Tumgik
dandelionthinker · 2 years
Text
Bertumbuh bersama kesakithatian
Apa yang harus dilakukan oleh diri ini? terkadang diri ini hanya ingin didengarkan oleh orang lain. Namun, tak selamanya sesuatu yang berada diluar dirimu dapat memahami "siapa kamu?." Sesuatu yang berada didalam diri ini terkadang hilang dan juga dapat tiba-tiba kembali. Hufftttt... inginku berteriak mengeluarkan keresahan dan rasa sesak di dalam dada ini, tapi lingkungan tidak mendukungku. Sesekali bercerita ke orang terdekat tapi ia tak memahami ku, ia lebih mengikuti egonya dan kesombongannya.
Sekarang, apa lagi?
aku dan diri hanya ingin berjuang bertumbuh ditengah-tengah situasi yang tidak berdaya ini dan bertumbuh dengan rasa sakit yang sesekali mendorongku untuk perlahan-lahan keluar dari situasi rumit ini.
SLTG17/09/22
6 notes · View notes
dandelionthinker · 2 years
Text
“Hindarilah berdebat dengan perempuan yang cemburu karena saat itu yang digunakan adalah perasaan dan hatinya, bukan akalnya.”
— Cukup minta maaf dan dengarkan @naim_ku
15 notes · View notes
dandelionthinker · 4 years
Text
Berikanlah kami pada hari ini keseriusan dalam mengerjakan perkara-perkara kecil
0 notes
dandelionthinker · 4 years
Text
Ini cuma sebuah pesan yang ngga berani aku sampein ke dia:
Hei, kita itu kenapa sih? Kenapa jadi asing? kenapa jadi beda?
Berhari hari isi kepalaku cuma kamu. Tapi gatau mau mulai percakapan darimana. Canggung. Malu. Gengsi.
Kamu gimana? Boleh ga kusobek aja kepalamu itu? Cuma mau mastiin kalo aku ngga ada disana.
Tapi aku berharap ada.
Berkali kali kita udah coba buat mulai percakapan, ngelupain apa yang kita omongin kemarin, berharap semua kembali normal. Tapi gagal. Kita udah saling tau. Percuma.
Iya, semua gak akan sama lagi.
Aku benci canggung, aku benci gengsi. Aku benci percakapan kita kemarin.
Aku mau benci kamu. Tapi kenapa sulit ha?
Gosah nongkrong di otak gua lan, pergi kalo lu mau pergi. Gosah banyak banyakin pikiran gua. Kalo gamau, ya jangan jadi kayak gini. Jangan seolah olah ga peduli, jangan seolah olah gua orang asing buat lu, jangan seolah olah ngga tau apa yang udah terjadi kemarin, jangan pura pura ngga terjadi apa apa. Lan, tolong lah. Katanya temen, kok ngilang? Aku ga pernah minta lebih. Tapi kenapa untuk temena aja kita gabisa?
Aku cuma kangen kamu. Asal kamu tau.
78 notes · View notes
dandelionthinker · 4 years
Text
Tumblr media
0 notes
dandelionthinker · 4 years
Text
25 Menit
ada rasa yang bangkit ;
kebahagiaan
kerinduan
kekhawatiran
kesedihan
kepahitan
kesakithatian
anak tangga menjadi jalan setapak pertama,
untuk membawa langkah-langkah kaki menuju ruang tunggu,
melewati gerbang kegelisahan bernama pintu keluar, 
yang bermuara kepada kelegaan.
Mata mencari,memperhatikan wajah,dan menemukan raga itu
Tersisa kesempatan untuk ;
bersama
memeluk
bertatapan
menangis
merindu
dan merangkai kata
kata-kata yang telah  usang, tersimpan lama di gudang kesunyian
Tersisa waktu 25 menit untuk berkata ;
“Jangan jadi anak yang cengeng”
“Kamu sudah besar,harus jadi anak yang kuat”
“Jangan lupa makan buah-buahan”
“Kamu tambah tinggi ya”
“ingat minum susu”
 Ia perempuan dewasa
 tapi, dimatanya adalah seorang gadis kecil
 yang suka memendam rasa berkata;
“Saya merindukanmu papa”
25 menit adalah kesementaraan untuk hal-hal kecil seperti ;
pertemuan
kebersamaan
pelukan
melepaskan
mengikhlaskan
dan
mengakhirinya dengan kalimat 
“Semoga kita dapat bertemu kembali”
0 notes
dandelionthinker · 4 years
Text
Melihat Papua dari Dalam Diri Sendiri
Tumblr media
"Eh ko kas tau sa dulu, kenapa Papua selalu minta merdeka?"
"Maureen, apa yang sedang terjadi di Papua kah?"
"Ko stop bicara Papua Merdeka, ko pikir belajar saja"
"Stop dengan ko pu gerakan kaki abu"
 Barangkali, bukan hanya sa yang mengalami hal ini, tetapi teman-teman dari Papua mungkin mengalami hal yang sama. Semenjak sa kecil, sa tra pernah tahu tentang sejarah Papua. Sa hanya pernah dengar cerita dari nenek. Nenek pernah berkata, "nenek pernah menyeberang kali untuk menghindar dari kejaran tentara." Ketika masih berada di bangku sekolah, sa tra pernah dapat pelajaran tentang sejarah Papua. Sa dan teman-teman, kitong belajar tentang sejarah kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan kemerdekaan Indonesia. Kemudian, hal inilah yang membuat rasa nasionalisme ke-Indonesiaan itu bertumbuh. Namun, rasa penasaran tentang Papua juga tidak pernah hilang dalam ingatan. Sa pernah menemukan buku dengan judul "Perlawanan Kaki Telanjang." Sa baca buku itu dan ketika bertanya tentang hal itu ke orang-orang terdekat, dong bilang " Eh ko jang bicara itu, nanti tentara dengar dong bisa tangkap torang" atau "Ko jang bicara itu, ko pikir sekolah saja".
Selanjutnya , sa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Jawa. Sa memilih untuk kuliah di salah satu universitas di Jawa Tengah dan mengambil jurusan Hubungan Internasional. Ketika berada di tempat yang baru dengan situasi yang berbeda, maka, sa harus bisa beradaptasi dengan teman-teman dari daerah lain. Karena, kalau sa berbicara dengan dialek Papua, sa pu kawan-kawan dari daerah lain pasti tra akan mengerti. Sehingga, sa harus menjelaskan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, supaya dong paham. Ketika kuliah, sa selalu menerima mata kuliah yang bersinggungan dengan politik, hukum, HAM (Hak Asasi Manusia), diplomasi, politik internasional, dan lain-lain. Suatu ketika, sampailah pada satu titik, dan ini membuat sa jadi paham terhadap permasalahan yang selama ini terjadi di Papua. Jadi, selama ini Papua, sedang tidak baik-baik saja, banyak hal-hal yang disembunyikan dan tidak dibicarakan. Hal Ini yang membuat sa, saat kuliah selalu bersemangat berbicara tentang Papua dengan sa pu dosen dan juga beberapa kawan Papua. Sa pu dosen juga selalu mengajak tong diksusi tentang Papua di cafe kampus, dan juga ajak kitong untuk ikut diskusi di Jogja. Oleh karena itu, sa jadi kenal beberapa teman-teman yang ada di jogja. Kemudian, sa melihat ada hal yang berbeda, karena, beberapa kawan Papua selalu mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi di Papua. Sa cukup terkesan, karena sa jarang melihat anak-anak Papua yang asyik sekali mengkritisi masalah yang terjadi di Papua atau mungkin sa yang belum menemukan atau belum saatnya untuk dipertemukan dengan mereka.
Walapun begitu, sa selalu menemukan ketidaksepahaman diantara sa dan dengan orang-orang terdekat. sa pernah nekat untuk pergi ke luar kota hanya untuk ikut diskusi tanpa memberitahukan mereka. Ketika mereka tahu, sa dipaksa untuk tidak usah pergi ke luar kota untuk ikut diskusi-diskusi tentang Papua. Semenjak itu, sa memutuskan untuk tidak berbicara lagi tentang Papua dan membaca buku tentang Papua. Jadi, kalau ada sa pu kawan-kawan yang bertanya tentang Papua, sa tra pernah mau memberi komentar. Menurut sa, ini adalah salah satu fase terkelam yang pernah sa alami. Karena, hampir setahun lebih sa diam dan tidak mau menjawab pertanyaan mereka tentang Papua. Hal ini juga cukup berdampak, jika, sa duduk dengan kawan-kawan Papua yang berbicara tentang Papua, sa justru lebih pasif dan cukup minder untuk bergabung dengan mereka.
Namun pertahanan itu runtuh, ketika, melihat postingan salah satu akun yang mengabarkan kejadian yang menimpa sa pu kawan-kawan Papua yang ada di Surabaya. Kejadian itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, karena mereka telah mengucapkan kata-kata rasis kepada kawan-kawan Papua. Dan hal ini membuat sa juga turut marah dan ikut merasakan apa yang kawan-kawan Papua rasakan. Diperlakukan secara berbeda, dan diejek dengan sebutan "monyet." Dampak dari situasi ini telah menyadarkan sa, sampai kapan pun sa berdiam diri, rasa cinta untuk Papua sudah mendarah daging di dalam diri. Sa tidak mau diam, acuh tak acuh dengan situasi yang ada di Papua. Sa juga harus menyelesaikan tanggung jawab sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah, dan membuktikan kepada mereka bahwa anak-anak Papua juga kritis dan tidak mudah untuk direndahkan oleh mereka yang pernah menganggap kitorang seakan seperti setengah binatang.
Melihat Papua itu seperti melihat ke dalam diri sendiri, berani menghadirkan perubahan kecil untuk diri sendiri, mengusahakan kebebasan untuk diri sendiri, dan kemudian diajak untuk melihat sejauh mana mengenal diri ini sebagai anak papua ketika berhadapan dengan isu krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di Papua. Jika, kita sudah memutuskan untuk bersetia pada pilihan untuk mau berbuat sesuatu bagi diri sendiri dan juga Papua, maka senantiasalah tetap belajar untuk berani mengawalinya dari perkara-perkara kecil dan kemudian akan dipertemukan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang besar. Semoga kita dimampukan untuk bersungguh-sungguh dan bersetia berjalan pada pilihan yang sudah kita putuskan.
Tulisan ini dibuat pasca terjadinya perlakuan rasis yang menimpa kawan-kawan papua di asrama Kamasan Surabaya
(16 Agustus 2019)
0 notes
dandelionthinker · 4 years
Text
“Keberhasilan besar selalu bermula dari langkah kecil. Jalani impianmu dengan sabar dan penuh keyakinan. Sebab, impian besar kebanyakan butuh waktu yang tak sebentar.”
— Quranads
148 notes · View notes
dandelionthinker · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I ain’t got no home, ain’t got no shoes Ain’t got no money, ain’t got no class Ain’t got no skirts, ain’t got no sweater Ain’t got no perfume, ain’t got no bed Ain’t got no man Ain’t got no mother, ain’t got no culture Ain’t got no friends, ain’t got no schoolin’ Ain’t got no love, ain’t got no name Ain’t got no ticket, ain’t got no token Ain’t got no god Hey, what have I got? Why am I alive , anyway? Yeah, what have I got Nobody can take away? Got my hair, got my head Got my brains, got my ears Got my eyes, got my nose Got my mouth, I got my smile I got my tongue, got my chi Got my heart, got my soul I got my arms, got my hands Got my fingers, got my legs Got my feet, got my toes Got my liver, got my blood I’ve got life, I’ve got my freedom I’ve got life I’ve got the life And I’m going to keep it I’ve got the life
212 notes · View notes
dandelionthinker · 4 years
Text
Bersetialah terhadap perkara-perkara kecil
Tumblr media
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)
Seringkali kita memiliki hal-hal yang sudah direncanakan, namun, terkadang apa yang telah direncanakan tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita. Saya pun pernah mengalaminya. Saat itu,saya sudah harus menentukan tempat untuk magang dan diharuskan membuat proposal untuk diajukan kepada lembaga/institusi terkait. Proposal pertama telah saya buat dan saya ajukan kepada salah satu lembaga/institusi bernama WWF Indonesia region Sahul Papua ,setelah itu saya pun menunggu konfirmasi dari lembaga tersebut. Kemudian, saya membuat proposal kedua dan saya ajukan kepada PT Freeport Indonesia di Tembagapura. Setelah beberapa minggu menunggu, pihak WWF Indonesia  telah mengkonfirmasi proposalnya dan mereka menerima saya untuk magang di Jayapura . Namun, beberapa hari berselang dari pihak PT FI pun telah mengkonfirmasi proposal yang saya buat dan mereka menerima saya untuk magang disana. Saya pun memilih untuk magang di PT FI dan telah memesan tiket  tujuan timika,tapi selang satu hari sebelum keberangkatan saya ke timika, telah terjadi perubahan jadwal magang dan saya harus dialihkan ke jakarta dengan durasi magang hanya satu bulan. Pada akhirnya saya konfirmasi kepada fakultas dan mereka mengatakan bahwa, durasi magang yang telah ditetapkan oleh fakultas yaitu 2 bulan lebih. Akhirnya, saya pun membatalkan magang saya di PT FI dan juga membatalkan tiket saya. Saat itu saya sedih sekali dan kecewa karena hilang kesempatan saya untuk magang di PT FI. Lalu, saya mengkonfirmasikan kepada WWF Indonesia region Sahul, bahwa saya jadi magang disana. Setibanya di Jayapura, saya hanya satu bulan magang di WWF Indonesia  region Sahul dan kemudian, saya berangkat ke Merauke dan melanjutkan magang saya di  WWF Indonesia region Papua Selatan. Pada saat magang disana,saya diajarkan banyak hal yang tidak pernah saya pelajari di bangku kuliah. Orang-orang yang saya temui merupakan lulusan kehutanan dan yang pasti saya juga belajar tentang kehutanan (namun tidak mendalami semuanya sih), cuman ada istilah-istilah baru yang tidak pernah saya ketahui, akhirnya saya  ketahui juga dari buku-buku yang ada di perpustakan WWF dan juga dari mentor lapangan saya. Hal yang paling berkesan adalah, ketika saya turun lapangan dan pergi ke salah satu kampung yang menjadi pusat dari pengembangan sumber daya manusia oleh WWF. Wah, disana saya bertemu dengan masyarakat kampung dan nampak sekali rumah mereka masih terbuat dari papan-papan kayu dan lantai nya hanya tanah. Lalu, ada pula pembagian tugas diantara perempuan dan lelaki. Para lelaki harus pergi kehutan untuk mencari makanan seperti, babi hutan,rusa,ikan, dll. Dan Perempuan harus mencari sayur-sayuran di hutan. Ketika mendengar hal tersebut, saya pun berpikir, jauh dibelahan bumi ini masih banyak manusia yang hidupnya sangat tidak layak, namun, mereka masih tetap bersyukur dengan keadaan tersebut. Ketika pulang dari kampung tersebut, kami membagikan beberapa makanan untuk beberapa orang yang kami temui. Mereka sangat senang dan berterimakasih atas pemberian tersebut. Saya pun tak menyangka bahwa, Tuhan menggantikan kekecewaan tersebut dengan memperlihatkan hal-hal yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Hal-hal tentang MENERIMA yang didalamnya mencakup kesederhanaan,bersyukur dan juga ikhlas. Barangkali, selama ini saya tidak pernah bersyukur atas keadaan saya yang sudah hidup dengan berkecukupan. Saya pun sudah tak memikirkan tentang kekecewaan saya terhadap tempat magang saya sebelumnya. Rencana Tuhan tak dapat kita pahami,sampai nanti kita melihat dan mengalaminya dan menemukan maksud dari rencana Tuhan untuk hidup kita. Barangkali, Tuhan mau mengajarkan saya untuk memulai dari hal-hal yang kecil, supaya, saya dapat melatih diri saya untuk menjadi manusia yang rendah hati,bersyukur dan ikhlas  menerima keadaan saya dalam situasi baik atau pun buruk. Sekali lagi, manusia boleh berencana tapi yang menentukan adalah Tuhan. Seperti ada tertulis dalam Alkitab yaitu:
 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”
(Yeremia 29:11)
Kiranya kita dapat selalu membawa segala rencana-rencana kita ke hadapan Tuhan dan jangan pernah berjalan dengan menggunakan kemampuan kita. Tapi, baiknya meminta penyertaan Tuhan dalam setiap langkah kita. Sampai disini dulu ya, semoga kita senantiasa belajar dari hal-hal kecil atau sedeharna. 
0 notes
dandelionthinker · 4 years
Text
MENYAPA
Hai
selamat
sore 
salatiga..
1 note · View note