atasnya. Di sampingnya ada tempe orek dan nasi hangat. Steve masih membawa tumis ikan pedha dengan petai, bakwan jagung, dan tempe bacem dari dapur.
“Masak sendiri?“
“Enggak. Dibantuin Alfin tadi“
“Alfin bisa masak?“
“Ya bisa lah. Dia kan pernah kerja di warteg“
“Lha Alfin mana?“
“Mandi. Aku juga ngundang Jasmine tadi. Biar rame. Ntar kamu bisa nginep sini bareng dia"
Gue senyum tersipu ngelihat ini semua wkwk. Norak. 
Makanan, buat gue adalah sesuatu yang mengantar ingatan gue pada perasaan. Perasaan rindu sama rumah, rindu sama ibu, rindu sama keluarga gue. Makanan itu, sedingin apapun bakal kerasa hangat ketika dimakan bersama orang yang hangat.
Entahlah. Mungkin bagi orang yang dari kecil hidup dalam kondisi keluarga yang nggak fungsional kayak gue, makanan bisa ngebuat gue berkhayal tentang orang-orang tersayang yang bawain gue bekal untuk ke sekolah ataupun ke kantor.
Dan hari ini Steve semacam mengobati kerinduan gue dengan suasana yang hangat di tengah hujan. Makan rame-rame di rumah dengan menu masakan rumah. Bukan restoran.
Mungkin agak lucu kalo perasaan gue ke Steve tumbuh sedikit demi sedikit karena makanan. Oke gue bucin. Gue dulu nggak sesayang itu sama Steve. Karena gue sama dia juga beda. Nggak mungkin nyatu. 
Sampai suatu hari, gue tugas ke Jakarta dan tanpa sadar gue beli Pretzel tiap hari. Temen kerja gue iseng nanya:
“Lo sesuka itu sama Pretzel?”
“Hah?“
“Lo beli itu tiap hari?“
“Eh iya ya?“
Sebenernya gue nggak sesuka itu sama Pretzel. Gue tipikal orang yang selalu menyimpan rasa makanan di otak bukan karena rasanya doang tapi juga memori bareng orang-orang yang nemenin gue nikmatin makanan tersebut. Sepanjang perjalanan dari hotel ke Bandara, gue jadi ngebayangin wajah Steve yang dengan PD nya bilang:
“Kamu kudhu nyoba nyelupin karamelnya. Enak”
Beberapa tahun yang lalu, gue ngerjain projek di Jakarta dan nggak sengaja ketemu Steve di hotel. Waktu itu, gue masih dalam kondisi depresi dan tidur gue masih dipenuhi mimpi buruk. Karena kondisi yang kurang sehat gegara insomnia, gue muntah-muntah. Abis muntah, nggak pusing sih. Tapi gemeter banget. Nyium masakan berbumbu tambah mual. Padahal sejam lagi, gue harus naik pesawat.
Steve kemudian pergi sebentar. Muncul-muncul bawa teh anget dan Pretzelnya Auntie Anne yang Karamel Almond. Dia bilang kalo gue kudhu nyoba karamelnya. Karena itu enak (menurut dia) dan ga enek 😂
“Enak banget kan?”
“Yhaaa biasa aja sih aslinyaaa. Pretzelnya terlalu manis buat aku”
“Masak sih?”
Gue mengangguk
“Tapi abis”
“Iyalah gue laper banget”
“Kamu abis mual ga pusing? Bisa terbang?”
“Bisa. Paling di pesawat tidur. Ntar kalo landing, temenin makan ya”
Steve mengangguk. Gue lantas ngelihat bungkusnya Pretzel yang ada tulisan
“Suddenly Life Make Sense Again”
Gue menarik nafas. Hal yang belum pernah gue ceritain adalah, bahwa malam sebelumnya, gue mandi lama banget karena pikiran gue kosong. Ada kali sejam dengan shower menyala. Padahal niatnya di kamar mandi cuma cuci muka. Tapi entahlah, random aja nyalain shower padahal masih pake baju.
Setelah mandi, sepertinya gue masuk angin tapi nggak bisa tidur karena takut mimpi buruk. Pikiran gue mengawang dan berjuang melawan negative thinking gue yang bilang bahwa hidup gue harusnya sudah selesai karena gue ga punya alasan yang make sense buat hidup.
Makanya paginya jadi kurang sehat. Lemes.
…dan “Suddenly life make sense again” nya Auntie Anne jadi semacam aha momennya otak gue yang emang dasarnya suka cocoklogi.
Setelah kami berdua mendarat, gue laper banget dan lemes. Akhirnya kami nyari Bebek goreng pake sambel pencit. Makannya nikmat banget.
Steve sempet protes
“Kamu ga papa? abis mual makan bebek?”
“Aku lagi pengen banget”
“Oke”
Malemnya gue demam sampe seminggu 😂 dan ngerepoti Steve lagi. Tapi alhamdulillah, jadinya tiap hari ada yang nanyain kabar dan ngajakin ngobrol sampai pikiran yang aneh-aneh nggak sampe bikin gue bertindak macem-macem
😊😊😊
“Naad, isshh senyum-senyum sendiri. Bayangin apa kamu?“
“Gue udah lama ga makan bareng di rumah kayak gini. Makasih ya Fin, udah bantuin Steve masak buat gue“
“Eh, Steve itu masak buat kita berempat biar kita bisa makan bareng ya. Kamu jangan GR“
“Ya terserah. Pokoknya makasih banget makanannya malam ini. I love you deh wkwk“
"Wkwk sekangen itu ya ngumpul sama keluarga"
"Hhaaa mungkin"
Hari ini kami menghabiskan waktu untuk bermain game. Malemnya, Jasmine sama gue memutuskan buat nginep di apartemennya Alfin di sebelah dan Alfin menginap di apartemen Steve.
Kadang se-soliter apapun kita, kita membutuhkan kehadiran manusia lain biar tetap hangat.
"Gue sebenernya pengen kayak lo sama Steve sih mbak Nad. Sesulit apapun kondisinya, kalian masih nunjukin perasaan satu sama lain"
"Lah kamu kenapa nggak nyoba aja sih Jas?"
"Gue takut ditolak. Kayak ngerasa ga cukup aja buat Alfin"
"Alfin, kamu, Senja itu sama-sama manusia yang punya kelebihan dan batasannya masing-masing. Kamu tuh penyayang banget lho. Bisa hangat ke semua orang"
"Tapi gue ga sepinter Senja mbak. Gue tau kok kalo dari sisi akademik, gue bego"
"Lah siapa yang bilang?😂"
"Aku bisa ngukur kali Mbak. Bisa masuk kampus bagus juga soalnya Papaku kaya. Bukan kayak Senja yang tanpa privilege apapun bisa S2 keluar negeri"
"Ya Allah Jasmineee wkwk. Kamu lucu banget kalo kayak gitu. Coba besok-besok iseng aja tanya Alfin, " Fin gue bego ya? Gue penasaran ekspresinya kayak apa"
"Ah kamu mbaaak. Dicurhatin ga pernah serius iih"
28 notes · View notes
Link
1 note · View note
stopmotionideas · 2 years
Text
youtube
Stop Motion ASMR Ikan Koi berwarna-warni dan ular emas bawah tanah - Memasak Primitif 4K
3 notes · View notes