Tumgik
#dwarapala
arjuna-vallabha · 2 years
Photo
Tumblr media
Temple guardian, Majapahit period, Java
40 notes · View notes
dejahisashmom · 1 year
Text
Udayagiri and Khandagiri Caves: Intricate Jain Monuments to Faith | Ancient Origins
Udayagiri and Khandagiri Caves: Intricate Jain Monuments to Faith | Ancient Origins
https://www.ancient-origins.net/ancient-places-asia/udayagiri-caves-0017410
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hinducosmos · 2 years
Photo
Tumblr media
Neelkantheshwar Temple, Udaipur near Vidisha, Madhya Pradesh
Ramakrishna Kongalla wrote : Divya Darshana of Sri Neelakanteswar through intricate "PanchaSakha" Dwara with Nadhi Devatas & Dwarapalas at bottom, Gaja Lakshmi & Ganesha in Lalata and Nava Matrikas in the top Uttaranga (Lintel). Udaipur near Vidisha, MP.
(via Twitter: Ramakrishna Kongalla🇮🇳 @artist_rama)
52 notes · View notes
dvarapala · 2 years
Note
“A dance for the horizon on which we are to disappear.”  Juliana (een van mijn fav NL liedjes!)
lopen tot de zon komt // @dayatarik (juliana)
Tumblr media
udyati finishes her braised chicken sandwich and watches the dancers on stage, mesmerized. two girls and a guy, all decked out in full regalia. it’s beautiful. and their movements are so fluid and sleek. so much so that one would be forgiven if they thought that those three were udyati’s indonesian counterparts. dwarapala’s with a w.
“i hope we don’t have to disappear yet. in about an hour, they’re gonna do another dance. and i want some gado gado. do you want me to get you some too?”
9 notes · View notes
pumpkin-sorbet · 7 months
Text
belakangan nyempetin baca lagi aroma karsa, emang gak ada bosen-bosennya
mbak dee tuh jago banget bikin cerita sci-fi yg sangat menyenangkan dan bikin pembacanya mudah mengimajinasikan apa yang dia tulis dengan perfect gitu, vibe petualangannya kerasa nyata
tp emang dr novel-novel lainnya, aroma karsa ini sejenis sama seri supernova tapi lebih dibikin klenik dengan melibatkan mitos, legenda, dedemit, khas indonesia banget lah
tapi juga detail banget tentang perfumery, deskripsi tentang aroma tunggal-campuran, dr sini juga pas mau beli pewangi jadi mulai merhatiin top note, middle note, sama base note nya apa aja
gunung lawu, sinom, pucang, mpu smarakandi, alas kalingga, dwarapala, anung dan ambrik
belom lagi jati wesi dan tanaya suma, oh ya mereka nama asalnya ternyata randu dan malini
pernah banget pengen nulis reviewnya di goodreads tapi aku merasa apalah aku ujung-ujungnya cuma ngasih rate 5 star aja, karena aku ngga tau karya satu ini celahnya ada dimana
0 notes
gbwhtspro · 1 year
Text
Telangana: 1000-year-old ‘dwarapala’ sculpture found in Siddipet; biggest seen so far
After examining the sculpture, he said the sculpture of Vijaya, the doorkeeper of Lord Vishnu, was the biggest reported so far from Telangana and was bigger than the ones of the Kakatiya period unearthed at Ghanpur in erstwhile Warangal district. Published Date – 12:54 PM, Sun – 29 January 23 Siddipet: One of the biggest Dwarapala (door keeper of Lord Vishnu) sculptures in the State was…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 2 years
Text
TURISIAN.com – Buat Sobat Turisian yang senang beraktivitas wisata olahraga ekstrem di alam bebas, bisa memacu adrenalinnya dengan menjajal river tubing di Sungai Amprong. Lokasinya berada di Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kehadiran wahana wisata alam river tubing ini berawal dari kepedulian para pemuda pecinta alam yang ingin memanfaatkan potensi wisata desa mereka. Supaya Desa Wringinanom tidak sekadar menjadi tempat peristirahatan bagi peserta jeep tour Bromo. Untuk idenya terinspirasi dari permainan anak-anak desa yang senang berseluncur di sungai naik gedebog pisang. Dari situlah muncul ide dari seorang pemuda bernama Galuh dan beberapa orang kawannya untuk membuka wisata River Tubing Sungai Amprong. River tubing merupakan kegiatan menelusuri sungai dengan mengendarai ban. Cocok berlangsung di sungai berperairan dangkal seperti Sungai Amprong. Alternatif wisata alam ini pun lambat laun berkembang dan makin tenar di kalangan wisatawan. Hal ini berkat usaha Galuh serta para pemuda pegiat pariwisata untuk berkolaborasi dengan operator jeep tour ke Bromo. Operator River Tubing Desa Wringinanom Di sana ada 3 operator river tubing yang beroperasi di area Sungai Amprong yang bisa Sobat Turisian pilih. Salah satunya Banyumaro yang merupakan operator di Desa Wringinanom yang pengelolaannya oleh anak muda setempat. Baca juga: Arca Dwarapala Kerajaan Singasari Menjadi Spot Menarik di Malang “Nama Banyumaro artinya aliran air yang terbelah. Karena memang ada titik di mana Sungai Amprong terbelah menjadi 2 aliran sungai,” tutur Galuh, dikutip dari laman indonesia.travel. Saat Sobat Turisian mencoba aktivitas river tubing Sungai Amprong di Desa Wringinanom akan semakin seru. Sebab dalam perjalanan menuju titik pemberangkatannya, kalian bisa menikmati pemandangan alam yang indah pada kedua sisi jalannya. Tampak hijaunya ladang selada air yang menjadi hasil bumi kebanggaan warga setempat. Sehingga membuat kegiatan jalan kaki mendaki bukit tak terlalu melelahkan, justru malah menyenangkan. Soal keamanan River Tubing Sungai Amprong, tak perlu Sobat Turisian khawatirkan. Sebab selain memberikan pengarahan, para petugas pendamping juga terjun langung mendampingi pengunjung selama melakukan river tubing. Homestay & Jeep Tour Desa Wringinanom Jika Sobat Turisian sudah puas bermain di sungai, dapat menginap semalam di homestay milik warga setempat. Agar bisa melanjutkan perjalanan jeep tour ke Bromo keesokan harinya. Baca juga: 5 Aktivitas Seru di Desa Wisata Pujon Kidul Malang Sobat Turisian yang menginginkan rute jeep yang berbeda, bisa menyampaikan keinginannya kepada operator jeep tour di Desa Wringinanom tersebut. Terkait fleksibilitas pengaturan agenda perjalanan, para pelaku pariwisata di sana selalu siap membantu.*
0 notes
ever-student · 2 years
Text
Do you think this is just a Temple Pillar? This “Dwadasha Lakshna Sthambha” – 12 Elements Pillar is of “Vishnu Kanta” (Octagonal) class of Hindu temple pillars from Surya Mandir, Modhera, Gujarat. 1)Ghata/Ahvaana Patta – Base Water pot like Kalasa/Welcome Band generally contains Sri Ganesha or Sri Maha Lakshmi 2)Simhamukha Patta – Lion Band – represents the Valor & Courage 3)Dwarapala Patta – Guardian Band – Guardians of the presiding deity in the temple are present 4)Vadaka/Vadaki patta – Musicians Band singing in reverence of the god. 5)Avatara patta – Manifestation Band – different Avataras of presiding deity. 6)Kalika Patta – Lotus Bud Band – indicates the potentiality of everybody to attain moksha. 7)Khandika/Ghanta Patta – Bell band – signifies the impermanence, transient creation of this universe through sound. 8)Deva Gana Patta – Embodiments of divine features – resembles all good characters of divinity. 9)Gandharva Patta – Geometrical Band basically Vajra or Padma Kulika are present. Vajra indicates indestructibility. Padma Kulika indicates – probability of moksha all human beings. 10)Kirtimukha Patta – Kirtimukha is the embodiment of dedication to his master Mahadev. 11)Kumbhika/Purnakumbha – Kalasa – water pot at the top. 12)Sirsa – Head/Capital of a pillar – represents how important sirsa is in bearing weight like Head takes care of a human body.Ghata at base is representation of water, Kumbhika at the top is representation of water - is an indication of how life emerges in water & ends in Walter
0 notes
serenadeyoursilence · 6 years
Photo
Tumblr media
Dwarapala
5 notes · View notes
templepurohit · 3 years
Photo
Tumblr media
Let's know about our Temples Parts of a Nagara Shaili "Dwara" (Door/Entrance) 1. Uttaranga - Top part, A door frame Surmount. Generally Trimurtis with their consorts are found in this level. 2. Lalatabimba - Crest Figure, like the area between our eyebrows. With the icon in this space we can identify the god inside the temple or Garbha Griha. If Garuda is in the space, it's Vishnu inside. 3. Shakha - Bands/Layers, different layers like Patra Sakha (Floral Band), Gandharva Sakha (Geometrical band), Mithuna Sakha (Romantic Band), Simha Sakha (Big band with Gods & Goddesses) etc... 4. Sthambha - pillar with Kumbha (water pot) at base and Kalasa (Sacred water pot). Water pots indicating the source life. 5. Dwarapala/Dwarapalika - Door guards. In shiva temple, Ganga & Yamuna are Dwarapalikas indicating when we pass through the door, we are bathed automatically by them. In Vishnu temple Jaya & Vijaya as the Dwarapalas. 6. Mandaraka - representation of the mountain Mandara used as a rod in "Ksheera Sagara Manthan" 7. Udumbara - The threshold of the house, which reminds us evertime of our limit whenever we cross it. https://ift.tt/2PUGo4i
11 notes · View notes
dianbudaya · 4 years
Text
Panggil Aku Dengan Namaku
Tumblr media
Fajar di Surabaya, masih menarikkah? Tapi tolong izinkan aku untuk menceritakan dengan luwes sebuah kenormalan baru ini. Kebul asap nyaris menghiasi pagi ini, surya menyingsing bersamaan dengan bising, klakson dan ocehan buruh berlomba sengit, para pengendara melaju dengan acaknya bahkan terdapat dua atau tiga kecelakaan lalu lintas di beberapa ruas jalan. Pagi yang makin manis nyaris tidak seperti yang biasa terpampang di kota ini dari beberapa tahun yang lalu, sejak pembangunan besar-besaran diadakan oleh pemerintah setempat. Pembangunan infrastruktur kian melejit, berbanding terbalik dengan sistem pendidikan yang makin hari kian merosot dialami oleh sekolah-sekolah di sini.
SMA Avicenna pun terkena dampaknya. SMA yang dulu dikenal karena menjadi sekolah unggulan dan selalu mencetak generasi terbaik di kotanya, harus merelakan diri untuk penyesuaian dengan sistem yang ada. Pergantian kepala sekolah hingga guru juga dilakukan demi mengikuti perkembangan pola pendidikan berbasis teknologi agar elok dilihat para petinggi Kota Surabaya.
Gerbang utama bagian timur yang mulanya berbentuk gapura candi berarca Dwarapala juga sudah direnovasi menjadi gerbang kekinian demi terlihat modern. Dua pendapa yang ukurannya cukup untuk disinggahi kisaran lima belas hingga dua puluh orang pun harus dirombak menjadi kelas tambahan untuk para siswa yang akan mengenyam pendidikan hanya dua tahun saja. Ruang kelas juga diganti total dengan alasan kenyamanan, semua guru serta karyawan sekolah merasa nyaman dengan banyak kemewahan dan pembaruan di sana-sini, namun tidak dengan siswanya.
Pukul tujuh kurang lima belas menit bel berbunyi, tanda kegiatan belajar mengajar segera dimulai. Guru-guru berwajah ceria masuk dengan semangatnya juga menenteng tas pemberian pemerintah yang harganya cukup mahal serta kasut model terbaru dari investor pembangunan sekolah kemarin. Lia Rosanti, pengajar mata pelajaran matematika merupakan guru pindahan di semester ini mulai memperkenalkan diri dan mulai memanggil anak didiknya satu persatu.
“Risa?” tanya Bu Lia. “Hadir, bu.”
“Bastian?
“Saya bu.”
“Eeehh.. adik Jan?” tanya Bu Lia pelan. Kelas mulai hening tinggal suara jarum jam dinding dan kebingungan nampak jelas di raut guru paruh baya itu, tak ada satu pun siswa yang bersuara maupun bergumam atau sekadar mengangkat tangan tanda ia hadir dalam kelas untuk dicatat dalam presensi.
“Oh tidak masuk ya?” gerutu Bu Lia.
“Masuk bu,” jawab Evan yang pelan karena memang duduk di bangku paling depan dan tepat berhadapan dengan meja guru.
“Mana? kenapa tidak mengangkat tangan?” Tanya Lia sekali lagi kepada seluruh siswa yang berada di kelas.
Sekali lagi juga kelas menjadi hening, tidak ada satu pun kata-kata yang keluar dari mulut para siswa dan sesekali mereka saling tatap mata yang menandakan bingung campur takut dan bersalah. Hingga pada akhirnya…
“Jancok, Bu,” memecah keheningan.
“Eeeh, begini nak, kita sama-sama tahu antara hal yang umum dikatakan dan yang tidak kan? Saya tahu namamu karena memang yang tertulis begini adanya. Apakah tidak ada nama belakang atau pun nama tengah? Nama alias?” kata Bu Lia tajam kepada anak berambut cepak tentara dengan dagu lancip berhidung mancung itu.
Benar sekali, siswa kelas sebelas yang terkenal akan kepandaiannya dalam akademik dan bidang kesenian itu bernama Jancok. Tidak memiliki nama panjang, entah apa yang dipikirkan orang tuanya kala itu. Namun ia sendiri juga tidak tahu mengapa, karena orang tuanya sudah tiada sedari ia berumur empat tahun.
“Hanya Jancok, Bu,” jawabnya.
“Ya, saya tahu. Bukankah jauh lebih sopan jika kita sama-sama menyepakati nama panggilan yang lebih baik nak Jan?” ucap Bu Lia dengan nada tinggi.
 “Maaf Bu, namanya Jancok dan kita semua tidak keberatan dengan itu. Lagipula apakah mengubah nama seseorang adalah kewenangan ibu? Hahaha,” ucap salah seorang murid dari bangku deretan tengah dengan nada meledek.
“Tentu saja saya berwenang! Kalian yang menganggap omongan saya hanyalah lelucon pasti tidak akan berhenti tertawa dalam hati. Jika aku tidak memanfaatkan wewenangku, maka ia lah guru dan aku seorang murid!” bentak guru matematika peminatan itu sembari menunjuk beberapa murid dengan buku absen yang sudah digulungnya.
Kelas hening, para siswa merasa ketakutan dengan guru barunya itu, baru pertemuan pertama sudah saling lempar kritikan satu sama lain. Beberapa siswa mungkin sedikit bingung dan muram karena di tahun sebelumnya mereka bebas untuk mengkritisi guru, begitu pun sebaliknya. Namun sistem kali ini memang merombak pola diskusi yang sebelumnya dua arah dan egaliter.
“Sebagai seorang pengajar, hasrat pribadi jangan menggeneralisasi profesi dan diatasnamakan instansi!” kata Mika, anak yang dalam kesehariannya dianggap polos dan rajin dengan rambut biasanya dikelabang. Suasana bertambah panas ketika Bu Lia Rosanti mulai menyingsingkan lengan bajunya dan berkacak pinggang dengan mata melotot.
“Apa mau kalian?”
“Perlakukan kami dengan semestinya, guru itu digugu dan ditiru!” Teriak salah seorang murid gemuk berambut rapi yang ternyata duduk tepat di sebelah Jancok. Rautnya memang sedang marahnya, namun tidak dengan siswa yang duduk tepat di sebelahnya.
Tidak terima dengan perlakuan yang sedang dilakukan oleh siswanya sendiri, ia pun memanggil empat orang satpam untuk membantu menenangkan suasana kelas yang sudah mulai ricuh dan rusuh. Satpam yang bernama Barno, Tarun, Muklis dan Sueb langsung masuk kelas tanpa mengucap salam dan mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung mengacungkan tongfanya ke wajah tiap-tiap murid yang melihat dengan kagetnya. Para siswa tidak begitu menggubris adanya empat satpam disitu dan tetap saling berdiskusi tentang adanya guru tadi.
 “Kalian ini kok bisa-bisanya bikin ribut di dalam kelas seperti ini! Kami ini satpam. Penjaga keamanan disini.” Para siswa melirik saja, lalu tanpa berkata mereka memalingkan pandangan lagi ke sesama. Merasa tak dihargai, mereka memanggil bu Lia Rosanti lagi.
“Apa kita ke sekolah untuk belajar kepada bocah?” kata Bu Lia.
“Yang anda katakan bocah adalah anak yang sudah banyak mencetak prestasi sebelum anda kesini.” Semua siswa melempari kertas, pulpen dan kursi kepada para satpam, satpam pun sibuk mengamankan Bu Lia. Bu Lia memaksa masuk lagi untuk memarahi anak didiknya.
“Ini semua karenamu Jancok.” “Hadir, bu.”
  Penulis: Giandra Febriyan H.
9 notes · View notes
arjuna-vallabha · 2 years
Photo
Tumblr media
Shaiva Dwarapala by Siri._Draws, more at https://www.facebook.com/srihari.tote
38 notes · View notes
dejahisashmom · 1 year
Text
Udayagiri and Khandagiri Caves: Intricate Jain Monuments to Faith | Ancient Origins
https://www.ancient-origins.net/ancient-places-asia/udayagiri-caves-0017410
View On WordPress
0 notes
hinducosmos · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Bucheshwara Temple in Koravangla, Karnataka Sudha G. wrote : The Bucheshwara Temple is named after the man who built it, Buchiraja, an officer in the service of King Veera Ballala II. A dwikuta or two shrined temple, this is not built on a jagati. An elephant balustrade leads to the entrance, which are flanked by a pair of impressive dwarapalas. The two shrines are connected by a mandapa, one side of which is open. One of the shrines is home to Shiva as Bucheswara and the other to Surya. There is also an exquisite Saptamatrika panel in the closed mandapa. The sculptures on the temple's exterior walls are filled with exquisite sculptures of the various forms of Shiva as well as icons from the Vaishnava pantheon. There is also a sculpture of Kali with a rather impressive set of fangs. . The Bucheshwara Temple is among the better maintained set of temples we say while exploring the region. Photo 1: The elephant balustrade at the entrance to the Bucheshwara Temple Photo 2: The well maintained Bucheshwara Temple Photo 3: Dwarapalas Photo 4: Lathe turned pillars in the mandapa Photo 5: Gajalakshmi Photo 6: Kali with a rather impressive set of fangs sudhagee.com (via Instagram: Sudha G.)
57 notes · View notes
dvarapala · 3 years
Text
me, in the background: did you know that there are doorway guardians in other cultures too? they’re known as the niō in japan, heng and ha in china, narayeongeumgang in korea and in indonesia and malaysia they are known as dwarapalas, with a w instead of a v. anyways! they’re my favorite figures and, truly, i hope people take these figures and write them and give them their own spin. because it’s what they deserve. give ud more doorway and gateway friendos!
32 notes · View notes
onlygodis · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
top: Vaishnava dwarapala.
bottom: Saraswati
1 note · View note