Tumgik
notakecil · 7 years
Photo
Tumblr media
Mabok Zamrud [Kumpulan Puisi] (Lengkap) (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/MdWy4sCuWC "Ingatan bersama ialah gangguan yang kubawa saban malam dalam gelap yang paling sunyi kudengar suaramu menjerit menyanyi memanggilku memanggilku kembali"
1 note · View note
notakecil · 7 years
Photo
Tumblr media
Suburbia Suara (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/Ko2j5zhhEC "Walhal kau di dalam rumah mengintai ke luar tingkap tertanya-tanya siapalah agaknya si gila yang berdiri di tengah hujan itu Sang peluncur pelangi bezanya dengan kita dia menunaikan mimpinya walhal kita ini hanya tahu mengagumi Tatkala pelangi keluar dari awan kaki kita masih berakar di bumi dan papan luncur kita tersimpan kemas dalam jaket menunggu untuk selama-lamanya" Sebuah koleksi puisi yang kasar dan terbiar. Jemput baca dan komen. Terima kasih.
1 note · View note
notakecil · 7 years
Photo
Tumblr media
Haiku Tak Jadi (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/bozHoBhfEC '''''''''"kata-kata tak ada makna lagi emoji jadi ganti dan disalah erti"'''''''''
1 note · View note
notakecil · 7 years
Photo
Tumblr media
Spektrum Hipnosis - Suamiku Bukan Encik Winter Soldier (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/vaFfMCbfEC "Kadang-kadang aku rindukan mak, abah, kak Nadia, abang Johari dan lain-lain. Aku masih tidak percaya mereka pergi meninggalkan aku keseorangan di dunia yang fana ini. Aku sangkakan kita singgah di dunia ini hanya sekejap sahaja. Perit juga aku rasakan mengharungi semua ini keseorangan. Semasa aku di rumah anak yatim dahulu, aku kerap juga menangis kerana teringatkan keluargaku. Aku rindu pada mereka. Aku lihat ke langit dan akan berkata, "Mak, dimana mak sekarang? Kenapa mereka ambil mak daripada Halim?" Tapi setiap kali aku bertanya, tidak ada suara pun yang menjawab walaupun aku selalu berharap. Aku lalu memujuk sendiri hatiku yang lara. Entah mengapa-aku perasan, bila aku selesai menangis, tidak lama selepas itu hujan akan turun. Ini bukan sekali berlaku, bukan dua kali,bukan tiga kali,bukan empat kali, tetapi lebih daripada sepuluh kali jugak la aku rasakan. Keadaan ini juga membuatkan aku musykil." *** Ini merupakan sebuah koleksi cerita pendek yang sesuai dinikmati semasa cuti pertengahan semester, cuti peristiwa, hari sukan sekolah rendah, hari piknik tepi pantai, hari editor jatuh sakit, hari gerhana, cuti hari tahi bintang jatuh dan cuti alasan mengada-ngada. Jemput baca dan komen. Terima kasih.
0 notes
notakecil · 7 years
Photo
Tumblr media
Spektrum Hipnosis (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/Mhc2WDsZSx Koleksi cerita pendek yang sesuai dinikmati semasa cuti pertengahan semester, cuti peristiwa, hari sukan sekolah rendah, hari piknik tepi pantai, hari editor jatuh sakit, hari gerhana, cuti hari tahi bintang jatuh dan cuti alasan mengada-ngada.
0 notes
notakecil · 8 years
Text
Karya Terbit 2016
Salam. Di harap semua pembaca blog ni berada dalam keadaan sihat selalu. Post kali ni bertujuan untuk buat update sikit tentang penulisan aku (karya fiksyen) yang telah terbit di arus perdana, arus indie dan arus separa indie.
Tumblr media
Karya yang pertama terbit pada 2 Januari 2016 ialah sebuah cerpen bertajuk 5 Bintang Warna Hijau telah dimuatkan dalam Zine Satu Malam Edisi Warna. Zine Satu Malam ni ialah sebuah kolektif penulisan yang diterajui oleh sekumpulan anak muda yang suka menulis. Depa ni terkenal kerana suka memberi muat turun percuma zine pdf yang mengandungi cerpen/puisi/lukisan/curhat yang ditulis oleh ramai penulis dengan setiap edisi membawa tema atau isu yang berbeza. Untuk edisi Warna ni depa dah upload ke wattpad sebab wattpad masa tu tengah ‘in’ dekat scene penulisan malaysia ni lepas fixi buat upacara ‘pecah tanah’ dekat situ. Untuk membaca cerpen aku ni boleh tekan sini. Untuk kenal lebih in-team dengan ZSM boleh tekan sini atau google ja nama depa.
Tumblr media
Karya yang kedua ialah sebuah sajak yang diberi tajuk Lazuardi yang dimuatkan dalam litzin Kerja Tangan #3 kelolaan Ridhwan Saidi. Litzin ni dimuatnaik pada 16 September 2016 dan boleh dibaca secara gratis (klik sini) di blog Ridhwan Saidi sendiri iaitu blog binfilem dan juga kalau nak dapatkan dalam bentuk fizikal boleh rojer di socmed syarikat penerbitannya iaitu Moka Mocha Ink (klik sini atau sini). Satu fakta yang menarik ialah dalam litzin Kerja Tangan #3 ini telah mengumpulkan tiga nama iaitu Mohd Azmen, Syahmi Fadzil dan Amir Azmi yang sebelum ini juga turut bersama dalam Yakjuj Sebuah Antologi yang terbit pada  September 2013. Kalau nak tahu litzin Kerja Tangan tu apa, boleh baca gambar dibawah:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Karya yang ketiga ialah sebuah cerpen bertajuk Petunjuk yang telah terpilih untuk dimuatkan dalam Zine Langit #1 terbitan Penerbitan Langit dan telah terbit pada 19 September 2016.  Zine Langit #1 ni merupakan sebuah zine kompilasi yang memuatkan cerpen/puisi/lukisan daripada ramai penulis. Penerbitan Langit pula ialah sebuah rumah penerbitan baru yang menerbitkan buku dan zine khususnya. Untuk mendapatkan  Zine Langit #1 yang berharga 12MYR ni bolehlah kontek secara terus dengan Penerbitan Langit (klik sini & sini).
Jadi itu saja untuk post kali ini. Jangan lupa untuk ushar, riki, baca dan beli karya-karya yang aku dah kongsi kat atas. Sokonglah industri penulisan kita dan produk-produk lokal.
Sekian, adios.
0 notes
notakecil · 8 years
Photo
Tumblr media
Musnah
0 notes
notakecil · 8 years
Photo
Tumblr media
Seorang peminat rahsiayang ber
0 notes
notakecil · 8 years
Text
Zine, media tanpa mesti yang mesti dimaksimalkan lagi
Tumblr media
Sebelum saya berpanjang-panjang dalam menulis materi ini hal yang pertama-tama saya mesti jelaskan adalah mengenai Zine itu sendiri. Apakah itu Zine? 
 Zine adalah majalah non-komersial, non-profesional,  bersirkulasi kecil yang oleh pembuatnya dibuat, dicetak dan didistribusikan sendiri. Dibentuk oleh sejarah panjang media alternatif di Amerika, zine sebagai sebuah bentuk media lahir di tahun 1930-an. Pada waktu itu para penggemar sains fiksi melalui perkumpulan-perkumpulan yang mereka buat mulai menciptakan media yang mereka sebut fanzine sebagai cara untuk berbagi cerita-cerita fiksi ilmiah, opini serta berkomunikasi diantara mereka. Empat puluh tahun kemudian di pertengahan tahun 1970-an, pengaruh yang besar pada zine terjadi saat para fans musik punk yang jelas-jelas tidak menghiraukan media-media musik mainstream dengan mulai membuat zine tentang musik dan kultur mereka. 
–Stephen Duncombe, Notes From The Underground
 Nah, apabila membaca dari definisi Stephen Dubcombe ini tentu saja kita akan merasakan betapa bebasnya zine sebagai sebuah bentuk media non-mainstream. Dari mulai dibuat, dicetak dan didistribusikan sendiri. Semuanya terletak di tangan sang editor yang bahkan seringkali tidak tahu siapa dia, apakah nyata atau karangan belaka sampai dengan tak perlu mencantumkan kontak sama sekali apabila sang editor memang merasa tidak perlu melakukannya. Menakjubkan ya absurdnya! Tapi ini juga yang membuat zine bisa menjadi media yang luar biasa! 
 Tipikal isi zine diawali dengan personal editorial, kemudian artikel-artikel curhatan, kritik, opini, serta ulasan–ulasan mulai dari zine, buku, musik dan lain sebagainya. Diantara halaman-halamannya terdapat puisi, cerpen, potongan-potongan berita dari media massa plus komentar tentang berita tersebut, juga ilustrasi dan komik. Editor merupakan kontributor terbesar dari zinenya, namun dia biasanya juga akan mendapatkannya dari teman atau sesama pembuat zine lainnya. Cara yang lebih umum membuka penawaran untuk berkontribusi di dalam zinenya tadi . Isi juga bisa merupakan bajakan atau ‘pinjaman’ dari zine lainnya atau media mainstream sekalipun, bahkan terkadang diambil begitu saja tanpa ijin penulisnya. Dicetak diatas mesin fotokopi standar, direkatkan ditengah-tengah atau di pinggirnya, jumlah halaman berkisar antara sepuluh hingga empat puluh halaman. Zine memang terlihat jadi seperti berada diantara surat personal dan majalah. Ada zine yang dicetak dalam jumlah besar seperti Slug & Lettuce, ada juga yang memiliki begitu banyak kontributor dan halaman seperti Maximum Rock’n Roll, namun zine kebanyakan memang dibuat dengan semangat Do It Yourself apapun bentuk dan isinya. 
 –Stephen Duncombe, Notes From The Underground 
 Namun dari pengamatan saya selama ini dengan semua kebebasan yang dimilikinya pun, zine ternyata tetap pada akhirnya mengalami seleksi alam yang pada dasarnya sama dengan media-media cetak di luar sana. Zine-zine yang dianggap sangat berpengaruh dan inspirasional sejak mulai masuknya di Indonesia sejak awal 1990-an hingga sekarang adalah zine-zine yang dibuat dengan pengerjaan yang serius dari mulai isi, lay out, desain juga distribusinya. Walaupun tentu saja dalam batasan kemampuan editornya masing-masing.
Tumblr media Tumblr media
Zine-zine ini walaupun tetap terasa personal dengan pilihan-pilihan topik yang disukai editornya tanpa mengindahkan pembaca ataupun selera pasar misalnya, karena dibuat dengan passion yang luar biasa akan topik itu sendiri membuat pembacanya bisa belajar banyak sekali mengenai topik tersebut dan terinspirasi untuk membuat media mereka sendiri pada akhirnya. 
 Salah satu contoh adalah fanzine musik Tigabelas yang dibuat oleh Arian dan Ucok. Fanzine musik politik yang juga menjadi fanzine pertama yang saya lihat dan baca ini, pertama kali terbit pada Agustus 1998. Di setiap edisinya, fanzine setebal 60 halaman ini sudah memiliki desain sampul, lay out dan kolom yang membuatnya stand out dari semua zine waktu itu dan mungkin hingga sekarang. Setiap kali membacanya saya merasa mendapatkan banyak sekali informasi dan perspektif personal yang menarik dan inspiring. Bahkan untuk mereka yang semula mungkin tidak terlalu tertarik atau suka dengan topik-topik yang mereka tulis disini, zine ini kemungkinan besar akan menumbuhkan ketertarikan sendiri dengan gaya bahasa khas penulisnya dan sumber tulisan mereka yang beragam. Setidaknya saya yang waktu itu memiliki pengetahuan sedikit sekali tentang banyak hal yang mereka tulis disana dengan cepat terpincut dan menjadi penasaran dengan banyak band atau majalah dan buku yang mereka ulas di dalam fanzine ini. 
 Sedangkan dari pengalaman saya sendiri sebagai pembaca, pembuat serta distributor zine, walaupun zine-zine disini masih belum dieksplorasi gila-gilaan seperti di Amerika misalnya, namun satu benang merah yang saya sadari dari dulu sampai sekarang adalah penggunaan azas kebebasan serta semangat Do It Yourself dalam pembuatan zine ternyata bisa jadi bumerang bagi editor itu sendiri. Tidak penting memang lay out, desain, jumlah halaman, ataupun siapa yang menjadi editor sebuah zine, selama isinya hanya bisa dimengerti oleh editornya sendiri maka zine tadi sudah gagal menjadi sebuah media komunikasi. Titik. 
 Karenanya setiap kali saya menulis sebuah tulisan untuk saya masukkan ke dalam zine, saya selalu memposisikan diri saya sebagai pembaca tidak hanya dalam cara bertutur dan gaya bahasanya namun juga topik yang saya angkat. Menurut saya yang paling sering para editor itu tampaknya lupa kalau mereka bukan menulis buku harian mereka sendiri, mereka menulis untuk dibaca orang banyak. Artinya juga mesti ada upaya untuk membuat mereka yang membacanya untuk bisa mengerti maksud kita juga tertarik dengan isinya. Bukankah begitu? 
 Misalnya saya curhat tentang pacar saya yang tidak pernah mau patungan saat kita kencan. Kalau saya menggunakan bahasa lisan yang saya tulis dengan kosa kata yang saya gunakan sehari-hari di Jakarta, dijamin yang bisa mengerti zine saya cuma saya dan tiga orang sahabat saya. Makanya kemudian saya menulis tentang bagaimana peran uang dalam sebuah hubungan percintaan.Atau bagaimana uang digunakan sebagai alat untuk memikat lawan jenis misalnya. Saya melakukan riset kecil-kecilan diantara teman-teman dan memasukkannya ke dalam tulisan saya tadi. Kedua hal ini membuat tulisan saya menyangkut lebih banyak orang dan tidak hanya tentang saya dan pacar saya saja. Juga terdengar kaya perspektif. Artinya juga walaupun zine saya personal dan subyektif tapi tetap atraktif dan provokatif. Yah setidaknya inginnya bisa begitu. 
 Dan pada akhirnya juga bukan tentang apakah media kita mainstream atau non-mainstream, tapi apakah dia bisa berfungsi sebagai sebuah media komunikasi yang menyenangkan buat kita dan orang lain juga? 
Ika Vantiani @Ruang Rupa, 17 Juni 2010
Tumblr media
Ika Vantiani adalah seorang seniman, kurator dan penggiat zine. Telah menerbitkan dan mengarsipkan zine sejak awal tahun 2000-an bersama kolektif yang didirikannya, Peniti Pink Zine Distribution. Zine Setara Mata, yang dibuat Ika lebih dari 10 tahun yang lalu, diakui banyak orang sebagai awal insipirasi yang membuka mata mereka tentang keberdayaan perempuan. 
4 notes · View notes
notakecil · 8 years
Photo
Tumblr media
Suburbia Suara (on Wattpad) http://w.tt/1lOCqW5 Koleksi puisi yang kasar dan terbiar.
1 note · View note
notakecil · 9 years
Text
Belilah Antologi Suamiku!
Hi! Harap sihat dan gembira selalu!
Di sini aku nak promosi satu buku baru. Di dalamnya ada sebuah cerita hasil tulisan aku. 
Tumblr media
Ketika aku menulis cerita yang bertajuk Suamiku Atukku yang dimuatkan dalam buku ini, aku juga ada menulis sebuah lagi cerita lain untuk dihantar kepada panggilan antologi Superfiksyen terbitan Moka Mocha Ink. Namun cerita untuk Superfiksyen itu tidak dipilih.
Namun, apa-apa pun aku bersyukur.
Antologi Suamiku ini mengikut kata publisher Terfaktab adalah sebagai parodi novel-novel cintan-cintun di luar sana pada ketika ini yang banyak mengguna-pakai perkataan "suamiku" sebagai tajuk buku.
Jika aku ditanya tentang genre cerita aku dalam buku ni, mungkin aku akan jawab sebagai sains fiksyen. Kenapa aku memilih untuk menulis cerita Suamiku yang ada unsur sai-fi? Mungkin kerana sangat jarang (atau tiada langsung?) novel-novel cintan-cintun di luar sana yang ada elemen sains fiksyen. Mungkin juga orang kita akan masih berasa pelik jika genre cinta (romance) bertembung dengan genre sai-fi. Akan tetapi, bagi pendapat peribadi , aku amat menyukai sesuatu seperti filem About Time (2013)  dan terutama sekali sesuatu yang seperti filem Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004).
Jadi buku ini telah diterbitkan pada 28 Julai 2015. Aku harap hangpa dapatlah beramai-ramai membeli buku ini. 
Mengikut kata publisher juga, kalau buku ini laku keras, mereka akan buka penyertaan untuk antologi Isteriku pula. Ya la kan, dah ada suami mesti nak ada isteri lepastu nak ada anak pula, lepastu nanti sampai ke antologi Cicitku pula, eh? Hahaha. Yang tu aku melawak saja. Untuk yang antologi Isteriku tu, tak tau la bila depa nak buat atau depa takmau buat ka, yang tu kena tunggu pengumuman rasmi dari depa sendiri.
Ok, nampaknya kita telah sampai ke penghujung rancangan. Kalau nak dapatkan buku ni, boleh ke Kedai Buku 1Malaysia, MPH atau kedai buku yang menjual buku-buku terbitan Terfaktab Media.
Kalau dah taktaw sangat dah nak beli kat mana (baru keluar hutan seminggu) boleh tanya terus di  https://twitter.com/terfaktab
Kalau rasa nak ushar-ushar dulu boleh ke link Goodreads di bawah,
https://www.goodreads.com/book/show/26009852-suamiku
Kalau nak beli secara online pula boleh ke
http://terfaktab.com/product/suamiku/
http://fixi.com.my/produk/antologisuamiku
https://lejen.my/produk/suamiku
Sekian, terima kasih.
p/s: Lepas dah habis baca jangan lupa ulas dekat fb, twitter, insta, blog, goodreads atau kat mana-mana saja korang suka :)
0 notes
notakecil · 10 years
Text
Belilah Antologi Yakjuj !
Hello!
Apa khabar? Harap sihat dan gembira selalu.
Jadi, di sini aku ada nak promote sikit tentang sebuah buku. Hiks.
Macam gaya orang yang pakai smart2 dan datang ketuk pintu rumah pula dan cakap "Bang, ni saya ada barang baik untuk abang,".Tapi, tu masa zaman2 dulu bolehlahhh.
Sebenarnya, dalam buku ini ada terselit karya aku. Hiks2.
Mempersembahkan, Antologi Yakjuj !
Tumblr media
Buku ni sebenarnya sebuah antologi cerpen oleh 10 orang penulis.Cerita2 nya pula berlingkar di sekitar tema Yakjuj dan apokalips(mungkin).Editor buku ini pula ialah Aloy Paradoks dan diterbitkan di bawah SeLUT Press.Buku ini telah dilancarkan pada 28 September 2013.
Mengikut apa yang aku faham, buku ni ialah buku kedua dalam Trilogi Apokaliptika selepas buku pertama iaitu Antologi Dajjal.Buku ketiga? Yang itu, lu kena tanya SeLUT Press sendiri. Hiks.
Jadi, kalau kau nak rasa sangat cerpen2 berhawa apokalips, boleh la mula ikhtiar untuk mendapatkan buku ini.
Kalau tak yakin jugak, boleh stalk2 buku ni dulu di Goodreads.
Antologi Yakjuj di Goodreads - https://www.goodreads.com/book/show/18617886-yakjuj-sebuah-antologi
Jadi, jika berminat, bolehlah dapatkan secara online di pautan2 yang telah aku senaraikan di bawah.
Selut Book - http://www.selutbooks.com/yakjuj-sebuah-antologi
Buku Fixi - fixi.com.my/produk/yakjujsebuahantologi
Lejen Press - http://shop.lejenpress.com/shop/yakjuj-sebuah-antologi/
Lorong Buku - http://www.lorongbuku.com/product/yakjuj-sebuah-antologi/
Bak kata sahabat aku, Yoshhh!!
3 notes · View notes
notakecil · 10 years
Text
Review Pantas : Rokok Nan Sebatang
Salam sejahtera, semua.
Kalau nak diikutkan, novel ini dikatakan penutup trilogi kisah hidup Wan dari Lelaki Eksistensial dan Diorama Eksisten.Tetapi pada aku, novel ini lebih berjaya sebagai stand-alone novel, berbanding sebagai novel penutup.Kekecewaan ini boleh aku samakan dengan kekecewaan terhadap filem penutup trilogi Zombi Kg. Pisang iaitu Husin, Mon dan Jin Pakai Toncit.Setelah penat kita baca dan tonton sekian lama, akhirnya kita tidak mendapat sesuatu yang sepatutnya (bagi aku lah).
Novel ini aku rasa agak santai berbanding novel-novel Nami yang lain.Tetapi editing novel ini sangat sucks bagi aku, seriously.Itu belum masuk dengan kavernya lagi depan-belakang.Tapi semua tu aku tolak ke tepi.Aku pedulikan.
Pada permulaan novel ini aku agak keliru dengan perspektif penceritaannya, rupa-rupanya 'Aku' di dalam novel ini bukan lagi Wan tetapi Romi, mamat jual insurans.Jadi kita melihat watak Wan dari satu sudut yang berlainan, yang bagi aku agak janggal.
Dari mula sehingga ke tengah novel ini, menceritakan tentang perjalanan mereka mengembara mencari makna wujudiah diri (bagi Wan), makanan sedap (bagi Romi), sehinggalah bertemu pakcik Azmi,Rudi, dan Bunga Ramona.
Sehingga ke Johor, barulah continuity kisah hidup Wan dikembangkan apabila mereka bertemu Puspa.Selepas itu di Singapore, Wan bertemu isterinya semula Lin, dan Datuk yang tak salah aku ialah ayah kepada skandal hijabster Wan.
Bagaimanapun, ending cerita ini amat bagus dan sedar tak sedar aku menyukainya.Tetapi ending kisah Wan tidak di'ending'kan disini.Dan juga ending novel ini nampak seperti agak rushing sebenarnya.Apa-apa pun aku suka novel ini sebagai novel stand-alone.Gambar makanan punyalah banyak dalam novel ini.Aku beli novel ni cetakan pertama, dan aku harap untuk cetakan seterusnya editing novel ini diimprove (walaupun aku tahu mereka memang akan buat begitu).
Jadi aku rasa itu saja.
Fin.
4 notes · View notes
notakecil · 11 years
Text
Tony - Part Last (Cerpen)
Klik untuk membaca Part 1
Klik untuk membaca Part 2
Melewati hari-hari terakhir pengajian kami di universiti adalah hari-hari yang sayu.Biasalah setiap perkara yang bermula itu akan berakhir—aku cuba memujuk hati.Sedang aku duduk menunggu Irfan di kafeteria, aku melihat kawasan sekitar universiti.Bak kata peribahasa lama, tempat jatuh lagi dikenang inikan pula tempat bermain.Begitulah perasaan aku ketika itu tetapi sebenarnya lebih lagi.Di sinilah tempat aku menuntut ilmu dan bercinta dengan Irfan.Disini bagaikan syurga aku rasa.
  Dari jauh aku nampak kelibat Irfan menuju ke arahku.Mukanya sugul.Setelah dia menarik kerusi dan duduk, terus dia senyap tak berkata apa-apa.
  “Kenapa?” tanya aku.
  “Jony hilang,” jawab dia.
  “La tu je pun.Ingat period tadi,”
“Yang period tu awak,”
  “Tapi hari ni saya tak period,”
  “Tak kisah pun,”
  Aku hampir tertawa mendengar jawapannya.Suaranya jelas bernada sebak.
  “Macam mana boleh hilang?”
  “Dah dua hari Jony tak balik rumah,” Dia nyaris-nyaris menangis .
  Serius jugak perkara ni.Getus aku dalam hati.Sayang betul dia pada Jony.
  “Awak, sabar ek.Banyakkan berdoa.Nanti dia balik la tu,” Aku cuba memujuk namun tak pasti sama ada apa yang aku kata itu betul atau tidak.Tapi sekurang-kurangnya aku mencuba kan?
  //////
  Aku di rumah hari tu bila hujan turun dengan lebatnya.Angin bertiup kuat menyebabkan pokok-pokok getah yang belum matang di belakang rumahku menari-nari dengan lenggok yang sama.Entah mengapa tiba-tiba aku terasa rindu pula pada universiti yang telah aku tinggalkan.Namun persahabatan aku dan rakan-rakan, terutama dengan si dia belum lagi terputus.Kami semua masih berhubung melalui pelbagai sumber perhubungan, terutamanya melalui Facebook dan Twitter.
   Aku dan Irfan pula telah merancang untuk bernikah selepas kedua-dua kami berjaya mendapat kerja.Hujung bulan ini aku ada temuduga dengan sebuah syarikat swasta.Aku begitu berharap aku akan berjaya dalam temuduga itu.Segala persiapan telah aku lakukan dengan rapi.Degup-degup gemuruh di dalam hatiku tidak berhenti-henti sehinggalah menjelang hari temuduga.
  Malam sebelum temuduga itu, Melissa, adik perempuan Irfan telah menyampaikan satu perkhabaran malang kepadaku.Irfan dimasukkan ke hospital kerana kemalangan.Aduh!Aku rasakan seperti jantungku mahu tercabut dari tangkainya apabila mendengar berita ini.
  Namun, Abah, Mama, dan ahli keluargaku yang lain terus memberikan semangat kepadaku supaya tabah.Ini semua dugaan, kata Mama.Menjelang hari temuduga aku gagahkan diri dan kuatkan semangat menghadapinya.Segalanya berjalan dengan lancar seperti yang aku rancangkan namun jauh di sudut hatiku, aku amat sebak sekali.
  Sejurus selepas selesai urusan temuduga, aku terus memandu ke hospital tempat Irfan dimasukkan.Dalam perjalanan menuju ke sana, aku menghubungi Melissa untuk bertanyakan tentang perkembangan Irfan.
  “ Helo Mel.Akak ni.Macam mana dengan abang?” tanyaku selepas talian disambungkan.
  “Abang...abang...isk...isk...abang dah takde,” dalam sedu yang tersekat-sekat Melissa memberitahu aku.
  Aku memberhentikan kereta di tepi jalan dan menangis sepuas-puasnya.Aku hampir menjadi tak keruan.Stereng kereta basah disebabkan air mata aku.Aku cuba mengawal perasaan namun gagal.Aku merasakan ibarat satu berat yang tak tertanggung yang membuatkan aku menangis semahu-mahunya.
  //////
  Hujan renyai-renyai tidak menghalang aku dan beberapa orang rakan universiti untuk menziarahi pusara Irfan.Tanah di pusaranya masih merah dan basah—akibat terkena air hujan yang baru turun.Di batu nisan di pusaranya, tertulis nama penuh Irfan dalam tulisan jawi.Aku membacanya di dalam hatiku.Aku sedaya-upaya mengawal perasaan  bila berada berhampiran dengan pusaranya.
  Setelah selesai menziarah, kami pun berjalan keluar dari pusat perkuburan yang menempatkan pusara Irfan itu.Kami berjalan menelusuri pagar pusat perkuburan itu di sebelah luar untuk menuju ke kereta.Masing-masing hanya mendiamkan diri.Tiba-tiba langkahku terhenti apabila terpandang seekor kucing di hadapanku.Anehnya aku tidak merasa takut tapi terkejut.
  Seolah ada satu daya yang menarik aku menghampiri kucing itu lalu mengambilnya.Aku membelek-belek tubuhnya yang sedikit kurus itu.Rakan-rakanku yang lain pelik melihat aksiku.Mereka benar-benar hairan.Aku bercadang untuk membawa pulang kucing itu ke rumah.
  Di dalam perjalanan pulang—di dalam kereta, aku menceritakan hal sebenar kepada mereka.Kucing itu sebenarnya ialah Tony, kucing peliharaan Irfan yang hilang dulu.Walaupun tanpa leather pet collar yang tertulis ‘TONY’, aku pasti ini melalui badan kelabunya dan ekornya yang berbelang kelabu-hitam.Mereka pun lalu faham dan kagum dengan reaksiku.Aku sendiri tidak percaya akan hal yang berlaku—rasa takutku pada kucing secara tiba-tiba hilang.Mungkin ini semua kerana Tony.Mungkin juga aku sebenarnya telah mendapat kembali keberanianku yang hilang dulu.
  //////
  “Sejak dari hari itu, saya mula membela kucing di rumah.Keluarga pun faham.Mereka pun turut menyokong hobi baru saya itu.Hobi ini berterusan sampailah saya kahwin dengan abang,” kata aku mengakhiri cerita.
  “Oh macam tu cerita dia,” kata ketiga-tiga anakku serentak yang duduk bersila di hadapanku.
  “Eh bila anak-anak mama ada kat sini?” tanyaku kehairanan.
  “Tu la awak, khusyuk sangat cerita.Sampai anak-anak datang pun tak sedar,” kata suami padaku.
  Kami sekeluarga tertawa kelucuan.
3 notes · View notes
notakecil · 11 years
Text
Tony - Part 2 (Cerpen)
Klik untuk membaca Part 1
“Jemputlah masuk.Rumah orang bujang je,” katanya mempelawa aku masuk ke rumah bujangnya.
Hari tu cuti jadi kami pun keluar berjalan-jalan makan angin.Petang tu dia mempelawa aku singgah ke rumah bujangnya.Dia tinggal dengan tiga orang lagi kawannya tapi mereka semua tak ada kat rumah hari tu.Mereka pun keluar berjalan-jalan jugak katanya.
Aku pun melangkahkan kaki masuk ke rumahnya.Boleh tahan kemas dan bersih juga.Kataku di dalam hati, kagum.
“Awak duduklah dulu.Saya nak mandi dan solat jap,” katanya lalu masuk ke dalam bilik.
Aku pun duduklah di atas sofa di ruang tamu rumahnya.Aku ambil remote control dan turn on tv LED jenama Panasonic.Rumah dia ada Astro.Dahsyat jugak.Sia-sialah kalau tv dah besar tapi tak ada Astro kan?Aku terus melihat channel-channel movie kegemaranku.Tiba-tiba aku terjumpa channel movie yang sedang menayangkan filem Salmon Fishing in the Yemen.Wahh!Filem yang aku suka.Walaupun dah tengok filem ni tapi aku tak kisah untuk tengok lagi, sebab aku suka filem ini.
Aku terus meletakkan remote control di atas meja kopi di tepi sofa dan mula untuk fokus kepada filem ini.Aku tukar posisi dari keadaan duduk kepada gaya berbaring di atas sofa itu.Tengah sedap-sedap layan filem itu, seekor kucing datang dari arah belakang aku dan terus lepak di atas perut aku.Aduh!Boleh manja-manja pulak kucing ni dengan aku.Sudah la aku tak kenal pun dia!
Aku tak dapat berbuat apa-apa hatta bergerak-gerak pun.Keadaan yang tidak selesa dan merimaskan aku ini telah membuatkan aku hilang fokus kepada filem kegemaranku itu.
“Syuhh syuhh,” seperti biasa aku cuba menghalau kucing manja itu dengan bunyian mulut.Aku dapati kucing ini unik dengan badannya yang berwarna kelabu keseluruhannya dan mempunyai ekor yang berbelang kelabu-hitam.
Aduh!Kucing ni pun cepatlah bangun dari badan aku.Nanti kang boyfriend aku dah siap solat apa semua, dia tengok aku dalam posisi baring ni kang jadi cerita lain pulak.Cepatlah kucing cepatlah!Doa aku dalam hati.Akhirnya aku dapati bahawa kucing itu telah pun tertidur di atas perut aku.Malang sungguh nasib aku.
“Awak nak minum air apa ni?” Aku terdengar suaranya bertanya dari arah dapur.
“Awak boleh datang kat depan ni jap.Ni ha ada kucing,” kata aku cuba meminta pertolongan.
“La Jony rupanya.Hahaha,” katanya sambil terus ketawa.Dia mengambil kucing yang dipanggil Jony itu dari perutku.
“Jony ni kucing saya.Sia-sialah kalau minat kucing tapi tak bela kucing.Tengok ni,” Dia menunjukkan leather pet collar pada leher Jony yang tertulis ‘JONY’ .
“Oh patutlah pun.Datang-datang terus landing atas perut saya.Manja betul,” kata aku kepadanya.
“Sejak masuk rumah sewa ni lagi saya bela Jony.Sebab tu la dia manja.Tapi selalunya dengan saya je dia manja.Dengan orang lain tak pulak,”
“Hahaha.Mungkin dia ingat saya ni awak,” kata aku tertawa sendirian.
Mendengar aku berkata begitu, Irfan pun turut tersenyum.
//////
Malam tu ketika aku sedang tekun membuat assignment, masuk satu pesanan ringkas ke dalam inbox telefon pintarku.
“Free tak weekend ni?” 
Pesanan itu dari dia atau nama sebenarnya Irfan.
“Weekend mesti la free”
Aku membalas.
“Nak bawak jumpa mak”
“Biar betul?”
Panik juga aku macam ni.
“Haha.Tipu je.Nak ajak pergi pantai”
“Okay :p”
Hari Ahad itu cuaca sungguh indah.Langit biru lazuardi dengan tompok-tompok awan putih.Matari bersinar dengan jayanya.Ahli sains kata, langit tu warna sebenarnya adalah hitam dan warna biru tu adalah disebabkan pantulan warna air laut.Hebatkan?
Irfan datang mengambilku di rumah sewa pada pukul 11 pagi.Macam biasa mula-mula kami pergi tengok wayang.Petang sikit kami bersiar-siar di pantai.Orang ramai di pantai terutamanya mereka yang telah berkeluarga.Kemeriahan dan keseronokan terpancar di wajah mereka yang mengunjungi pantai.Jauh disudut hatiku, aku turut merasakan perasaan yang sama.
“Sebenarnya mak tak sabar sangat nak jumpa awak,” katanya memulakan bicara.
Aku hampir tak dengar kerana terlalu asyik menikmati keindahan pantai.Kalau aku ketika itu masih kanak-kanak, memang aku dah berlari menuju ke arah ombak untuk bermain dengannya.Aku akan mandi puas-puas sehingga kulitku berkedut.Istana pasir pula aku akan bina—dan bila ombak melanggar istana pasir aku, aku akan bina yang baru dan perkara ini akan berulang-ulang sampai aku puas.
“Betul ke?Saya ni lagi tak sabar tau,” spontan aku membalas.
“Kalau macam tu lepas habis belajar kita kahwin terus,”
“Ermm tunggulah dapat kerja dulu.Nanti nak makan apa,”
“Makan nasi la,” Dia cuba loyar buruk.Aku jelirkan lidah padanya.
Seekor kucing datang ke arah kami.
“Eh ada kucing,” kata aku sambil berjaga-jaga takut kucing tu datang ke arah aku.
“Takpe biar saya handle,”
“Awak ni memang magnet kucing betul kan,”
“Magnet kucing takpe, jangan takut kucing,”
“Biarlah.Bukan saja-saja orang takut,” Aku menjelir lidah lagi.
“Habis tu kenapa takut?”
“Okaylah.Kali ni saya cerita kat awak,”
Aku akhirnya mengalah untuk menceritakan kisah mengapa aku takut sangat pada kucing kepada Irfan.
“Kisah ni berlaku masa saya kecil dulu,” Aku memulakan cerita.
“Masa tu cuti sekolah.Saya tinggal dengan mak kat rumah.Ayah pergi kerja.Adik beradik lain semua keluar main.Tiba-tiba mak nak pergi kedai, nak beli santan.Masa tu saya tengah tunggu nak tengok rancangan kartun kegemaran saya kat tv iaitu Powerpuff Girls jadi saya pun tak ikutlah mak pergi kedai,”
Aku berhenti seketika.Ambil nafas.
“Kikiki.Tengok Powerpuff Girls kecik-kecik dulu,” Dia mengejek aku sambil ketawa.
“Lepas tu tinggallah saya sorang-sorang kat rumah.Masa saya tengah khusyuk tengok Powerpuff Girls tu, datanglah dua ekor kucing ni dari luar rumah main kejar-kejar macam nak bergaduh.Dulu-dulu suka buka pintu rumah luas-luas sebab nak bagi angin masuk.Lepas tu kat dalam rumah pulak, kucing-kucing ni terus bergaduh dekat dengan tempat saya tengok tv tu.Saya pun halau la kucing-kucing tu dengan tangan sebab masa tu saya tengah baring.Kucing-kucing ni buat tak peduli je dan terus bergaduh sampai tercakar tangan saya.Dalam jugak saya kena cakar tu sampai darah menitik-nitik kat ruang tamu.Kerana sakit sangat saya pun nangislah sampai mak balik.Sejak kejadian itulah saya mula fobia dengan kucing,”
Aku mengambil nafas panjang lepas habis bercerita.Letih.
Irfan mula diam je tak kata apa-apa.Musykil jugak aku.
“Awak,awak,” Aku mencuit-cuit bahu Irfan.
Kurang ajar betul mamat ni.Boleh pulak dia tertidur.Penat je aku bercerita panjang lebar.
Pap!
Aku menampar bahunya kuat.Cepat-cepat dia bangun buat-buat cover.
“Penat je saya cerita tapi awak tidur,” Aku merungut, merajuk.
“Mana ada.Saya dengar la.Awak takut kucing sebab kucing cakar awak masa kecik-kecik dulu kan? Masa tengah tengok Powerpuff Girls kan? Saya tidur dekat-dekat nak last je.Sedap sangat ombak tu berbunyi,” katanya cuba memujuk aku.
Petang tu lepas minum coconut shake dekat sebuah restoran di tepi pantai—uniknya restoran tu bernama Restoran Tepi Pantai, aku dan Irfan menunggu senja berlabuh untuk melihat keindahannya sambil berjalan di tepi pantai.Sama seperti di dalam filem-filem cinta, kami berkaki ayam dan memegang kasut masing-masing di tangan.Selepas langit jingga bertukar ke warna asalnya—hitam, kami pun pulang ke rumah.
3 notes · View notes
notakecil · 11 years
Text
Ulasan pendek novel Stereo Genmai (with spoiler)
Ehem.
Jadi hari ini aku nak ulas sikit tentang bacaan yang telah aku tamatkan 2-3 hari yang lepas.Entah mengapa aku asyik terfikirkan tentang cara terbaik untuk mengulas buku ini, semasa dalam proses bacaan buku ini, namun akhirnya fikiran-fikiran itu melayang-layang, umpama ter-delayed seketika.
Sebenarnya dah lama aku ushar je novel ni masa cover dia mula-mula keluar hari tu.Tapi aku tunggu dulu dan akhirnya novel ini sampai jugak ke tangan aku melalui pos.Macam biasa, selalunya cover novel dari Moka Mocha Ink ni mesti menggambarkan sedikit isi cerita di dalamnya.
Ok.
Sebenarnya cerita nya agak simple.Tapi macam biasa dalam simple tu lah tersembunyi cerita yang lebih komplex dari cerita yang simple tu.Jadi ceritanya bermula dengan sepasang kekasih yang pergi menonton wayang.Kemudian si perempuan hilang, dan si lelaki mulalah mencari kembali kekasihnya.
Mula-mula aku rasa cerita ni, untuk bahagian permulaan dilatari dengan latar konsumerisme.Aku tak tau macam mana nak explain benda ni, tapi aku rasa ianya ada kaitan dengan panggung tempat menonton wayang dan restoran sushi makanan jepun.Dan aku rasakan melalui gabungan dua elemen inilah novel ini mendapat nama, iaitu stereo yang merujuk kepada teknologi bunyi di dalam panggung wayang gambar (pawagam) dan genmai, adaptasi teh genmai, sejenis minuman jepun.
Kemudian kita disajikan dengan kepelbagaian prosa dan naratif apabila memasuki pertukaran fasa intro dan tengah (seingat aku lah) dan di fasa tengah juga, dengan chat twitter, pelan susur atur pawagam, sebuah cerpen sindiran (kalau dalam Amerika ada skrip teater pendek) dan nota penulis di tengah-tengah novel.Aku kira ini semua seperti penulis cuba menghilangkan kebosanannya menulis.
Sehinggalah kita di bawa ke fasa akhir novel, di mana kita tahu, penulis hanyalah ingin meluahkan dan menggambarkan hubungan dan kaitan di antara penulis dan watak ciptaannya.dia nak kita rasa dan dia telah meletakkan kita di dalam 'kekeliruan' hubungan ini.kekeliruan di sini, maksud saya bagaimana penulis telah mengelirukan pembaca dengan cerita yang berulang-ulang, ibarat efek distorted pada imej pegun dan bunyi gitar current.
Di sini aku mula merasakan bahawa cerita yang sedang aku baca ini, sedikit sebanyak based-nya seperti filem tron legacy dimana pencipta game arked masuk ke dalam gamenya, dan dikhianati oleh watak ciptaannya.cuma untuk stereo genmai, ianya dari perspektif seorang novelis dan watak ciptaannya.
Ah.
Seperti biasa, ending cerita ni kelihatan seperti sedikit terburu-buru, aku kira ini trademark Moka Mocha Ink hihi, dimana semuanya (perkaitan didalam stereo genmai) ibarat disimpulkan dengan ketat dan penulis kemudian menggunting simpulan ini.
jadi ini lah sedikit review dari aku, di mana aku cuba untuk tidak menyelak kembali stereo genmai hanya untuk tulis review ini, tetapi berdasarkan apa yang aku rasa dan ingat dan hadam dan dan dan kesimpulan yang aku dapat.
jadi aku harap tiada pihak yang berkecil hati ya hehe.
sekian saja rasanya dari aku.
sampai jumpa!
3 notes · View notes
notakecil · 11 years
Text
Tony - Part 1 (Cerpen)
“Kenapa awak suka sangat dengan kucing?” tanya suamiku secara tiba-tiba petang itu.
Masa tu kami tengah bersantai di halaman rumah sambil minum petang.Anak-anak lelakiku, Hakim dan Aiman sedang girang bermaian badminton di hadapan kami.Manakala yang perempuan, Fatihah pula sedang memberi ikan koi makan di kolam hiasan di sudut rumah. 
Keadaan rumahku sungguh selesa dan mengenangkan ini, aku berasa sungguh gembira.Di sekitar tepi pagar rumahku ditanam dengan pisang Heliconia, tanaman yang sesuai untuk menutup pemandangan pagar tembok.Spesies tanaman ini bentuknya mirip dengan pohon pisang dengan batang berpelepah. Namun saiznya lebih kecil. Keistimewaannya, pisang ini mudah tumbuh dan tumbuh secara berkelompok. Sifatnya rimbun dan melebar, sehingga dapat menutupi tembok atau besi pagar. Daun yang hijau dengan bunga merah-kuning menjadikannya lebih menarik.
Di bahagian tepi rumahku, yang menghadap ke ruang halaman, terdapat sebuah pergola moden yang dibina dari kayu cengal  kerana kayu cengal lebih kukuh dan tahan lama. Pergola itu pula dihiasi dengan tanaman Kembang Seri Pagi untuk menjadikannya lebih menarik.Ianya juga untuk menjadikan kawasan di bawah pergola itu lebih redup.Dibawahnya aku letakkan meja buat minum petang.Disitulah tempatnya selalu aku dan suami bersantai di hujung minggu.
Halaman rumahku pula ditanam dengan  rumput karpet dari jenis Philipine.Aku memilih rumput ini kerana  ianya paling mudah ditanam, tahan lasak serta lebih mudah penjagaannya berbanding dengan jenis-jenis rumput yang lain. Sebenarnya aku ini bukanlah bekerja atau belajar dalam bidang Seni Bina Landskap pun.Tetapi kerana kecintaanku kepada keindahan dan kekemasan, aku mendapatkan nasihat rakan-rakanku dalam bidang itu selain banyak merujuk di dalam internet.Hasilnya ialah rumah yang aku dan famili tinggal sekarang ini.
Bahagian yang paling aku suka di rumah ialah kolam ikan koi yang berbentuk angka 8.Kolam ikan koi sedalam 1 meter itu terletak di sudut rumahku.Terdapat 10 ekor ikan koi di dalam kolam itu.Tumbuhan akuatik seperti kiambang, keladi, orkid air dan colok cina diletakkan di dalam kolam untuk menghindari masalah alga.Selalunya bila balik dari kerja, aku akan ke situ untuk memberi makan ikan-ikan koi.Keadaan di sekitar kolam ikan koi itu sungguh nyaman.Melihat ikan-ikan koi berenang lembut di dalam air dapat menghilang kusut di kepala selepas pulang dari kerja.
“Kenapa abang tanya? Tak pernah-pernah pun tanya sebelum ni,” kata aku kepada suamiku.
Seekor kucingku yang aku namakan Tony berjalan ke arah kakiku.Aku mengambilnya lalu diletakkan di atas paha.Aku usap-usap kepalanya.Tony yang berwarna kelabu ialah kucing yang berasal dari baka British Shorthair, salah satu baka yang tertua di dunia.Aku suka bermain dengan Tony kerana sifatnya yang tenang.
“Saja lah tanya.Curious,” balas suamiku sambil menghirup teh di dalam cawan.
“Panjang jugak ceritanya sebenarnya.Betul abang nak tahu?” 
“Betul lah.Ceritakanlah.Tak banyak, sikit,”
“Tapi janji abang tak marah,”
“Dengar pun tidak lagi, nak marah buat apa,”
“Okaylah,” 
///////
“Kenapa awak takut sangat dengan kucing?” tanya dia ketika kami berdua sedang makan di KFC.Masing-masing pun dah lapar setelah sehari suntuk berjalan.
“Kenapa? Tak boleh ke?” Aku bertanya kembali kepadanya.Cuba mengelak untuk menjawab.
“Tak ada lah.Saya just nak tahu.Mesti ada sebabnya kan,”
“Adalah.Malas saya nak cerita kat awak lagi,”
“Ermm okay.Saya tak nak paksa,”
Begitulah salah satu sikapnya yang membuatkan aku selesa bila berdamping dengannya.Dia sangat memahami dan tidak suka memaksa.
“Lepas ni nak pergi mana pulak awak?” Aku bertanya kepadanya sambil menghabiskan hidangan di dalam pinggan.
“Pergi mana lagi, hantar awak baliklah.Dah malam ni,”
“Boleh tak kita pergi kedai buku kejap?Saya nak cari buku la, nak pakai,”
“Kedai buku kat tingkat atas kan?”
“Ha`a.Kena naik atas baliklah,”
“Bolehlah,”
Selepas makan, kami terus naik semula ke tingkat atas pusat membeli-belah Pacific itu untuk ke kedai buku.Aku mencari-cari buku rujukan yang aku perlu beli namun tidak ketemu.Akhirnya dia menghantar aku pulang ke rumah sewaku.
Aku masih ingat masa pertama kali bertemu dengannya.Masa tu aku sedang bersendirian di taman universiti sambil menunggu kelasku yang seterusnya bermula.Aku duduk bersantai di sebuah bangku simen di bawah pohon yang rendang.Sambil-sambil menunggu tu, aku pun naik bosan lalu mengeluarkan telefon pintarku untuk bermain games yang didownload secara percuma.
Sedang aku leka bermain, aku rasakan satu sentuhan yang melingkar-lingkar di kakiku.Rupa-rupanya ianya adalah daripada seekor binatang yang aku takuti, iaitu kucing.Aku naik panik.Seluruh tubuhku menggigil.Aku secara spontan melompat ke atas bangku.Aduh!Macam mana ni?
Aku mula menyuruh kucing itu beredar dengan membuat isyarat bunyi syuhhh syuhhh.Kucing itu pula nampak seperti berminat denganku dan terus bermain-main denganku.Kucing itu tidak mahu beredar.Aduh!Degil pulak kucing ni.Cepatlah blah sebelum ada orang nampak.Kata aku dalam hati.
Nak dijadikan cerita masa tu lah ada seorang mamat ni lalu di kawasan aku sedang menghalau kucing sambil berdiri atas bangku ini.Aku yang khusyuk menghalau kucing ini tidak perasan kehadirannya sehinggalah dia berjalan ke arah aku dan kucing tadi sambil tersenyum tersipu-sipu.Ah segannya aku!
“Mai sini meh,” katanya sambil mengambil kucing itu dari bangku aku lalu mengusap-usapnya manja.
Aku dengan segera turun dari bangku dan berkira-kira untuk beredar apabila dia bertanya padaku  “Awak takut kucing eh?”
“Taklah, saya takut kat gorila,” jawabku sinis dan spontan.
“Kalau macam tu nah ambil kucing ni,” Dia kemudian cuba menghulurkan kucing tu kepadaku.
“Eh tak tak.Saya takut.Saya takut,” aku cemas sambil berundur beberapa tapak ke belakang untuk menjauhkan diri.Hampir-hampir saja aku tersungkur ke belakang.
“Hahaha.Cakap besar lagi,” Dia mula ketawakan aku.
“Awak tak ada kelas ke sekarang ni?” tanya dia lagi.
“Ada.Kejap lagi,”
“Jurusan apa ni? Tak pernah nampak pun,”
Lepas kejadian tu aku dan dia mula rapat.Kami bertukar-tukar nombor telefon dan mula keluar bersama-sama.Dia seorang yang baik dan menghormatiku sebagai seorang wanita.Dia belajar dalam jurusan Pengurusan Perniagaan.Cita-citanya pula ialah nak buka sebuah petshop kerana minatnya kepada haiwan yang aku sangat takuti iaitu kucing.Siapa sangka, walaupun perspektif berbeza terhadap seekor haiwan kecil yang bernama kucing, kami dapat bersama?
2 notes · View notes