Tumgik
#hegemonibarat
abbasalharik · 3 years
Text
Peran Wahyu di Zaman Modern
Tumblr media
Wahyu adalah penegas akal dan penyelamatnya dari perdebatan tak berujung. Karena akal manusia selamanya akan berdebat tentang keberadaan Tuhan dan standar moral. Dalam sejarah filsafat, dari klasik sampai modern, setiap ada tesis tentang keberadaan Tuhan, setiap kali pula muncul tesis lain yang menafikan keberadaan-Nya.
Immanuel Kant, ketika ia membantah filsafat ketuhanan Aristotelian dan Descartes, dia akhirnya berkesimpulan bahwa untuk bermoral dan bertuhan tak perlu dicari-carikan dalil akal. Cukup hal itu dijadikan keyakinan pribadi. Mungkin Kant sadar bahwa selamanya takkan ada dalil memuaskan terhadap keberadaan Tuhan. 
Dalam ranah etika kita lihat gimana kacaunya dunia (khusus barat) ketika menyerahkan nilai-nilai etika sepenuhnya pada akal.
Seperti yang diistilahkan Adian Husaini, Masyarakat Barat seperti terjebak dalam berbagai titik ekstrim dan lingkaran setan yang tiada ujung pangkal dalam soal nilai. Dalam memperlakukan pelaku homoseks misalnya, Robert Held dalam bukunya, Inquisition, memuat foto-foto dan lukisan-lukisan yang sangat mengerikan tentang kejahatan Inquisisi yang dilakukan tokoh-tokoh geraja pada waktu itu. Dalam buku ini juga disebut gimn pelaku homoseks digargaji hidup-hidup.
Sekarang, ketika AS dan negara-negara barat lain menganut paham sekuler-liberal, praktik homoseks malah semakin sulit dibendung. Belanda,setelah melewati tantangan keras dari aktivis LGBT, akhirnya pada 1 April 2001 berhasil melegalkan aturan yang memperkenankan pasangan homoseksual menikah di catatan sipil.
Pada edisi 6 Januari 1996, majalah The Economist menulis satu judul "Let them wed", yang menghimbau agar kaum gay atau lesbi diberi hukum untuk melakukan perkawinan. Suara penentang perkawinan homoseksual di negara-negara Barat menghadapi tantangan yang sangat keras, sebab logika " Hak kebebasan individu" dan "tidak merugikan orang lain" ibarat pukulan telak Saitama dalam serial One Punchman. Logika dibalas logika. Akal beradu dengan akal. Begitu terus tanpa henti.
Maka, Darraz dalam Dusturul Akhlaq fil Quran (Pedoman Etika dalam Al-Quran) menjelaskan gimana akibatnya ketika nilai-nilai etika dilepaskan dari tuntunan wahyu dan diserahkan sepenuhnya kepada akal. Darraz berujar,
ولسوف تقاوم عقول بعقول، كما تقاوم عواطف بعواطف
"..Maka akal akan dilawan dengan akal, sebagaimana emosi akan dilawan dengan emosi. "
Relativisme nilai inilah yang membuat peradaban Barat kini dipenuhi kekacauan dalam standar nilai dan moral. Relativisme nilai membuat para pemuda mengalami krisis keyakinan. Survei World Health Organization (WHO) 2016 menyatakan bahwa pelaku bunuh diri terbanyak adalah rentang usia 20-30. Walaupun WHO seolah cuma menyebut penyebabnya adalah faktor ekonomi, tapi pelaku bunuh diri yang rata-rata adalah pemuda patut memunculkan pertanyaan lain: ada apa dengan pemuda?
Krisis ekonomi yang melanda seseorang tak selamanya membuatnya serta merta bunuh diri. Pasti ada faktor lain. Dan faktor ini menurut saya adalah faktor keyakinan. Pelaku bunuh diri selain mengalami krisis ekonomi, mereka juga mengalami krisis keyakinan.
Tekanan hidup yang berat ditambah tak adanya tempat berpegang dan menaruh harapan, membuat hidup seorang kehilangan asa. Keputusasaan di bawah keputusasaan. Berlipat-lipat. Dan ketika tak ada lagi cara untuk mengakhiri tekanan itu, maka mereka menggunakan cara terakhir sekaligius terampuh: kematian.
Inilah yang diratapi Muhammad Iqbal dalam puisinya Bal-e-Jibril, peradaban Barat membuat umat manusia jatuh dalam krisis keyakinan. Padahal, keyakinan adalah aset terbesar manusia. Iqbal bersenandung,
“Conviction enabled Abraham to wade into the fire; conviction is an intoxicant wich makes men self-sacrificing; know you, oh victims of modern civilization! Lack of conviction is worse than slavery”
Di balik kemajuannya dalam hal materi, peradaban Barat ternyata menyisakan krisis moral dan keyakinan pada umat manusia. Dan itu akibat meletakkan agama di pojok ruangan dan membiarkan akal berkuasa penuh atas hidup. Krisis yang ditinggalkan peradaban ini membuat kita semakin  sadar bahwa peran wahyu tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Wahyu berperan penting untuk memberikan sandaran akal dan menjaga fitrah manusia dari noda yang membuatnya melenceng.
Seperti kata Darraz,
... ولكن دور هذه الشريعة أن تثبت قانون الفطرة، وأن تمنحها سندا متينا، وذلك بعد أن تستخلصه بكل نقائه وطهارته
Jadi, anggapan wahyu kehilangan perannya di zaman modern ini adalah keliru. Mungkin memang hilang. Tapi, kehilangannya itu adalah sebuah kesalahan yang harus segara kita perbaiki.
Kairo, 5 Mei 2021
2 notes · View notes