Tumgik
katakuncimu · 4 years
Text
Pulang ke rumah itu butuh kesiapan mental, apa lagi harus memutukan untuk diam di rumah untuk jangka panjang. Rumah bukan lagi tempat yang nyaman. Mungkin karena sudah lama tinggal sendiri dan apa-apa sendiri tinggal dengan banyk orang rasanya jadi malah terkekang.
Rumah bukan lagi tempat leluasa untuk menghirup oksigen. Harus berbagi oksigen dengan penghuni yang lain. Tidak punya kebebasan untuk melakukan banyak hal yang diinginkan, kehilangan semangat dan ide-ide yang dulu. 
4 notes · View notes
katakuncimu · 4 years
Text
Ciyee
Sudah hampir seminggu ini diciye-ciyein mulu sama teman-teman Awalnya biasa aja, tapi jadi malah kepikiran.  Jadi, takut salah, Jadi serba salah....
0 notes
katakuncimu · 4 years
Text
30 juni kontrak kerja habis, ortu tak mengizinkan untuk diperpanjang. 
0 notes
katakuncimu · 4 years
Text
Halo Halo Bandung
Kangen kali aku sama bandung... Sejak selesai kuliah 2018, dah itu gak balik-balik lagi. Rinduuu kali...
apa kabar itu jalanan cipadung permai, masih ada gak es degan udin yang lejen. Aku pernah ngasih reward ke diri ini setelah selesai sidang apa yaa kompre atau apa gitu, aku mendedikasihka diri untuk menyantap es degan dicampur alpukat.
Gimana kabar mang-mang nasi goreng yang setiap ba’da maghrib antri anak kosan dari segala penjuru cipadung. Kwetiau ati ampela andalan.. Yomart yang didepanya berjejer penjual makanan yang waaah parah sih enak-enak semua. Martabak, seblak, lumpia basah.. hmmm 
Mbayanginy aja udah bahagia apa lagi kesanaaa
2 notes · View notes
katakuncimu · 4 years
Text
Mengenang 2013
8 April 2020 Hari itu adikku membuka laman pengumuman SNMPTN. Ia benar-benar berharap, katanya aku udah gak mau mikir lagi kak di UTBK jadilah ia sangat berharap dengan SNMPTN ini. Sengaja ia pilih univ yang jauh diujung pulau sumatera dengan jurusan yang ia idam-idamkan.  Tepat pukul 13:00 ia menginputkan nomor pendaftran dan tanggal lahir, ia tak mengizinkan kami masuk kamarnya katanya biar aku aja yang liat. Baik kami menunggu diluar kamar sambil harap-harap cemas. Beberapa detik kemudian terdengar teriakan dari kamrarnya “yaaaaah gak ketrima”. Seketika pecahlah tangisnya disusul aku dan ibu menuju kamarnya, adikku menangis sejadi-jadinya. Sangat-sangat hancur hatinya. Ibu sebisa mungkin menenagkan dan memberi motivasi, sedang aku malah sibuk memfoto dan memvideo momen itu. Maafkan kk mu ini yaa dik. Aku jadi mengenang tahun 2013 silam, sama aku juga pernah kecawa, hampir sama sama adikku gak lolos jalur undangan tapi aku lebih ke menangis dalam diam hahah. Yaa apalah itu namanya pas sudah tau gak ketrima aku langsung ngunci diri di kamar dan nangis sesenggukan, kemudian berupaya merecover diri sendiir, diluar kamar ibu mencoba menenangkan, lagi lagi ibu. Setelah gagal dijalur undangan aku sudah siap untuk segala kemungkinan semua jalur penerimaan mahasiswa baru aku coba, sbmptn, poltekkes, ujian mandiri, SPANPTKAIN, smeuanya aku coba. Ayah siap mengnatarkan kemanapun aku mau tes. Setelah 2013 gagal snmptn kemudian gagal sbmptn, semakin kesini semakin mulai terbiasa dengan  “gagal”, ya berati itu belum rezekinya, ya itu memang bukan yang terbaik, Insya Allah rencana Allah lebih baik lagi. Jadi semakin yakin sama Allah.
1 note · View note
katakuncimu · 4 years
Text
HaHaEm
Ibu ini kayaknya lupa atau gimana, aku juga gk paham.
Aku sudah bekerja punya pimpinan yang kadang suka semena-mena, mau gak diturutin gimana. Lha wong cari nafkahnya disana, mau diturutin ibu kadang gak terima anaknya diperlakukan seperti itu.
Disituasi kondisi dunia yang genting karena Covid-19 tiba-tiba atasan telfon kalau senin aku harus masuk, padahal posisi lagi di rumah, jarak dari rumah ke tempat kerja itu kurang lebih 6 jam. 
Izin sama ibu, ibu marah katanya kok atasan kaya gitu gak ngerti banget, ibu marah dari pagi sampai siang ini diem aja hmmm
Ya kamu tinggal bilang aja kamu lagi dirumah, jauh 
Waktu aku nerima kerjaan ini dengan penuh kesadaran aku terima segala dengan resikonya termasuk atasan yang suka suka dia.
Dan dikesuhi ibu aku juga terima
Eh tenang aja cuman sampe bulan juli terus kontraknya habis, gak diperpanjang lagi takut dicoret dari KK
1 note · View note
katakuncimu · 4 years
Text
Aku dan Usia 25
@edgarhamas
Beberapa hari lalu adalah 8 Maret. Saya selalu menggunakan tanggal itu untuk mengukur sudah sampai mana perjalanan saya meniti hidup. Apa yang sudah dilakukan, apa yang masih terlupa. Sudah sebermanfaat apa hidup, dan mana celah kurang yang harus segera direnovasi. Dan salah satu caranya adalah dengan melihat, di usia 25 ini bagaimana orang-orang besar menghadapinya.
Menjelang 8 Maret 2020, saya sedang ada di pesawat menuju Padang. Sembari menikmati perjalanan, terpikirkan untuk mendengar file audio lama yang sempat saya download dari internet; segudang belasan episode Sejarah Islam Andalusia "Qisshatul Andalus Min Al Bidayah ila As Suqūth" yang disampaikan oleh Dr Raghib As Sirjani.
Entah bagaimana, saya hanya asal memilih episode, dan asal memilih menit ke berapa; ternyata Dr Raghib Sirjani sedang membahas perjalanan Abdurrahman Ad Dakhil. Siapakah ia?
Bagi pentadabbur sejarah, pasti tahu tentang cerita kelam Abbasiyah yang memerangi klan Umayyah hingga negeri itu berakhir di lembar sejarah. Ada seorang anak muda berusia 19 tahun, pemilik darah Umayyah yang punya nasab raja; dikejar dan dijadikan buronan. Namanya Abdurrahman bin Muawiyah. Abbasiyah tak ingin anak remaja ini di kemudian hari jadi pemimpin besar yang akan memberontak pada klan Abbas.
Ia tak mau menyerah, ia tak mau pasrah. Pergilah ia, diseberanginya sungai besar seorang diri, dilawannya deras airnya yang kala itu manusia tak akan percaya seorang anak muda bisa melakukannya. Bertahun-tahun ia terasing, berjalan sendiri dari Syam ke Mesir. Dari Mesir ke Libya. Dari Libya ia susuri sendiri ujung timur Afrika sampai di baratnya. Jarak tempuh yang amat jauh itu ternyata masih mengancamnya: sebab mata-mata Abbasiyah ada dimana-mana.
Di Maroko di barat Afrika, kala itu usianya sudah 25 tahun. Selama 6 tahun ia bertahan melewati masa pelarian itu. Namun masalah mendewasakannya. Pukulan keras tak membunuhnya, malah membuatnya lebih kuat. Sepanjang perjalanannya ia membaca situasi; bahwa ternyata simpatisan Umayyah bertebaran dimana-mana, dan siap mendukungnya untuk meneruskan umur dinastinya yang sudah hancur di timur.
Ke Andalusia ia berangkat. Negeri itu dipilihnya karena ia jauh dari cengkraman Abbasiyah. Laut Tengah memisahkan antara ia dan musuh-musuhnya. Namun, sesampainya di sana ia melihat Kaum Muslimin terpecah belah; Suku Berber membenci Yaman. Suku Yaman terjadi perang saudara. Revolusi meletus di setiap kota dan keadaan politik ekonomi sangat berantakan.
Namun di tengah krisis itu justru Abdurrahman melihat momentum. Sebagaimana Rasulullah menjadi "solidarity maker" untuk mengusaikan konflik berkepanjangan Aus dan Khazraj di Madinah, maka Abdurrahman dinilai oleh orang-orang Andalusia sebagai alternatif terbaik yang mampu menyatukan semua suku bangsa dan kabilah nan tadinya terpecah.
Abdurrahman tak hanya andalkan nasab untuk menggemakan namanya. Ia tahu bukan di situ kekuatannya. Kecakapannya, kesabarannya dan sisi politiknya bermain dengan cantik. Bani Umayyah memang terkenal dengan kepiawaiannya menjadi penyatu yang terbelah. Dan itulah yang dilakukan Abdurrahman. Ia satukan kabilah-kabilah Arab di Andalusia. Ia rangkul suku Berber yang punya jasa membebaskan Andalusia. Dan ia panggil semua simpatisan Umayyah untuk datang ke sana.
Di usia 25 tahun itu, Abdurrahman menjadi raja yang menyatukan kota-kota dan suku beraneka. Sekian banyak pemberontakan bisa dipadamkannya dengan bijaksana. Abbasiyah mengirim puluhan agennya untuk meniup api revolusi, namun Abdurrahman bisa menumpasnya dengan jeli. Saat itulah Khalifah Abbasiyah, Abu Ja'far Al Manshur menggelarinya sebagai "Rajawali Quraisy."
Ia, di usia 25-nya sudah selesai dengan dirinya. Dan apa yang dihadapinya bukanlah masalah remeh yang kita hadapi dalam rutinitas harian kita. Betapa banyak orang yang sudah dewasa di usia muda, dan jalan menjadi dewasa itu adalah dengan didatangkan untuknya problematika besar untuk dituntaskan.
Saya merasa Allah ingin memberi sinyal pada saya di usia 25 ini. Dengan entah bagaimana caranya kok bisa saya diperdengarkan kisah Abdurrahman Ad Dakhil di usia 25-nya menyatukan Andalusia.
Mungkin karena sebelumnya saya pernah bilang pada orang-orang, "bahwa manusia yang belajar dari sejarah tak butuh motivasi dari luar dirinya lagi."
Mungkin akan sulit menjadi Abdurrahman Ad Dakhil, namun kebesaran hatinya dan sikap kokohnya menantang dunia yang menghimpitnya akan mampu menjadi pengingat bagi kamu dan aku untuk tetap berbaik sangka; ketika Allah memberi kita masalah yang besar, Allah juga beri kita kemampuan untuk menyelesaikannya.
509 notes · View notes
katakuncimu · 4 years
Text
"Jangan menikah karena ekspektasi, melainkan jadilah terobsesi."
(Wajib baca hingga selesai)
Ada yang yang meminta untuk disegerakan. Namun ketika ditanyai tentang peran apa yang bakal diemban, mau dibawa kemana keluarga kelak. Jawaban klasik sering kali terlontar beralasan "ya gimana nantilah, yang penting bahagia bersama."
Ada yang menetapkan kriteria terbaik dari jodohnya. Hidung mancung, muka licin bak artis korea, suara mengaji bagus, ibadah dahsyat bak qari muda. Namun sering luput sadar diri, tentang kepantasan dirinya. Shalat masih sering ngeluh, bicara sering menyakiti, kerjaan rumah masih orang tua yang melakukan.
Banyak diantara kita yang berekpektasi hari ini. Bahwa ia akan bahagia ketika setelah menikah. Padahal kenyataanya, tidaklah demikian.
"Enak yah kalau udah menikah, kemana-mana ada yang nemenin."
Padahal kenyataanya, jika tak diiringi dengan kedewasaan dan pehaman. Hal kecil bisa jadi badai besar yang menghancurkan.
Hidup ini bukan tentang ekspektasi. Namun sayangnya kita seringkali terjebak akan hal itu. Kita melihat kehidupan orang lain begitu menarik, dan orang lain menganggap kehidupan kita begitu bahagia. Selalu seperti itu.
Maka janganlah berlama dengan ekspektasi. Namun jadilah seseorang yang terobsesi. Bukan terobsesi menikah, namun menjadi lebih baik dari apa yang dicita-citakan.
Ekspektasi itu jika kamu berniat menikah agar bisa bahagia. Padahal entah sendiri ataupun menikah, bahagia bisa diraih asal tahu caranya. Maka berangkatlah dari obsesi, obsesi untuk membahagiakan. Obsesi untuk memudahkan jalan meraih surga kelak.
Ekspektasi itu jika, berniat menikah agar selalu bisa berdua, tidak kesepian dan sebagainya. Padahal, ķala sendiri saja masih sering luput memperbaiki diri, mau ditambahi amanah lain. Maka berangkatlah dari obsesi, obsesi untuk menemani. Menemani seseorang yang telah Allah pilihkan untuk bersama meniti jalan ketaatan.
Jangan berangkat dari ekspektasi karena seringkali berbuah kecewa, namun berangkatlah dari obsesi (keinginan) agar selalu bersemangat dalam menebar kebaikan.
1K notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Semoga masih mengingat kisah, jika Siti Hajar berlari ke Bukit Shafa dan Bukit Marwa tidak hanya sekali.
Bolak-balik beliau berlari. Padahal bukit-bukit itu telah berkali-kali ia datangi.
Maka, semoga kita bisa pula memaknai, agar tidak berhenti ketika gagal sekali, agar tidak berhenti mengetuk pintu kesempatan lagi dan lagi, dan agar tidak berhenti untuk menjemput ketetapanNya dengan ikhtiar terbaik yang bisa kita beri.
Sampai nanti Allah mengganti semua lelah dan ikhtiar itu dengan kenikmatan yang bahkan kamu tak mampu bayangkan.
Selamat berjuang!
648 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Semuanya memang tidak pernah terlihat mudah. Bahkan seringkali yang kita kerjakan selalu saja ada kurangnya.
Tapi yang harus selalu kamu ingat, satu keindahan yang pasti adalah ketika kamu berbisik ke langit, kamu tidak akan pernah diabaikan :)
Semangat kamu!
Bogor, 18 September 2019 || 05.24 wib
174 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Teruslah berbuat baik, hingga kebaikan-kebaikan itu mempertemukanmu dengan kebaikan-kebaikan lainnya. Soal siapa yang membalasnya, tidak selalu harus dari orang yang sama, kan?
—ibnufir
585 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Apa pun yang Terjadi, Jangan Mengeluh
Salah satu keahlian yang dimiliki kebanyakan manusia, barangkali termasuk kita, adalah mengasihani diri sendiri.
Jika ada seorang teman yang datang dan bercerita bahwa dia sedang menghadapi masalah A, kita akan mendengarkannya sambil mengangguk-angguk, lalu bercerita bahwa kita pun tengah menghadapi masalah B, yang jauh lebih besar dari masalahnya. Bahwa masalah A, hah, bukan apa-apa.
Kita selalu ingin dimengerti. Kita haus empati. Kita punya kecenderungan untuk dilihat sebagai korban. Bahwa setiap kegagalan hidup terjadi di luar kendali.
“Aku begini karena waktu kecil orang tuaku mendidikku dengan cara X”, “Dia sih enak, orang tuanya kaya”, “Kalau aku di posisi itu sih, aku juga bisa”, “Wajarlah, dia kan tinggal di Kota Y.” Bla bla bla.
Kita lupa menerima fakta bahwa hidup—kita maupun orang lain—tidaklah ada yang sempurna. Orang-orang yang kita anggap ‘beruntung’, kemungkinan besar memiliki ‘sisi sial’ yang tak ‘kan pernah sanggup kita tanggung.
Sebut satu nama yang memenuhi syarat untuk ditempeli predikat ‘sukses’. Baca kisah hidupnya secara utuh. Akan ada sisi pahit yang kita ragu bahkan untuk sekadar mengecapnya.
Sudah begitu adanya. Setiap manusia punya porsi masalah masing-masing. Tak ada alasan untuk terus mengeluh, apalagi merasa paling sial.
Jika menghadapi masalah dan bisa berbuat sesuatu untuk menyelesaikannya, lakukanlah. Jika tidak, kita jalani saja dengan sabar. Mengeluh cuma buang-buang waktu. Dan mengasihani diri sendiri, hanya menambah penderitaan baru.
...
26 Agustus 2019 - #ntms
328 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
[Di Bawah 3,3]
Sebagai orang yang biasa-biasa saja dalam bidang akademik, saya tidak kecewa ketika melihat IPK saya, saya sadar diri sih lebih tepatnya.ehehe
Entah kenapa dari awal kuliah saya tidak pernah terpaku dengan IPK yang harus diatas 3,5. Yang penting saya sudah berusaha, hasilnya nanti diserahin ke Allah.
Saya juga tidak mau memaksakan kemampuan saya, saya lebih ingin menikmati hidup sebagai mahasiswi. Mahasiswi yang punya banyak kenalan dari organisasi yang saya ikuti.
——————————
Selepas lulus kuliah, saya menjalani rutinitas seperti orang-orang biasanya. Mencari kerja.
Masukin CV ke beberapa perusahaan, di tolak di beberapa perusahaan juga (hehe) entah sudah berapa CV, foto, dan copyan ijazah yang saya sebar ke beberapa perusahaan. Paling mentok tuh sampai interview doang. Setelahnya ya gitu (hahaha)
Pernah saking downnya di tolak di banyak perusahaan saya mikir “mungkin IPK saya terlalu rendah?” Saya juga sempat menyesal kenapa sih saya ga fokus akademik aja waktu kuliah, kenapa sih waktu kuliah ga gini, ga gitu. Dan beberapa alasan yang mendukung saya untuk lebih down lagi.
Tapi saya berpikir, kalau saya seperti ini terus bagaimana saya bisa berhasil? Saya kembali bangkit dengan mencoba lagi melamar pekerjaan sana-sini. Tapi hasilnya nihil.hehe
Saya kembali merenung, apasih yang buat saya gagal terus?
CV sudah dibuat semenarik mungkin, saya juga selalu menonton channel agar bisa mengembangkan diri saya lebih baik lagi, berharap HRD memberikan saya kesempatan bekerja.
Hasilnya…..
Masih gitu-gitu aja.
Sampai satu hari saya merenung “apa sih yang membuat saya gagal terus untuk mendapat pekerjaan?”
Saya mendapatkan jawabannya ketika ada suatu tragedi yang sukses membuat saya sadar, bahwa apa yang selama ini saya lakukan belum berjalan dengan semestinya.
Saya berusaha memperbaiki kesalahan itu, dan Alhamdulillah anak dengan IPK 3.11 ini diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi salah satu perusahaan BUMN, hingga saya Alhamdulillah sekarang sudah sampai ditahap wawancara psikologi. Mengalahkan orang-orang yang mempunyai IPK 3.5 keatas.
————————-
Dari pengalaman saya ini, saya berniat untuk membuat sebuah project buku “Di Bawah 3,3”
Saya ingin membuktikan pada anak-anak muda di Tanah Air, bahwa “Kesuksesan itu milik semua orang yang mau berusaha dan berdoa”
Kita yang punya IPK dibawah 3,3 pun BERHAK sukses. Karena kesuksesan bukan hanya milik mereka yang punya IPK 3,5 keatas.
Untuk menjalankan project ini, saya butuh bantuan kalian untuk reblog atau share informasi tentang project ini, agar mereka yang telah merasakan manisnya kesuksesan namun dulunya punya IPK hanya 3,3 kebawah dapat berbagi kisah inspiratif melalui project ini dengan mengisi form
Bantu saya menemukan 100 orang tersebut untuk menjalankan project ini.
Kalau ada yang ingin kalian tanyakan ttg project ini, kalian bisa langsung tanya saya dengan menggunakan fitur Ask atau Message yah:)
Atau kalian bisa langsung follow ignya @dibawah3.3 untuk mengetahui secara detail apa sebenarnya project di bawah 3,3 itu?
Yuk menjadi contoh yang baik!😊
691 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
@edgarhamas
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri— belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di ‘hari depan’ diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi 'masa depan’ yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai kuda dengan misi menciptakan 'masa depan’ karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, “Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, “Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ 13)
Dan kamu pasti tahu, keluarga Nabi Daud justru menjadi keluarga paling kaya sepanjang sejarah manusia. Ia menjadi raja dan anaknya menjadi raja. Bukan sembarang raja.
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover.
Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
3K notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
Hujan Reda, Kamu Tidak
Kalau kamu nggak jadi seperti cita-citamu, ya nggak apa-apa. Artinya ada jalan yang lain. Cuma kamunya aja yang belum tau.
Banyak kok yang kayak gitu. Kamu nggak sendiri. Sebagian berhasil menjadi sesuatu yang lain, sebagiannya biasa-biasa aja, sebagian lagi terpenjara dalam ambisi masa lalu.
Sama-sama gagal capai cita-cita, tapi nasibnya beda, karena sikapnya juga beda. Jadi, ini bukan cuma perkara nasib, tapi juga perkara sikap dan persistensi.
Mau jadi yang mana, tergantung gimana kamu menyikapi.
Kalau mau berhasil jadi sesuatu yang lain, kamu harus bisa terima dulu dengan hati yang lapang cita-citamu yang gagal itu. Jangan terpenjara dalam penyesalan. Cukup ambil hikmahnya aja. Karena hidupmu nggak berhenti di situ.
Betul bahwa lukamu perlu waktu barang sejenak untuk sembuh. Tapi jangan seumur hidup juga kali, cukup sejenak aja.
Setelahnya, fokuslah pada masa kini dan masa depan. Be curious! Curigailah hari-harimu. Jangan-jangan tahun ini, jangan-jangan bulan ini, jangan-jangan hari ini nasib baik akan datang padamu.
Saat satu pintu tertutup, jangan hanya berdiri di situ. Banyak pintu lain terbuka. Saat kamu dapat peluang, jangan menghambat progres hidupmu dengan rendah diri atau ragu-ragu. Jangan ciptakan batas-batas yang tak perlu dengan bilang, “Aku tu ga bisa ini, Aku tu ga suka itu.”
Jika hidup adalah tentang untung rugi, buatlah pilihan yang paling menguntungkan. Jika dapat peluang, jangan disia-siakan. Karena menyia-nyiakan adalah pangkal penyesalan.
— Taufik Aulia
801 notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Text
tidak semua
tidak semua organisasi yang ngetren di kalangan teman-temanmu harus kamu gabungi.
tidak semua akun media sosial orang-orang beken (atau keren) yang sering berseliweran di lini masamu harus kamu ikuti.
tidak semua film bagus yang disebut berkali-kali di radio harus kamu tonton.
tidak semua buku yang diulas oleh kawan-kawanmu, diunggah fotonya berulang-ulang, harus kamu baca.
tidak semua lagu yang disenandungkan tetangga koskosan sebelah kamarmu harus kamu dengarkan, apalagi ikut hafalkan.
tidak semua makanan yang direkomendasikan aplikasi terpercaya harus kamu cicipi.
tidak semua destinasi wisata menarik, bagus, mungkin terjangkau, harus kamu kunjungi.
tidak semua teknologi terkini, entah gadget, aplikasi, media sosial, bahkan perangkat belajar dan bekerja harus kamu gunakan.
tidak semua model baju, sepatu, atau tas yang sedang banyak dipakai harus kamu pakai juga.
tidak semua dekorasi rumah, ruang kerja, atau kamar yang tampak bagus difoto harus kamu wujudkan.
tidak semua gaya hidup orang lain, walaupun gaya hidup itu baik, harus kamu terapkan.
tidak semua berita terbaru harus kamu ketahui dan pahami.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu menyadari dengan utuh identitas dirimu. yaitu jika kamu bergerak dan tergerak karena siapa kamu, alih-alih sedang ada apa di luar sana.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu menyadari bahwa nilai dirimu tidak ditentukan dari harga atau betapa bagusnya barang-barangmu. alih-alih, dari seberapa bermanfaat semua hal yang kamu konsumsi untuk dirimu dan sekitarmu.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu memilih tak serakah ikut ini itu. alih-alih, kamu menghayati betul satu dua yang memberikan dampak terbesar untukmu, yang di sana kamu juga bisa memberikan dampak terbesar.
kamu tidak harus melakukan yang tampaknya semua orang lain lakukan. tak harus memiliki yang tampaknya semua orang lain miliki. kamu bisa keren hanya dengan kesederhanaanmu. justru, peliharalah seperti itu.
kamu keren karena kamu sederhana. kamu keren.
2K notes · View notes
katakuncimu · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hai hai!
Selagi Januari belum terlalu jauh, barangkali ada yang mau Wallpaper HP Kalender Puasa 2019, untuk gambar original Full HD bisa diakses pada laman bit.ly/hamasahkal. Gambarnya ber-resolusi 9:16 ya, jadi kalau hapenya tidak sedemikian ya mohon maap, karena ini menyesuaikan ukuran-ukuran hape rakyat jelantah, hihiw.
Sangat terbuka sekali ya untuk kritik, saran, bahkan koreksi kalau ada kesalahan didalamnya.
Kalau lagi kurang sehat jangan dipaksa untuk puasa, ya. Jaga kesehatan, jangan jajan sembarangan. Sampai jumpa lagi dalam mimpi-mimpi nyata berikutnya. Besok-besok kalau lengan bajunya lebar jangan lupa pakai manset. Jangan lupa bulan depan masih musim hujan.
Jangan lupa, jangan lupa bawa kaos kaki cadangan.
553 notes · View notes