Tumgik
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Memenangkan Bulan Ramadhan
*Notulensi Kajian Kemuslimahan, 20 Maret 2019*
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan Masjid UI, Depok
_______________
Tema : Memenangkan Bulan Ramadhan
Pembicara : Ustadzah Nur Hamidah Lc.M.Ag
_Muslimah dan Polemik Shaum_
Sebentar lagi kita akan di uji oleh Allah dengan bulan ramadhan. Karena bulan ramadhan memang bulan ujian. Jangan sampai sebelum bulan ramadhan kita babak belur duluan, sehingga persiapan kita dari tahun ke tahun harus lebih meningkat.
Kondisi Indonesia yang membuat tumbuh suburnya ta'lim sehingga kita bisa mengikuti banyak kajian. Seharusnya membuat kita makin bijak, bukan malah memunculkan pertikaian.
Sebelum diwajibkan perintah shaum, ada kejadian terdekat yakni diwajibkannya perintah sholat 5 waktu yakni pada saat isra' dan mi'raj. Peristiwa isra' dan mi'raj terjadi pada 2 tahun sebelum hijrah. Sementara kewajiban puasa ramadhan terjadi setelah rasulullah saw hijrah.
Hikmah mengapa diwajibkan terlebih dahulu sholat sebelum puasa, yakni sholat 5 waktu adalah latihan karena efek dari sholat 5 waktu sebagaima terdapat pada surat al ankabut 45 adalah _shalat mencegah perbuatan keji (fakhsya) dan munkar_ seharusnya orang yang shalat tidak akan melakukan perbuatan keji dan munkar. Sudahkah shalat kita mampu mencegah perbuatan keji dan munkar?
*Apa itu perbuatan fakhsya dan munkar?*
• Fakhsya : kemaksiatan yang melanggar syariat Allah swt baik perintah dan larangan yang ada dalam al qur'an dan sunnah
• Munkar : kebalikan ma'ruf, jadi maksudnya kemaksiatan yang melanggar kebajikan yang sudah makruf (diketahui) oleh akal manusia dan adat istiadat yang baik.
Sholat adalah tameng agar kita tidak menyakiti Allah dan tidak menyakiti manusia. Para sahabat selama 3 tahun dilatih agar usai sholat tidak menyakiti Allah (dengan berbuat fakhsya) dan tidak menyakiti manusia (dengan munkar).
Latihan dengan sholat akan membantu kita melewati ramadhan ketika kita berada dalam keadaan lapar dan haus.
_(Side Story)_
Saat isra' dan mi'raj rasulullah dari masjidil haram ke masjidil aqsa singgah ke tiga tempat. Pertama, di At taybah atau madinah. Kedua, Thursina yakni mesir. Ketiga, di Betlehem palestina. Setelah singgah di ketiganya rasulullah baru ke masjid Al Aqsa.
Setelahnya rasulullah mi'raj dan mampir di sembilan tempat. Tujuh di antaranya adalah lapis langit, kemudian sidratul muntaha dan baitul makmur.
_Di baitul makmur (Lauhul Mahfuz)_
diberi 3 minuman, yakni khamr (khamr hadiah dari surga), madu, dan susu. Ketika Rasulullah memilih susu, malaikat jibril berkata _engkau memilih untukmu dan untuk umatmu berjalan di atas fitrah_ umat nabi muhammad diberi kesempatan kembali menjadi suci meski memiliki segunung dosa yakni proses penyuciannya di bulan ramadhan dan hadiahnya di bulan syawal.
_Minal 'Aidin wal Faidzin_ berarti semoga Allah menjadikan kamu orang yang kembali dan menjadi pemenang. Kembali tanpa dosa, suci. Prosesnya ada di bulan ramadhan. Arti bulan ramadhan secara bahasa adalah bulan pembakaran (dosa). Harapan rasulullah saw ketika umatnya telah membakar dosanya di bulan ramadhan akan meningkat di bulan syawal karena ringan telah terbakar dosanya. Agar jiwa kita terbentuk dan tertempa adalah dengan tilawah , dzikir dll.
_Di sidratul muntaha_
Rasulullah dari atas disuruh untuk melihat ke bumi. Ada empat sungai yang diperlihatkan. Dua di bumi dan dua di surga.
Dua sungai di bumi adalah nil dan ifrat. Itu adalah hadiah Allah untuk umat rasulullah. Siapa yang peduli pada permasalahan dua sungai yakni yang berada si al aqsa dan mesir. Maka akan mendapatkan hadiah dua sungai di surga.
*Bagaimana langkahnya memenangkan bulan ramadhan?*
A. Shoum dan Mengenal Ulama
Ada 3 golongan ulama :
• Ulama Tafsir
• Ulama Hadits ( Abad 2 Hijriah)
• Ulama Fiqh (Abad 1 H)
Ulama Tafsir (Mufassirin) Tugasnya :
1. Membuat kaidah untuk memahami Al Qur'an ('Ulumul Qur'an)
2. Membuat kaidah dalam menafsirkan alquran (ilmu Tafsir)
3. Membersihkan tafsir Al Qur'an dari cerita israiliyyat
Di antaranya : Al Qurtubi, Assuyuti dll
Ulama Hadits (Muhadits) Tugasnya :
1. Membuat kaidah untuk memahami hadits (ulumul hadits)
2. Memberikan fatwa terhadap derajat setiap hadits (shahih, hasan dan dhoif), bukan memberikan fatwa hukum fiqh mengamalkan sebuah hadits
3. Memisahkan hadits dengan maudu' (hadits palsu)
Di antaranya : bukhari, muslim dll
Ulama fiqh (fuqoha), Tugasnya :
1. Membuat kaidah pengambilan hukum dari nash al qur'an dan sunnah (usul fiqh)
2. Memberikan fatwa hukum dalam mengamalkannya ( wajib, sunnah, makruh)
3. Memisahkan amal masyru’ dari amal bid’ah
4. Menentukan ijtihad hukum yang tidak ada di alquran dan sunnah.
Minhum: Malik, Hanafi, syaf’I dan hanbali
*Praktiknya*
Evaluasi
1. Orang sukses dan di terima puasanya akan mendapat piala ketaqwaan (2 : 183)
Apakah kita sudah semakin bertaqwa? Jika belum bisa jadi puasanya gagal.
2. Keutamaan orang yang berpuasa sukses dan di terima Allah swt maka doanya tidak akan tertolak. Apakah masih ada doa kita yang tidak diterima? Bisa jadi puasa kita gagal.
*Kesalahan Praktek dalam Rukun Puasa*
1. Niat
2. Menahan diri dari yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Kesalahan yang biasa terjadi,
1. Satu puasa untuk 2 niat (hutang wajib dan sunnah)
2. Mengandalkan adzan sebagai patroli waktu sahur dan buka bukan waktu sholat abadi.
3. Tidak ada jam yang tepat sebagai petunjuk waktu sholat abadi.
4. Tata cara membayar hutang tidak sesuai ketentuan apakah fidyah, puasa atau plus kifarat.
*Kiat agar puasa tidak tertolak*
1. Tempel jadwal imsakiyah untuk memperhatikan waktu subuh dan maghrib setiap hari.
2. Cocokkan jam dengan peredaran matahari. Contoh setting jam otomatis.
3. Jangan mengandalkan adzan sebagai patroli sahur dan buka.
4. Perhatikan waktu Imsak sebagai lampu kuning persiapan habis waktu sahur.
*Hal - hal yang membatalkan puasa*
1. Yang membatalkan puasa dan kewajiban membayar qodhonya di luar waktu Ramadhan. Diantaranya:
a. makan/minum karena menduga sudah magrib
b. muntah dengan sengaja
c. berniat untuk berbuka
d. keluar darah haidh dan nifas
2. Yang membatalkan puasa dan kewajiban membayar qodho dan kifarat yaitu: bersenggama di waktu siang hari
3. Membayar dengan fidyah : hamil, menyusui dan orangtua yang lemah
*Mitos yang membatalkan puasa*
1. Sikat gigi, asal hukum sunah jika ala kadarnya, menjadi makruh jika berlebihan dan haram jika akhirnya tertelan
2. Mandi/berendam di siang hari
3. Donor darah
--------
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
61 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Mencari Sekolah Ideal untuk Anak
Notulensi Kajian Kemuslimahan 13 Maret 2019
Oleh Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan Masjid UI
Pembicara : Ustadzah Masfarwati Muslim
Mendidik anak dimulai dari sebelum menikah. Diawal sejak memilih pasangan, laki" memilih calon Ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak. Begitu pula sebaliknya pada perempuan.
Kewajiban seorang Ayah untuk anaknya adalah memilih Ibu yang sholihah, nama yang baik kepada anaknya, mengajarkan agama dan Al-Qur'an kepada anaknya.
Pendidikan awal ada pada Ibu. Pendidikan awal dimulai sejak anak dalam kandungan hingga usia pra-sekolah. Saat anak berusia 2 th, sempurnakan penyusuan.
Tahapan pendidikan ada tiga, yaitu:
1. Pendidikan keimanan (mengenalkan Allah, Rasulullah, Al-Qur'an hingga menumbuhkan rasa cinta anak terhadap ketiga hal tsb)
2. Pendidikan Ad Diin (akhirat)
3. Pendidikan Dunya (Dunia)
Sebaik-baiknya Al-Fatihah diajarkan langsung dari Ibu kepada anaknya, agar Ibu mendapatkan pahalanya.
Pertimbangan dalam memilih sekolah yang baik untuk anak:
1. Lihat Visi misi sekolah
2. Kurikulum
3. Fasilitas
4. Pemisahan ikhwan dan akhwat
5. Pendidikan psikologi anak
62 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Konsep Adil dalam Islam
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 5 Maret 2019
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan UI Depok
_________________________
Tema Konsep Adil dalam Islam
Pemateri Dr. Fitra Asil, SH, MH
Memahami kedudukan adil dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, ada 28 kali kata adil disebutkan. Namun tak lantas hanya menyebutkan 28 kali, maka hanya sebanyak itu pula Al-Qur'an menjelaskan adil. Sebab, setiap ayat dalam Al-Qur'an sudah mengandung konsep adil, yaitu benar secara keseluruhan isi dalam Al-Qur'an. Isi Al-Qur'an sudah sempurna. Benar-benar adil sesuai yang difirmankan oleh Allah Subhanahu Wata'ala. Ulama ada yang menyebutkan kewajiban itu adil dan sunnah itu ihsan.
Di dunia, kita sebagai makhluk Alloh diperintahkan untuk selalu berbuat adil terhadap sesama. Melakukan suatu keadilan berarti memihak kepada kebenaran.
Terkadang kita selalu menghakimi yang tampak oleh penglihatan itu buruk. Padahal belum tentu, karena kita tak mengetahui apa yang tersembunyi dilakukan. Serahkan saja peran menghakimi itu kepada Alloh, Sang Maha Adil.
Keadilan itu datangnya dari Alloh. Jika ingin menegakkan keadilan, maka lakukanlah yang diperintahkan oleh Alloh. Jalani peran amar ma'ruf nahi munkar di dunia untuk bekal amal di akhirat.
___
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
29 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Kajian Psikologi : Self Acceptance dan Mengoptimalkan Kebaikan Diri
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 2 Maret 2019
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan UI Depok
_________________________
Pemateri: Dini Rahma Bintari, S.Psi., P.Hd. Psikolog
Bismillahirrahmanirrahim,kalimat yang hampir selalu mengawali setiap aktivitas kita, sejak bangun tidur hingga kembali ke peraduan. Dengan membaca basmallah, kita diingatkan bahwa kita memiliki Rabb yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Jika yang menciptakan saja demikian, adakah alasan bagi kita untuk tidak menyayangi diri sendiri?
Seringkali, orang yang tidak menyayangi dirinya, sulit menerima dirinya sendiri. Padahal, penerimaan diri (self-acceptance) merupakan sebuah kebutuhan tiap-tiap individu.
Self-acceptance berarti puas dan bahagia dengan apa yang kita miliki, baik berupa kekurangan maupun kelebihan. Kita sadar memiliki kekurangan/ kelemahan, tetapi kita bisa mentolerir dan memaafkannya. Mengkritisi diri tentu perlu, tapi jika dilakukan terus-menerus, dapat menyebabkan depresi. Selain kekurangan, kita juga menyadari bahwa kita memiliki kelebihan dan kita mensyukurinya. Kemudian, kita membangun pandangan yang realistis mengenai kemampuan/ bakat itu.
Tak cukup menerima diri, kita juga harus mengasihi diri (self-compassion). Ini merupakan cara untuk tetap berlaku baik terhadap diri sendiri. Alih-alih mengkritik tajam atas sebuah kegagalan atau kemalangan diri, kita memilih untuk tetap memberikan pengertian dan belas kasih serta memberikan pemahaman bahwa ketidakmampuan atau ketidaksempurnaan adalah bagian dari pengalaman semua manusia. Dengan demikian, kita tidak akan mengutuki diri secara berlebihan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah berkata, “Tidak beriman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Artinya, mencintai dan peduli pada manusia lain merupakan suatu bentuk keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun, sebelum itu, kita harus mencintai diri sendiri agar mampu memancarkan cinta dan kepedulian kepada manusia lainnya.
Menerima dan mengasihi diri perlu dilatih, salah satunya demi kesehatan mental. Syarat penting agar dapat melakukannya adalah dengan bertaubat. Taubat berarti mengakui kesalahan, bertekad tidak melakukan lagi, kemudian beramal soleh untuk menutupi kesalahan yang lalu. Orang yang melakukan kesalahan, jika tidak bertaubat, akan terus merasa bersalah. Kian hari rasa bersalah itu akan terus tumbuh hingga menjadi penyebab depresi.
Lebih jauh, kita harus dapat menyeimbangkan gap antara real-self (keadaan kita saat ini) dengan ideal-self (keadaan yang ingin kita capai). Jangan sampai gap itu terlalu besar atau malah terlalu kecil. Jika gap terlalu besar, diperlukan perjuangan yang sangat keras untuk mengupgrade diri demi meningkatkan real-self. Jika target yang dibuat tak tercapai, kita akan merasa menjadi orang yang gagal dan sulit menerima diri. Bukan berarti ideal-self tak boleh melebihi real-self. Malah, itu sebuah sunnatullah sebab sifat manusia memang tak pernah puas. Namun, ketika menyusun target, pertimbangkanlah keadaan kita saat ini.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah self worth/ self esteem. Ini adalah pikiran atau perasaan kita tentang diri sendiri. Ini dapat dibangun sejak kecil, yakni melalui interaksi dengan orangtua, guru, dan lingkungan. Jika terbiasa memberikan penghargaan atau memuji atas keberhasilan atau suatu kebaikan yang dilakukan anak, ia akan tumbuh menjadi orang yang merasa berharga. Perasaan ini bukan berarti sombong atau narsis. Sebaliknya, jika selalu dikritik, diabaikan, dan tidak dihargai, ia akan tumbuh menjadi orang dengan harga diri yang rendah, tidak percaya diri.
Pandangan positif terhadap diri ( appreciative inquiry) sangat perlu ditanamkan demi terbentuknya emosi positif, memperluas cakrawala, memperkuat daya tahan dan daya juang, masalah dilihat sebagai peluang dan tantangan, mencegah depresi, mengembangkan kesejahteraan, serta membangun optimisme dan daya tahan.
Sangat berkaitan erat dengan pengembangan potensi diri, inquiryini terbentuk melalui siklus 4 D, yakni:
🍁 Discovery (menemukan)
Di sini kita menggali potensi dan kekuatan diri. Untuk menemukannya, kita harus dapat menghargai apa “yang ada dan kita miliki”.
🍁 Dream (impian) Bayangkan apa yg bisa kita raih, peluang dan kesempatan apa yang ingin kita capai. Sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki impian agar apapun yang kita lakukan, dicatat sebagai amal soleh. Muaranya adalah taqwa.
🍁 Design (perencanaan) Bagaimana mencapai impian itu? Petakan step by step kontribusi yang akan kita berikan.
🍁 Destiny(pencapaian) Berkomitmen dalam mencapainya dan terus memperbaiki diri. Dengan senantiasa memperbaiki diri (tazkiyatun nafz), unsur dalam diri yang positif akan mengendalikan unsur lainnya: potensi taqwa mengendalikan potensi futur; potensi kebaikan mengalahkan potensi keburukan.
Semoga, dengan belajar menerima, mengasihi, dan berdamai dengan diri, kita mampu mengoptimalkan kebaikan diri demi kebermanfaatan yang lebih luas. Keputusan untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik, berada dalam kendali kita.
“Sesungghnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. 13:11)
___
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
215 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Finansial Keluarga Muslim
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 15 Februari 2019
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan UI Depok
--------
Finansial Keluarga Muslim
Pemateri: Ustadzah Syaza Syamsiyah
(Direktur PT. Jaya Optima, Sahabat Muslimah Dinas Perhubungan, Telkomsel Group, dan Panasonic Group, Daarut Tauhid)
-----
Pada umumnya, ketika mendengar kata rezeki, yang muncul di otak kita adalah uang. Padahal, bentuk rezeki itu banyak sekali, misalnya kesehatan, panca indra yang utuh, hingga hati yang mudah digerakkan untuk beramal soleh.
Di Jeddah, ada seorang kenalan yang memiliki bisnis restoran. Dulunya, ia bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan. Saking kecil gaji yang ia miliki saat itu, sampai-sampai ia malu menyebutkannya ketika ditanya. Namun, meski gaji tak seberapa, Allah menggerakkan hatinya untuk menyimpan uang yang dimilikinya di tempat yang tepat, yang diakui oleh direkturnya sendiri, tak mampu ia tiru.
Setiap kali menerima gaji, sebagian besar langsung ia sisihkan untuk anak yatim, sekalipun kondisinya sendiri sangat kekurangan dan ada tanggungan-tanggungan yang jika dihitung dengan mate-matika manusia, mustahil untuk bisa tercukupi.
Tentu di awal melakukan kebiasaan itu, keluarga keberatan. Untuk makan sendiri saja susah, mengapa harus repot-repot menanggung keperluan orang lain?
Namun, ia tetap melakukan kebiasaan ini bertahun-tahun. Ia percaya, Allah adalah sebaik-baiknya tempat menitipkan segala sesuatu dan power bersandar kepada Allah mampu melipatgandakan rezeki. Allah selalu memiliki caranya sendiri untuk mencukupkan hambanya yang bekerja keras dan tawakkal.
Ya, sebaik-baik perniagaan adalah perniagaan dengan Allah. Tidak akan merugi orang yang melakukan perniagaan dengan Allah. Jadi, sebagai seorang muslim, pandai-pandailah menempatkan harta kita di tempat yang tepat. Titipkan pada anak-anak yatim, orang-orang yang tidak mampu, orang-orang muslim yang mensyiarkan agama Allah, dan di jalan kebaikan-kebaikan lainnya.
Lalu, istiqomahlah melakukan itu sebab orang-orang yang sukses dunia dan akhirat adalah mereka yang mampu berkomitmen untuk tetap berada di jalan kebaikan. Pastikan pula harta yang kita peroleh itu halal dan tayyib.
Setelah berhasil meningkatkan keuangan menjadi lebih baik, yang harus kita lakukan adalah meningkatkan kemampuan bersedekah. Lipat gandakan kebermanfaatan diri seluas-luasnya. Jangan malah gaya hidup yang ditingkatkan sebab itu akan membuat kita menjadi orang yang tak pernah puas. Keuangan boleh meningkat, gaya hidup jangan.
___
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
55 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Fiqh Nikah: Kemuliaan Hak dan Kewajiban Istri dalam Islam
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 24 Februari 2019
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan UI Depok
_________________________
Pemateri: Ustdzah Nur Hamidah, M.Ag.
Alumnus Al-Azhar Universitas Cairo, Syariah Konsultan Centre Indonesia
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Salah satu tanda kekuasaan Allah adalah adanya sebuah keluarga. Maka, patutlah karakter itu dijaga oleh setiap keluarga muslim dengan mengaplikasikan nilai-nilai islam agar siapapun yang melihat rumah tangga kita, akan mengangungkan Allah SWT dengan mengucapkan masyaAllah.
Jangan sampai rumah menjadi seperti kuburan, di mana mayat-mayat diletakkan dalam satu komplek tanpa ada komunikasi atau seperti arena tinju, di mana sesama anggota keluarga bersaing secara emosi sehingga memicu permusuhan. Sebaliknya, jadikanlah rumah seperti sekolah yang di dalamnya terdapat pola asah, asih, dan asuh. Juga seperti masjid yang memberikan ketentraman dan kekhusuan bagi semua orang yang beribadah di dalamnya.
Dalam rumah tangga, terdapat dua peran. Pertama, sebagai seorang suami. Ia diamanahkan Allah sebagai pemimpin dan pencari nafkah. Kedua, sebagai seorang istri. Ia memiliki kewajiban untuk taat pada suamidan menjaga amanah titipan suami, yaitu kekurangan dan kelebihan suami, harta, rumah, dan anak.
Apakah tugas dan fungsi seorang wanita selaku yang dipimpin menjadikan posisinya lebih rendah dalam rumah tangga? Tentu tidak!
Islam sangat memuliakan kaum wanita. Bahkan dikatakan di dalam Al-qur’an, wanita soleha adalah perhisan yang paling berharga di dunia, juga lebih mulia daripada bidadari surga (Qs. 43: 67-70).
Yang perlu kita pahami, karakter laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda. Perbedaan karakter ini mengakibatkan peran yang diemban oleh suami dan istri bebeda. Namun, perbedaan itu diciptakan justru agar kita saling melengkapi, bukan untuk bersaing atau saling membenci.
Kampung kita yang sesungguhnya adalah sorga. Untuk kembali ke sana, Allah mengirimkan pedoman yang dapat menuntun kita. Dalam pedoman itu, diajarkan berbagai amalan yang dapat menjadi bekal kelak di akhirat. Salah satu ladang amal untuk seorang wanita adalah keluarganya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa proyek inti wanita berada di rumahnya sendiri.
Seperti yang disebutkan di atas. Tugas istri hanya dua: taat pada suami dan menjaga amanah suami. Tidak ada dalil yang mewajibkan istri untuk memasak dan membersihkan rumah. Justru, suami yang berkewajiban memberi nafkah berupa sandang, pangan, papan. Nafkah sandang, apakah yang diberikan pakaian kotor? Tentu tidak. Jadi, mencuci pakaian adalah tugas...? Nafkah pangan, apakah yang diberikan makanan mentah? Tentu yang siap makan, bukan? Jadi, memasak adalah tugas...? Nafkah papan, apakah yang diberikan rumah yang kotor? Tentulah yang bersih. Jadi, tugas membersihkan rumah adalah tugas...? Silakan dijawab sendiri😂
Namun, karena tugas istri adalah taat, ketika suami meminta tolong untuk dimasakkan makanan misalnya, karena ia juga berkewajiban menjemput rezeki di luar sana, tentu sebagai seorang istri yang mengharap ridha Allah, kita akan dengan senang hati melakukannya. Begitupun hal-hal lain yang diperintahkan suami, selama tidak melanggar syariat.
Pada hakikatnya, Allah memberikan rezeki untuk istri melalui tangan dan kerja keras suami. Jadi, istri dan anak adalah amanah bagi suami untuk dilidung haknya, termasuk hak kesehatan, kedamaian, dst.
Terkait pemberian nafkah, satu hal yang sering luput dari perhatian kita. Pada umumnya, kita menganggap bahwa seorang suami hanya bertanggung jawab menafkahi istri dan anak-anaknya saja. Padahal, dalam Al-qur’an disebutkan bahwa perempuan yang wajib dinafkahi adalah istri, anak, ibu, nenek, saudari, bibi, ponakan, dan cucu (Qs. 4:34/ 2: 233).
Memang, yang utama menanggung nafkah ibu, nenek, saudara, dst di atas adalah suami mereka. Namun, ketika yang menanggung itu tidak ada, otomatis kewajiban memberi nafkah jatuh kepadanya. Jadi, sebagai seorang istri, jika kasus seperti itu terjadi pada suami, kita harus memiliki pengertian yang luas. Tak perlu cemburu jika suami memberikan sesuatu. Bahkan, bila perlu, kita yang mengingatkan suami agar menunaikan kewajibannya agar kelak, ia tidak dituntut.
Demikianlah Islam mengatur sebuah rumah tangga dengan sangat seimbang, sesuai kapasitas masing-masing. Wanita dimuliakan dengan hak dan kewajibannya, begitupun laki-laki.
Namun, satu fenomena yang semakin mengkhawatirkan akhir-akhir ini, musuh-musuh islam justru mencoba mengubah struktur itu. Peran sebagai suami dan istri atau ayah dan ibu, tidak lagi dilihat dari seksnya, tapi dari gendernya. Akibatnya, semakin maraklah pasangan-pasangan sesama jenis yang tentu saja menyalahi syari’at. Mirisnya, konferensi Kairo tentang kependudukan tahun 1994, memberikan prioritas bagi riset sosial yang memungkinkan perubahan struktur keluarga dan ini berkembang hingga saat ini.
Di Indonesia, sedang hangat pula perbincangan mengenai undang-undang penghapusan kekerasan seksual (P-KS) yang menjadi polemik. Tentu saja menghapuskan kekerasan adalah sesuatu yang bagus. Namun, jika tidak berangkat dari syari’at islam, akan ada potensi untuk melegalkan LGBT dan seks bebas.
Sekali lagi, segala sesuatu telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Dalam suatu pernikahan, hanya ada laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas sebagai suami dengan seperangkat peran yang telah diatur oleh syariat dan seorang wanita bertugas sebagai istri dengan hak dan kewajiban yang juga telah dijelaskan di atas. Terlahir sebagai laki-laki atau perempuan itu adalah hak prerogatif Allah, bukan pilihan. Jadi, jalankan saja peran masing-masing dengan sebaik-baiknya😊
___
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
228 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Tafsir Surat Yusuf
Bidang Kajian Islam dan Ilmu Prngetahuan UI Depok
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 6 Februari 2019
___________________________
Pemateri:
Ust. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Al Hafizh
(Pembina Markaz Qur'an, Jakarta Timur, Ketua Rumah Qur'an Nusantara)
🌹🌹🌹
Yusuf merupakan surat ke-12 di dalam Al Qur'an yang memiliki kesamaan muqaddimahnya (baik isi maupun ayat) dengan surat Yunus, Hud, Ar-Ra'd, dan Al Hijr. Alif Lam Ra (Surat Ar Ra'd ditambah mim Alif Lam Mim Ra).
Kaidahnya apabila seluruh Al Qur'an diawali dengan huruf ((muqatha'ah)) maka surat tersebut disampaikan kepada kaum muslimin, orang-orang yang membacanya.
Surat Yunus menjelaskan bahwa ayat-ayat Al Qur'an merupakan ayat yang penuh hikmah.
Surat Hud menjelaskan bahwa Al Qur'an dijelaskan secara terperinci, sudah dijamin keakuratannya, sesuai dengan realitas.
Surat Yusuf menjelaskan bahwa ayat-ayat Al Qur'an jelas dan pasti benar.
Surat Ar-Ra'd menjelaskan bahwa ayat-ayat Al Qur'an pasti benar, namun kebanyakan manusia tidak beriman.
Surat Ibrahim menjelaskan bahwa ayat-ayat Al Qur'an membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang.
Surat Al Hijr menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan kitab yang memberi penjelasan. Siapa saja yang meng-akses Al Qur'an, pasti dia akan dijamin oleh Al Qur'an.
Keutamaan menghafal Al Qur'an
Dalam QS. Az Zumar dijelaskan bahwa Al Qur'an merupakan Ahsanul Hadid (sebaik-baik pencatat).
Ketika mempelajari dan menghafalkan Al Qur'an, jangan berkecil hati apabila tidak cepat dalam menghafalnya. Karena bagi para shalihin pada kala itu, ketika menghapal 300-500 kali belum hafal merupakan hal yang wajar. Menghafal otomatis membuat lidah kita baca terus. Lupa hafalan, baca lagi.
Barang siapa mulutnya banyak mengucapkan Al Qur'an, maka lisannya menjadi Ahsanul Lisan. Apabila bacaan tersebut memasuki otak, maka menjadi Ahsanul Aqli, dan apabila masuk ke dalam hati menjadi Ahsanul Qolbi. Oleh karena itu kita diminta untuk menthapal Al Qur'an.
Sebelum menghapal Al Qur'an, kita harus mengubah _mindset_ kita bahwa Al Quran itu hebat, dan luar biasa. Karena Al Qur'an turun dari langit. Hujan saja turun dari langit telah membawa manfaat bagi manusia, apalagi Al Qur'an.
Siapa saja yang tidak akrab dengan Al Qur'an maka Allah sebut orang yang lengah, otaknya blank terhadap kehidupan. Padahal dalam kegiatan sehari-hari kita apapun kegiatannya ada Allah di sana. Allah selalu terlibat dalam urusan manusia dan tidak diatur siapapun (sesuai kehendak Allah). Hanya saja manusia mayoritas tidak memiliki ilmu tentang takdir-takdir Allah. Bahwa takdir Allah tidak bisa diinterfensi oleh siapapun. Pertanyaannya, maukah hidup kita diinterfensi oleh Allah suapaya menjadi lebih baik?
Orang yang selalu berkhusnudzon kepada Allah hatinya selalu dihidupkan dengan Al Qur'an. Jika kita tidak memiliki hal tersebut, berarti kita termasuk orang-orang yang memiliki akal yang kosong, dan seakan kosong tentang hari kiamat.
Q.S. Al Anbiya' 1: hari kiamat sudah dekat dengan manusua, namun manusia pikirannya kosong sehingga tidak peduli. Selain itu mereka menjauh dari Al Qur'an, sehingga pikirannya juga jauh dengan proses datangnya hari kiamat.
Menurut surat Yusuf, barang siapa yang jauh dari Al Qur'an dia termasuk orang yang ghofilin.
Allah tidak akan pernah kalah dengan rekayasa manusia, sehebat apapun manusia dalam merubah takdir-takdir Allah. Q.S Yusuf : 20, saat Yusuf masuh anak-anak, di mata manusia biasa dia adalah manusia yang tidak berharga. Saat kecil sudah dibuang oleh saudaranya ke dalam sumur yang sangat dalam dan sangat gelap, setelah ditemukan menjadi barang dagangan yang harganya 20 dirham, dan pernah dipenjara. Namun Allah mengangkat derajat yusuf menjadi pemimpin, menjadi kepala negara yang adil, kaya raya. Allah Maha Kuasa dalam menentukan takdir orang, merubah dari yang serendah-rendahnya menjadi setinggi-tingginya.
Apabila hidupmu di dunia terasa begitu sengsara, taatlah kepada Allah agar tidak sengsara pula di akhirat. Q.S. Waqi'ah menyatakan bahwa hari kiamat itu khafidhoh, merendahkan manusia-manusia yang katanya paling mulia, namun dzolim kepada orang lain, dan hari kiamat memuliakan orang yang semasa di dunianya direndahoan oleh manusia-manusia lain. Seperti Palestina yang didunia direndahkan oleh Israel.
Segala prasangka yang baik kepada Allah, maka Allah akan merealisasikan prasangka baik tersebut. Oleh karena itu, jangan sampai kita jauh dari Al Qur'an sehingga otak kita blank tentang wawasan hari kiamat. InsyaAllah kita menjadi manusia yang semasa hidupnya berwawasan.
Sebagian ulama memberi judul untuk surat Yusuf adalah sengsara membawa nikmat. Hidup nabi Yusuf penuh dengan ujian, namun beliau tidak diam saja, selalu berdoa kepada Allah, dikir, berkhusnudzon kepada Allah sehingga sengsara tersebut membawa nikmat. Tidaklah surat Yusuf ketika dibaca oleh orang yang sedang dirundung kesedihan, galau, stress, kecuali dijamin setelah membacanya dia akan bahagia.
Ketika orang shaleh menjabat sebagai kepala negara, maka jabatan tersebut menjadi sarana meningkatkan amal shalehnya. Sehingga Nabi Yusuf merupakan kepala negara yang memiliki gelar _mutashoddiqin_. "Sesungguhnya kamu menjadi raja yang populer nan shaleh."
Sifat-Sifat Nabi Yusuf a.s
Di dalam surat Yusuf, beliau dikatakan merupakan orang *muhsinin* diulang sebanyak 5 kali. Menunjukkan bahwa sifat muhsinin sangat melekat dalam diri beliau. Kata muhsinin sendiri adalah orang yang mudah memaafkan, orang yang selalu bangun malam, orang yang beristighfar menjelang subuh. Semua arti tersebut ada di dalam diri Nabi Yusuf a.s.
Pertanyaannya: bisa nggak kita menjadi orang yang muhsinin seperti Nabi Yusu?
Oleh karena itu, kita harus selalu hidup dengan Al Qur'an. Nabi Yusuf juga bersabar dalam membina dirinya menjadi orang yang muhsinin.
Ketika Al Qur'an menceritakan prestasi-prestasi nabi, bukan semata karena mereka adalah nabi, tapi karena kesungguhan mereka dalam beribadah semua nabi memiliki istri dan anak menunjukkan bahwa mereka seperti manusia pada umumnya, yang butuh menikah, butuh cinta. Semua nabi mengatakan "saya ini manusia biasa", menunjukkan bahwa semua manusia bisa beramal shaleh asal dia mau.
Dalam surat Ibrahim: "saya sama seperti kalian, bedanya hanya kami mendapat wahyu dari Allah". Selain perkara wahyu, yang laun sama, bahkan ujian mereka jauh lebih berat. Ketika kita membaca kisah nabi jangan pernah pesumus, karena mereka juga bersabar.
Selain muhsinin, nabi yusuf juga memiliki sifat mukhlasin (Q.S. Yusuf : 23-24)
Mukhlisin adalah orang yang selalu inhlas, beramal hanya fokus kepada Allah. Tidak haus pujuan maupun jabatan. Sedang berusaha untuk ikhlas.
Mukhlasin adalah manusia yang bertahun-tahun menjadi mukhlisin. Orang yang dibentuk jiwanya untuk ikhlas. Seakan-akan disetting oleh Allah untuk selalu ikhlas. Menghadapi ujian seberat apapun InsyaAllah aman. Nabi Yusuf selamat dari ujian zina karena beliau seorang mukhlasin.
Nabi Yusuf memiliki sifat mutashoddiqin yaitu orang-orang yang banyak berbuat baik (dalam konteks ini adalah sedekah).
Yang paling penting menjadi pegangan kita adalah:
Selalu hidupkan dengan Al Qur'an, bersabar dengan Al Qur'an, pelajari Al Qur'an
Sesi Tanya Jawab
1. Tadi ust. menyatakan apabila ingin menjadi manusia seperti Nabi Yusuf a.s. harus dekat dengan Al Qur'an. Apabila mau belajar Al Qur'an mulai dari mana dan lingkarannya mana?
Jawab:
Mengaktifkan akal kita. Hati menjadi baik kalau didekatkan kepada Allah. Siapa yang sudah belajar bahasa arab, harus belajar tafsir. Siapa yang sudah belajar tafsir, harus belajar sejarah. Perluas cakrawala pikiran kia tentang tema-tema yang ada di Al Qur'an. Belajar dari ahlinya, apabila tidak bisa, belajar secara instan hadir di ta'lim seperti ini.
2. Ketika Yusuf digoda oleh zulaikha, ada isyarat Yusuf ungat pesan ayahnya, bahwa Allah selalu melihat dia. Apakah pola asuh ayah berpengaruh dalam parenting anak sehingga membentuk Yusuf yang taat?
Jawab:
Pas kecil dibuang ke sumur, tapi tetap bisa menjadi orang baik, karena beliau mukhlasin. Allah minta kepada kita untuk jangan pernah berhenti berdoa _"Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama"_. Selalu baca ayat ini agar anak kita menjadi anak yang shalih/ah.
Dalam Al Qur'an yang bertemakan orang tua mendidik anaknya: Nabi Ibrahim dengan anaknya. Nabi Nuh dengan anaknya (Allah tidak menyalahkan Nabi Nuh ketika anaknya menjadi kafir). Peran orang tua kepada anaknya seperti juru dakwah kepada umatnya. Shaleh atau tidaknya anak, Allah yang takdirkan, hanya gimana kamu mendoakannya. Yang ketiga Nabi Ya'qub dengan Nabi Yusuf, mereka terpisah. Orangtua hanya bisa berusaha dan berdoa, hasilnya diserahkan kepada Allah. Nabi Ya'qub tidak lepas dari doa dan kesabaran. Siapa yang kehilangan sesuatu dan ia bersabar, maka Allah ganti dengan yang lebih baik.
Q.S. Al Kahfi: dijaga oleh Allah karena orangtua mereka orang shalih. Jangan dikira dzikir yang kita baca sehari-hari tidak ada gunanya, karena pasti Allah balas, dan Allah yang akan menjaga kita.
3. Kalau kita menghafal Al Qur'an 300-500 kali, itu langsung sekaligus dalam satu bulan atau dua bulan, atau seumur hidup?
Jawab:
Secara teknis terserah kita, sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, terserah. Atau per ayat juga boleh, fleksibel. Hafalan yang asli itu yang sudah melekat di bibir, itu yang maksimal. Kalau masih merem, mushaf masih dibawa, berartu belum hafal asli.
___
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
37 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Mengasah Ketangguhan Diri
Notulensi Kajian Kemuslimahan, 31 Januari 2019
_____________________________
Pemateri:
Ika Malika, M.Psi
(Psikolog, Koordinator Pelayan Konseling Klinik Satelit Makara)
Mengapa kita perlu menjadi pribadi yang tangguh?
Sebab, kehidupan itu penuh tantangan. Life is never flat. Ups and downs!
Ketangguhan bisa diibaratkan pisau. Setajam apapun, pasti ada saatnya pisau menjadi tumpul dan harus diasah kembali. Pun ketangguhan. Ia harus senantiasa diasah dan dibentuk.
Dalam ilmu Psikologi, dikenal istilah adversity quotient. Ini adalah sebuah kecerdasan dalam merespon dan mengatasi kesulitan untuk mencapai kesuksesan.
Kecerdasan ini seringkali digambarkan seperti sebuah pendakian. Dalam pendakian, ada tiga tipe individu yang akan kita temui: quiters, campers, dan climbers.
🍂 Quitters adalah orang yang mudah menyerah. Ketika diuji, pilihan pertamanya adalah menyerah, putus asa, bahkan sebelum mencoba mengatasi kesulitan itu.
🍂 Campers adalah orang sudah berusaha mengatasi kesulitan tetapi di tengah perjalanan, ia merasa cukup. Ia berusaha seadanya dan berhenti di zona nyaman. Padahal, bila di-push, ia sebenarnya mampu berbuat lebih.
🍂 Climbers adalah orang yang memiliki keyakinan dan kemauan untuk terus mendaki hingga menggapai puncak.
Tentu perjalanan dan tantangan yang dihadapi ketiganya sama. Tapi mengapa tipe climbers memiliki motivasi dan mampu menyelesaikannya?
Jawabannya adalah tujuan. Ketika meniti perjalanan di dunia, tujuanlah yang menjadikan kita termotivasi.
Di dalam Al-quran, diabadikan tiga kisah muslimah tangguh yang bisa kita teladani:
🌻 Asiyah istri Fir'aun
Tentu tidak mudah menjalani kehidupan bersama pasangan yang mengakui dirinya sebagai Tuhan. Tapi ibunda Asyiah yakin akan tujuan yang lebih besar. Ia senantiasa berdoa, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim". (QS. 66:11)
🌻 Siti Maryam
Ia adalah ibunda dari Nabi Isa alaihissalam yang dikenal sebagai wanita paling ikhlas dan sabar menghadapi hinaan dari kaumnya. Ia diberi kemuliaan sekaligus ujian dengan memiliki seorang anak tanpa pernah disentuh laki-laki.
🌻 Siti Hajar
Istri dari Nabi Ibrahim alaihissalam ini adalah sosok yang tegar, tangguh, dan tawakkal menghadapi ujian bertubi-tubi ketika ditinggalkan seorang diri mengasuh bayinya di lembah gersang tak berpenghuni.
Jika diperhatikan, pada umumnya, orang-orang sukses adalah mereka yang pernah mengalami kesulitan.
Ya, situasi sulit tak selamanya menyisakan kepedihan. Justeru, situasi itu melentingkan daya juang.
Daya juang dikenal dengan istilah resilience, dari kata reslilire, yang diartikan sebagai bounce back. Ini adalah kemampuan untuk bertahan atau pulih secara cepat dari situasi sulit.
Ibarat bola, jika dilempar ke bawah, ia akan segera memantul, bahkan bisa jadi lebih tinggi dari titik awal.
Dalam situasi sulit, respon setiap orang berbeda-beda. Ini dipengaruhi oleh tiga faktor:
🍁 I am
Ini adalah kekuatan yang dimiliki dalam diri seseorang. Cara kita memandang diri sendiri akan mempengaruhi cara kita menghadapi kesulitan. Ketika mengalami hambatan, kita seringkali merasa tak bisa apa-apa. Namun, ketika kita membangun pikiran positif, resiliensi/ daya juang akan melejit dengan sendirinya.
Pikiran positif itu misalnya:
a. Perasaan dicintai dan bangga pada diri sendiri (self esteem)
Di antara kekurangan yang ada dalam diri, percayalah, kita adalah the best creation of Allah. Ciptaan Allah adalah hasil kesempurnaan penciptaannya, bukan kesempurnaan di mata kita. Jadi, belajarlah mencintai diri dan berhenti membanding-bandingkan dengan orang lain.
b. Empati dan altrustik (dorongan untuk menolong)
Kepedulian terhadap orang lain akan meningkatkan ketangguhan kita. Justeru, jika fokus dengan diri, belum tentu kita terakselerasi. 
c. Otonomi dan tanggung jawab
Kita memilih perjalanan kita. Pun, cara berpikir dan melihat situasi, juga pilihan kita. Dan ketika ada guncangan, kita akan bertahan ketika ada pegangan. Senantiasalah menggantungkan harapan, keyakinan, dan kepercayaan pada yang memberi masalah, yang maha tahu jalan keluar.
🍂 I have
Ini adalah dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, misalnya:
a. Hubungan yang dipercaya
Keluarga, pasangan, atau teman yang dipercaya dapat menjadi healing, penyaluran emosi yang positif, apalagi ketika kita mendapat sudut pandang atau solusi.
b. Role models
Salah satu kunci sukses adalah memiliki mentor atau panutan dalam moral yang menjadi sumber daya untuk bangkit
c. Dukungan untuk menjadi mandiri.
Ada kalanya, kita butuh orang yang membantu kita menjadi orang yang tangguh dengan tidak selalu membantu. Misalnya orang tua yang tidak memanjakan anak-anaknya dalam mendidik.
e. Akses pada daya dukung lain seperti kesehatan, pendidikan, kesejaheraan, dan layanan keamanan.
🍂 I can
Ini menyangkut kemampuan interpersonal, misalnya:
a. Kemampuan berkomunikasi, termasuk mengungkapkan pikiran, perasaan dengan baik.
Alamiahnya, tubuh kita bergerak mencari keseimbangan. Ketika yang ada di dalam tidak dikomunikasikan, bisa-bisa larinya ke fisik. Banyak orang mengalami keterpurukan karena menyimpan masalahnya sendiri.
b. Kemampuan memecahan masalah.
Ini dilatih dengan cara mengukur tempramen diri sendiri dan orang lain. Kita perlu mencari tahu cara-cara untuk menangkan diri. Menariknya, seluruh syariat, seperti salat, puasa, berhijab tujuannya untuk menenagkan.
c. Kemampuan membangun hubungan yang dapat dipercaya.
Orang yang ramah cenderung tangguh karena ketika mengalami masa sulit, ia memiliki daya dukung yang luas.
Kesimpulannya, untuk meningkatkan resiliensi, kita hendaknya:
1. Membangun sudut pandang positif terhadap tantangan dengan cara:
-  Mengingat tujuan dan makna yang lebih besar. Ketika mengalami ujian, tanamkan bahwa ujian itu untuk membutikan keimanan. Lagipula, bukankah setiap ujian itu menggugurkan dosa? Sesederhana ketika kaki tertusuk duri pun, dapat menjadi penggugur dosa.
-  Fleksibe dan adaptif. Cara yang satu tak berhasil, coba cara lain.
2. Fokus pada solusi dan/ atau hikmah dari sebuah kejadian.
3. Miliki keterampilan problem solving
4. Miliki hubungn yang nyaman
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 22-23)
______________
🌏 : fb.me/masjidui
📹 : bit.ly/mesjidui
🐤 : twitter.com/masjidui
📷 : instagram.com/masjidui.id
Join di channel telegram Masjid UI untuk update info, notulensi dan rekaman kajian, klik bit.ly/masjidui atau @masjidui
-mari sebarkan-
28 notes · View notes
muslimahmui-blog · 5 years
Text
Profil Ummu Haram Binti Milhan
Ummu Haram, Muslimah Pertama yang Berjihad di Lautan
Rabu, 23 Januari 2019 Pukul 16.19 s.d. 17.45 WIB
Al-Ustadz Al-Mukarram Agung A.W.S. Waspodo, MPP.
1. Sayyidah Ummu Haram radhiyaLlahu ‘anha (selanjutnya disingkat ra, tanpa mengurangi doa dan ihtiram kepada beliau) adalah profil wanita yang cekatan. Beliau adalah orang yang diperkirakan Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wassalam akan berangkat mengarungi samudra (berlayar) dan akhir kehidupannya husnul khotimah.
2. Sayyidah Ummu Haram ra merupakan anak dari Milhan bin Khalid bin Zayd bin Haram bin Jundub bin Amr bin Ghanam bin Adi bin Najjar Al-Anshariyyah Al-Madiniyyah. Sayyidah Ummu Haram ra merupakan anggota dari Bani Najjar yang merupakan penduduk asli Madinah dan sangat berperan penting saat menjadi tuan rumah ketika Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wassalam hijrah ke Madinah.
3. Sayyidah Ummu Haram ra pernah menikah dengan Amr bin Qays radhiyaLlahu ‘anhu yang masuk Islam bersama para as-sabiqun al-awwalun dari kalangan Anshor. Anak dari pernikahan pertamanya adalah Qays dan Abdullah. Ujian berat pertama Sayyidah adalah ketika sedang mengandung Abdullah, suami dan anaknya, Qays, syahid ketika Perang Uhud. Namun, sedikit pun ia tidak pernah mengeluh. Ujian kehidupannya membuat ia justru semakin bertakwa.
4. Sayyidah Ummu Haram ra kemudian menikah dengan ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyaLlahu ‘anhu yang merupakan rekomendasi Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wassalam. ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyaLlahu ‘anhu merupakan sahabat yang ikut dalam perjanjian ‘Aqobah bersama 70 kalangan Anshor, seorang naqib dari 12 nuqaba, dan juga alumnus Perang Badr, Uhud, dan Khandaq. Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wassalam ini mempunyai kebiasaan menulis nama-nama yang berangkat jihad dan men-ceklist nama-nama yang telah syahid, lantas kemudian mendatangi keluarga para syuhada dan mendoakannya. Beliau juga mencatat para ahli waris dan anak yatim untuk kemudian diteruskan ke divisi baitul maal.
5. Suatu ketika sebelum menikah untuk yang kedua kalinya, Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wassalam sempat tertidur sebentar di rumah keluarga Sayyidah Ummu Haram ra. Nabi shallaLlahu ‘alaihi wassalam tersenyum dalam tidurnya. Sayyidah ra bertanya mengapa Nabi shallaLlahu ‘alaihi wassalam tersenyum. Nabi shallaLlahu ‘alaihi wassalam menjawab bahwa ada sekelompok orang dari umat yang mengarungi samudra menaiki kapal, berlayar (fi bahr), seperti layaknya raja yang berdiri di atas singgasana (kalau berdiri di atas kapal artinya sudah terbiasa berlayar padahal Madinah sangat jauh dari lautan). Sayyidah Ummu Haram ra meminta didoakan untuk menjadi bagian dari itu dan Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wassalam berkata, “Engkau bagian dari mereka”. Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wassalam tertidur lagi dan tersenyum kembali. Sayyidah Ummu Haram ra meminta kembali dan dijawab, “Engkau bukan hanya bersama mereka, tetapi Engkau berada di rombongan pertama.”
6. Pada masa Umar bin Khaththab radhiyaLlahu ‘anhu, setiap pasukan perang yang dikirim selalu diutus seorang ‘alim untuk menemani, seperti pembukaan (futuhat) Palestine yang dipimpin Amr bin Ash yang di dalamnya ikut serta Muadz bin Jabal, radhiyaLlahu ‘anhuma. Pasukan ini kemudian membuka sekolah tahfizh pertama di luar Madinah. Setelah perang Yarmuk, suami istri ‘Ubadah dan Ummu Haram, radhiyaLlahu ‘anhuma, pasangan ulama dan pejuang, dianggap cocok untuk melakukan futuhat ke Hims, sebelah utara Damaskus, dekat perbatasan Syam dan Turki.
7. Pada masa Utsman bin Affan radhiyaLlahu ‘anhu, ekspedisi lautan mulai digelorakan. Sayyidah Ummu Haram ra berangkat bersama suaminya dari Hims kemudian bertolak dari Beirut ke Qibrus (Cyprus) melalui lautan di bawah pimpinan Muawiyyah bin Abi Tsufyan radhiyaLlahu ‘anhu yang kemudian Qibrus ini kelak adalah titik awal pembukaan Qusthantiniyyah. Setelah keberhasilan pembukaan Qibrus, Sayyidah ra dipercaya untuk membagikan ghanimah dan pada saat perjalanannya, beliau terjatuh dan wafat. ‘Ulama sepakat bahwa beliau telah syahid. Sebelum wafat, beliau berwasiat kepada suaminya agar mendidik anak-anak, Abdullah dan Muhammad, supaya cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8. Setidaknya, terdapat tiga hikmah dari perjalanan tokoh muslimah ini, yakni usia tidak boleh meyurutkan semangat, bersegera dalam hal kebaikan, dan selalu setia bersama umat Islam.
8 notes · View notes